Happy reading~
SELAMAT MEMBACA CERITA AMPLOP MERAH MUDA CHAPTER DUA <3
💌💌💌
[TWO]
"terimakasih telah memberi kesempatan agar aku bisa merasakan hal serupa seperti anak remaja lainnya"
.
Sheryl Lakeyza Putri
.Seperti biasa, ketika Pak Anton belum selesai menutup pelajaran sebagai akhir dari kegiatan belajar mengajar hari ini, Sheryl sudah keburu meminta ijin untuk pulang. Menodongkan telapak tangannya untuk meminta salim.
"Sheryl, saya belum selesai bicara!" tegas Pak Anton, menatap tajam pada anak didiknya yang satu ini.
Sheryl tersenyum tanpa dosa, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehe, tapi kan udah bel, Pak."
"Duduk!" Pak Anton meninggikan suaranya, kumisnya naik turun ikut menahan amarah.
Sesaat setelah Pak Anton menyuruh Sheryl duduk, seluruh siswa SMA Pelita Harapan nampaknya sudah berlalu melewati kelasnya sambil membawa tas.
Sheryl tersenyum sumringah. Pak Anton tidak punya alasan untuk melarang Sheryl pulang sekarang. Lagipula, tidak akan ada yang mau mendengar ceramah Pak Anton yang panjangnya melebihi rel kereta mainan.
"Tuh, udah pada pulang, Pak! Ayo semuanya, kita pulang!!" seru Sheryl mengajak teman-teman sekelasnya untuk pulang yang dibalas dengan sorakan dari mereka.
Beberapa hitungan detik kemudian, ruang kelas langsung terasa sepi. Seluruh murid sudah berhamburan keluar, tak menghiraukan teriakan dari Pak Anton. Mereka mau-mau saja mengikuti ajakan Sheryl.
Hanya menyisakan Pak Anton dan Ardi-ketua kelas di dalam, sang ketua kelas menunduk malu. Tak berani menatap wajah Pak Anton yang benar-benar memerah padam.
"Maafin temen saya ya, Pak." Ardi meminta maaf. Selayaknya ketua kelas pada umumnya, itu adalah tanggung jawab Ardi. Walaupun dirinya tidak ikut berlari pulang.
Bisa dibilang, mungkin hanya Ardi saja yang berperilaku sebagai murid teladan di kelas ini. Pintar, bertata krama, dan memiliki tanggung jawab yang besar, sangat cocok kenapa Ardi dipilih menjadi ketua kelas oleh Bu Rani-wali kelasnya.
Awalnya, Sheryl hendak mencalonkan diri sebagai ketua kelas, namun dengan godaan Bu Rani tentang susahnya menjadi ketua, mengurus segala keperluan yang sangat merepotkan, gadis itu mengurungkan niatnya. Sangat jelas, Bu Rani tidak mau anak didiknya dipimpin oleh ketua kelas seperti Sheryl.
Pak Anton menghela nafas pelan, ia mengangguk sebentar dan berlalu dari hadapan Ardi yang masih menunduk.
Ardi hanya berharap, semoga saja Sheryl dan teman lainnya tidak mendapat hukuman setelah ini. Pasti Bu Rani akan kecewa padanya karena tidak bisa mengurus teman kelasnya yang bar-bar.
Sementara Sheryl, ia kini berdiri di depan sebuah halte, tengah menunggu angkutan umum sebagai kendaraan pengantarnya menuju rumah. Ditemani dengan beberapa siswa lain yang tidak Sheryl kenal.
Butuh waktu 15 menit untuk angkutan umum itu datang, dengan cepat Sheryl langsung masuk terburu-buru menabrak beberapa bahu orang yang akan masuk ke dalam juga. Sudah dibilang, Sheryl tidak peduli dengan ocehan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amplop Merah Muda [HIATUS]
Teen Fiction[ON GOING] - Update seminggu sekali tiap malam sabtu/minggu #Readinglist mei 2019 in teenlit indonesia #2 in surat cinta [11/07/19] #39 in secret admirer [11/07/19] Katanya, amplop berwarna merah muda menandakan surat cinta. Tapi, apakah amplop me...