rifa kembali ke dalam kelas duduk di bangkunya dan kembali merebahkan diri di atas meja, diam-diam rifa khawatir dengan febi tapi febi tak kunjung datang bahkan eli dan sigitpun belum menujukan batang hidung mereka, rifa gelisah sesekali membalikan kepala menatap pintu berharap febi segara datang dari arah sana. selang beberapa saat febi eli dan sigit masuk ke dalam ruangan, rifa menarik nafas lega walau kini di dahi febi ada kasa putih setidaknya rifa tidak akan kembali merasa risau karna febi sudah kembali ke dalan kelas, febi eli dan sigit kembali duduk di bangku mereka rifa sudah kembali merebah sambil menatap tembok sisi kiri nya, febi duduk mengeluarkan sebuah buku dan kembali fokus mengerjakan tugas, febi mulai fokus dengan tugasnya rifa yang sudah merasa kelas kembali kondusif berbalik wajah menatap febi dari rebahannya, febi yang merasa di perhatikan segera melirik rifa saraya tersenyum simpul, rifa yang menyadari febi tersenyum juga ikut tersenyum di balik rebahan kepalanya febi bergumam tanpa suara sambil menatap mata rifa
"kenapa?" tanya febi
rifa mengeleng lalu tangannya menujuk dahinya sendiri
"sakit?" tanya rifa tanpa suara
febi mengeleng lalu menjawab tanpa suara juga
"gapapa ko" jawabnya
rifa tersenyum
"syukurlah" jawab rifa tanpa suara lalu kembali beralih menatap tembok
febi hanya bisa tersenyum simpul dan mengelengkan kepala. ada saja kelakuan rifa yang begitu lucu di mata febi.
selang beberapa saat rifa kembali bangkit dari tidurnya menatap seisi kelas yang kondusif karna di berikan tugas rifa merogoh laci bangkunya menarik apa yang rifa taruh di dalam sana, lalu rifa menaruh sebuah susu kotak di samping buku febi yang sedang febi tatap, awalnya febi cuek karna fokus dengan tugas tapi setelah susu kotak itu menyita perhatian febi febi segera melirik rifa, rifa tersenyum lalu bergumam tanpa suara
"biar cepet sembuh" ucap rifa sambil menujuk dahinya sendiri
febi menjawab dengan senyuman dan kekehan pelan, lucu sekali melihat tingkah rifa yang seperti itu, tangan menaruh pulpen yang di gengamnya lalu tangan febi terulur menarik sedotan dari kotak susu yang rifa berikan febi menusuk susu kotak itu dan meminumnya sambil menatap rifa, rifa tersenyum wajahnya memerah lalu kembali merebahkan diri, febi mengeleng dan terkekeh pelan melihat rifa yang malu malu itu, tanpa rifa dan febi sadari ternyata diam-diam eli dari bangku depan memperhatikan mereka melalui kaca yang di taruhnya di atas meja sesekali eli tekekeh pelan melihat kelakukan mengemaskan rifa dan febi membuat sigit janggah sendiri namun tak berani bertanya karna sigitpun suka saat melihat eli terkekeh kalem seperti itu.
.....
di sisi lain di sebuah basmen rumah yang sepi sebuah mesin menyala sendiri cahaya keluar dari kotak pintu beberapa kali kilat menyambar membuat silau seisi ruangan yang galap itu, mesin menyala sendiri dan blash, tubuh seorang anak lelaki tiba-tiba muncul dari dalam mesin. lelaki itu membuka pintu mesin membuat asap tipis dan cahaya redup dari mesin keluar mengiringi tubuhnya yang melangkah keluar mesin anak lelaki itu mencari saklar lampu dan ceklek, lampu menyala.
"loh ko sepi?" tanya anak lelaki itu
"bukanya ada ayah ya tadi disana?" tanya anak lelaki itu menujuk kursi kerja sang ayah.
"mungkin ayah udah balik ke kamarnya kali ya?" tanya anak lelaki itu segera berjalan ke arah pintu keluar basmen
"loh ko sepi sih, ebih sama bunda juga mana ya?" tanya anak lelaki itu saat kakinya melangkah di ruang tv yang kosong
"bundaa, ebih... ayah?" suara anak lelaki itu mengema di seisi rumah yang kosong
"ko sepi sih?" tanyanya sambil berjalan ke arah dapur
KAMU SEDANG MEMBACA
i am not a boy
Fanfictioncerita tentang febi dan rifa yang memiliki banyak rahasia namun saling berbagi