Part 25 (Stuart Delphine)

208 29 28
                                    

Mulmed: Stuart dan grupnya di dunia nyata. Anggap saja sebagai soundtrack dari cerita ini 🤣

Aku menitipkan surat untuk Stuart kepada Niyo saat bocah nakal itu hendak kembali ke dunianya, dan mendapatkan balasan kalau Stuart akan datang menemuiku di malam purnama, saat dia memiliki kesempatan untuk menyelinap kabur.

Pada akhirnya aku harus menerima kenyataan jika sahabat, pacar dan calon suamiku di masa depan adalah biang masalah yang suka berbuat seenaknya dan melanggar aturan, sebab tidak ada hal yang bisa kulakukan untuk mengingkarinya. Stuart sudah menggigitku, itu fakta utama yang tak bisa diubah. Satu-satunya hal yang bisa kusyukuri sekarang adalah aku bukan digigit oleh zombie atau manusia serigala jadi tak perlu cemas kalau suatu saat nanti aku akan berubah menjadi makhluk mengerikan.

Aku duduk di tepi pantai memandangi lautan yang tenang. Menikmati udara yang menggigit ke tulang meski sudah membungkus tubuhku dengan jaket, menunggunya. Dalam suratnya, Stuart mengatakan jika dirinya akan meminjam mustika Niyo untuk bisa menemuiku lebih lama. Jadi untuk sementara waktu, Niyo tidak akan muncul mengawasiku.

Mendengar Niyo akan absen mengawasiku, hatiku diam-diam disusupi kebahagiaan jahat. Aku tak akan melihat Niyo selama beberapa saat itu artinya aku tak harus berpura-pura tuli ketika dia mulai ceramah soal ini dan itu.

Menghabiskan banyak waktu bersama Niyo selama beberapa minggu belakangan hanya membuatku lebih mengenali sosoknya yang ternyata jauh lebih menjengkelkan dibandingkan Stuart. Niyo kelewatan ceplas-ceplos dan kejujurannya sering menamparku. Itu yang membuatku sadar untuk berhenti naksir padanya.

Angin berembus sekali lagi, aku merapikan anak-anak rambutku yang mulai berantakan. Hari ini aku mengepang seluruh rambutku ke sisi kanan agar terlihat lebih rapi, tapi sepertinya juga masih gagal karena angin terus berusaha memberantakinya.

Kesal dengan angin yang terus berulah, aku berdiri dan menepuk pasir yang menempeli rokku. Aku berencana untuk mencari tempat duduk yang lebih tenang, misal di balik perahu-perahu yang terparkir di kejauhan agar penampilanku tak kelihatan seperti habis diterjang topan saat bertemu Stuart.

Terutama rambutku yang selalu memiliki problem khusus dan tak pernah mau berkompromi dengan angin. Namun ketika baru meninggalkan posisi beberapa langkah, ekor mataku menangkap pergerakan benda putih keluar dari dalam air dari arah pantai, yang semula kukira penampakan hantu air atau sejenisnya. Dan ternyata sama sekali bukan.

Di tempatku sekarang, aku hanya terpelongo menyaksikan penampakan di depanku. Stuart muncul dengan setelan serba putih dan mengenakan rompi panjang selutut, berjalan dengan gaya supermodel melintasi karpet merah menuju ke arahku. Dia berubah!

Stuart yang kutahu selalu memiliki potongan rambut jamur dan tampak kekanakan, tak terurus, serta pecicilan, kini telah mengganti gaya rambutnya menjadi lebih rapi; disisir ke belakang dengan jambul di sisi kiri. Dan hadir dalam kemasan kulit yang seputih dan sebersih Niyo. Aku bisa melihat perbedaannya yang mencolok itu dengan cukup jelas meski melihatnya dalam kegelapan malam. Alis matanya membentuk garis lurus tajam, dan rahangnya kelihatan lebih tegas. Hei, apa dia betulan seorang pangeran yang baru keluar dari kepompongnya?!

"Tutup mulutmu. Bagaimana kalau nanti tiba-tiba ada pesawat lewat dan tak sengaja terhisap ke sana?" selorohnya begitu sampai di depanku dan ... yah, terima saja kalau mulutnya memang masih selalu jahat.

Aku tersadar dari bengong dan menelan malu saat merasakan mulutku kering. Kurasa tadi aku memang melongo terlalu jelas tanpa kusadari. Dan Stuart yang kuharap akan melihatku dalam kondisi anggun, malah sebaliknya. Aku memang tak berbakat sama sekali untuk menjadi terlihat cantik dan anggun di depan siapa pun. Dan sumpah ini mengesalkan.

Delphos (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang