Kembali

24 12 2
                                    

"Eh apaan sih lo narik-narik gua masih pengen liat bebep gua yang manis banget itu"
"Bawel banget sih, siapa bebep lo? Gue?"

Tavisa yang mendengar perkataan Abim pun terdiam.

"Yeu malah diem, dari pada diem-diem bae, mending ngopi di kedai lu, gue traktir deh" ucap Abim.
"Traktir mbah mu, kedai punya gue juga"
"Mang ngapa si? sombong amat" ledek Abim.

Kemudia Abim dan Tavisa menuju kedai dengan motor sport milik Abim.

"Gak usah ngebut-ngebut anjir, gua masih mau hidup Biiiiim!" teriak Tavisa sambil memukul punggung Abim.
"Kalo masih mau hidup, pegangan makanya"
"Motor lu gak ada besi belakangnya, pegangan mana gua?!"
"Pegangan sini" jawab Abim sambil menuntun tangan Tavisa untuk melingkar di pinggangnya.

Pipi Tavisa memerah ia menahan senyumannya, Abim melihat ekspresi Tavisa dari kaca spion motornya ia tersenyum kecil melihat ekspresi Tavisa yang sedang tersipu.

Sesampainya di kedai, Tavisa segera memesankan minuman untuk Abim dan menyuruh Abim untuk duduk. Tavisa langsung ke ruangan office untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja nya.

Pesanan mereka sudah datang yang di antar oleh Vara. Abim menyuruh Vara untuk duduk sebentar menemaninya sampai Tavisa datang.

"Bim, lo gak ada niatan nembak Tavisa?" tanya Vara tiba-tiba.
"Kalo ditembak mati dong Var?"
"Iih bukan gitu maksud gua"
"Hahaha, iya iya gua paham maksud lo kok"
"Gimana mau nembak Var, orang dia aja lagi suka dama Gio" lanjut Abim.
"Masa sih? Setau gua Tavisa sukanya sama lo"
"Ha?!" jawab Abim kaget.

Kemudian Tavisa datang, Vara langsung meninggalkan mereka.

...

"Arshaaaan, bantuin mama dulu sini sebentar" teriak mama Arshan dari arah dapur.

Arshan yang mendengar panggilan itu langsung bergeges menuruni anak tangga dan langsung menuju dapur.

"Ini tolong kasihin ke Ibu nya Dhira, Mama abis buat kue bolu lumayan banyak"
"Udah tau Papah lagi keluar kota, dirumah cuma ber dua, buat makanan banyak banget" Arshan protes.
"Udah sana anter aja, emang sengaja itu buat ibunya Dhira mama bikin" ujar mama Arshan.

Kemudian Arshan pun langsung bergegas membawa kue bolu tersebut ke rumah Dhira.

"Assalamualaikum Dhira, paket..." panggil Arshan layaknya kurir paket.
"Waalaikumssalam" jawab Dhira sambil membuka pintu rumah.
"Pake segala ngomong 'paket' lu, gak cocok tau lu jadi kurir, cocok nya jadi tukang koran hahaha" lanjut Dhira sambil tertawa.
"Serah lu dah, nih buat ibu lu bukan buat lu" kata Arshan.
"Pasti dari mama ya?"
"Hm" jawab Arshan singkat tanpa ekspresi.

Arshan langsung pulang, tetapi tangan Dhira memegang tangan Arshan.

"Main dulu Shan, udah lama kita ga ngobrol berdua di teras rumah gua" pinta Dhira.

Arshan tidak bisa menolak permintaan Dhira, karna sejak dulu Arshan selalu menuruti permintaan Dhira.

"Gimana Dhir, udah move on dari Rafi?" tanya Arshan tiba-tiba.
"Move on sih udah, cuma kadang masih tiba-tiba keinget aja" jawab Dhira.
"Gak ada niatan cari yang baru Dhir?"
"Kamu kenapa sih Shan? Aneh banget, dari tadi nanya mulu, sejak kapan kamu jadi kepo begini? haha"
"Uum... gapapa sih, cuma mau ngasih tau aja"
"Ha? Ngasih tau apaan?"
"Kalo gue suka sama lu"

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang