pagi itu seperti senin pagi biasanya, suasana sekolah mulai ramai dengan banyak siswa yang baru saja selesai upacara, disudut sekolah seorang perempuan melempar tas sekolahnya ke dalam benteng, gadis itu lalu melompat dan hup, tubuhnya jatuh di tanah taman area belakang sekolah.
"akhirnya..." gumam gadis itu sambil menepuk tanggan yang menahan dirinya di tanah taman tadi kepada rok selutut yang dia gunakan.
"haah," gumamnya mengambil tas miliknya yang di leparkan tadi dan membereskan dasi yang sedikit tak rapih.
gadis itu mulai berjalan ke arah kelas senyum jahil menyeringai milik gadis itu menuntun laju langkah kakinya membuat beberapa orang siswa mundur secara perlahan mereka seolah tak mau berurusan dengan gadis tengil sejuta kejahilan dan langganan ruang bimbingan konseling itu.
"rifaa.." ucap salah satu gadis saat rifa baru saja masuk ke dalan ruangan
"hmm" jawab rifa singkat mulai duduk di bangku paling pojok di sudut kelas
"kamu bolos upacara lagi?" tanya gadis yang kini sudah duduk di hadapan rifa
"hmm," jawab rifa lagi.
"aku ga suka upacara eli" jawab rifa pada eli.
"iya aku tau, tapi kan..."
"udah deh.. aku ga suka di atur atur lii" ucap rifa memotong ucapan eli
eli yang di potong seperti itu dengan sedikit sebal segera mendengus lalu berbalik badan. eli memang bukan teman dekat rifa tapi bagaimanapun juga rifa adalah teman sekelas eli dan tepat duduk di belakang bangku eli yang menjadikan tanggungan eli juga karna pasti jika rifa kenapa-kenapa elilah yang di tanyakan oleh para guru.
dengan malas rifa kembali merebahkan kepalanya di atas meja dan memejamkan mata, seperti biasa, rifa merasa sekolah adalah tempat yang membosankan dengan sejuta peraturan. rifa benci sekolah bukan hanya karna banyaknya aturan-aturan yang berlaku tapi karna ada faktor lain yang semakin membuat rifa membenci sekolah. tapi jika rifa tidak datang ke sekolah dirinya akan semakin merasa bosan karna tidak memiliki kegiatan dirumah dan mengharuskan rifa kembali ke lingkup sekolah untuk mengisi waktu luang miliknya.
bel masuk sekolah telah berbunyi membuat siswa siswi kembali masuk ke dalam kelasnya masing-masing, seorang guru berjalan pelan di kolidor sekolah di belakang tubuh guru itu ada lelaki tampan dengan seragam putih bersih pertanda baru, guru itu masuk ke dalam ruangan kelas rifa, membuat riuh piuh siswa-siswi berhenti.
"baik anak-anak..." ucap kinal membuat siswa siswi semakin diam.
mata kinal menyusuri ruangan hingga sampailah pada rifa yang masih merebahkan kepala di atas meja.
"rifa, tolong lihat saya" ucap kinal
rifa yang sadar namanya di panggil segera menegakan kepalanya, bagimana juga kinal adalah wali kelasnya sejak tahun pertama dan kinal tau semua hal tentang rifa, bagi rifa kinal bukan hanya sekedar wali kelas dirinya tapi kinal juga bisa menjadi teman bercerita dan berkeluh kesah tentang permasalahan dalam hidupnya.
"baik anak-anak, sekarang saya akan memperkenalkan anak baru pindahan ke kelas ini, mari febi masuk" ucap kinal membuat lelaki putih dengan kacamata bulat itu masuk ke dalam kelas dan berdiri di samping kinal
"sekarang perkenalkan diri kamu" ucap kinal
"baik bu," ucap lelaki itu.
"hai teman-teman, perkenalkan nama saya febi komaril, bisa di panggil febi. saya pindahan dari kota jakarta" ucap lelaki itu dengan malu-malu.
mata rifa menyipit dan kini mulai tersenyum tenggil
"komaril? panggil dia komar guys mulai sekarang" ucap rifa tengil membuat beberapa murid tersenyum dan tertawa pelan
KAMU SEDANG MEMBACA
i am not a boy
Fanfictioncerita tentang febi dan rifa yang memiliki banyak rahasia namun saling berbagi