16

220 31 11
                                    

"duduk dan makan" ucap rifa pada ebie saat sampai di bangku panjang yang di duduki oleh febi, eli sigit dan eric

"minggir." usir rifa pada eric yang duduk di hadapan ebie

eric mengeser duduknya masih menatap bingung rifa dan ebie tatapan bingung eli sigit dan febi pun terus mengintai sampai rifa dan ebie mulai sibuk dengan mampan makan siang mereka.

"ga pada cape apa liatin kita terus?" tanya rifa tanpa mengalihkan pandangan

"eehh," eli yang tersadar mulai kembali menyedot minuman dingin di tangannya dan diikuti juga oleh febi eric dan sigit yang kembali memakan makan siang mereka.

"aneh banget ya emang gue masuk ke ruangan ini? ga kalian ga anak anak lain pada liatin gue gitu?" tanya rifa tapi matanya tetap fokus pada mapan makan

ucapan itu sukses membuat febi, ebie, sigit, eli dan eric memandang sekitar benar apa kata rifa semua mata mencuri ciri pandang pada rifa dan bisikan bisikan pelan terdengar.

wajah rifa mulai berubah rasanya muak jika terus seperti ini, rifa hendak berdiri dan melempar sendok pada dua gadis yang jelas jelas membicarakan rifa di bangku belakang ebie bangku yang tepat berada di depan rifa.

ebie segera menarik tangan rifa, rifa segera menatap ebie, ebie mengelengkan kepala. rifa saraya kembali duduk

"jangan bikin gaduh, katanya mau nemenin aku makan?" tanya ebie

"tapi kan mereka"

"udah antepin aja faa, sabar" ucap eli yang duduk di samping ebie

"tapi lii, mereka jelas-jelas ngomongin gue di depan gue" ucap rifa sedikit emosi nada suaranya mengebu gebu

"suut..." itu suara dari febi yang duduk di samping eric

suara itu diikuti dengan sedotan yakult yang sudah menempel di bibir rifa, sebotol yakult yang di sodorkan oleh tangan febi

"minum mending biar lo ga emosi" ucap febi

rifa melirik febi malas lalu menyedot yakult itu.

"dah tenang yaa tenang" ucap febi

sedangkan sekarang ebie,eli dan sigit sedang menahan tawa karna melihat posisi absurt dari rifa eric dan febi. eric yang duduk di antara rifa dan febi harus terkena imbas karna badan febi sukses menghimpit dirinya yang sedang memegang sendok.

"nanti nanti, gue gaakan mau duduk di tengah antara lo berdua" ucap eric setelah menepis tangan febi yang berada di depan tubuhnya

"haha kocag..." ucap sigit diikuti tawa eli dan ebie sedangkan rifa mulai kembali fokus pada mapan makan

"sorry abis rifa kalo ga gitu bakal ngoceh terus" ucap febi diikuti tawaan pelan.

walaupun sebal eric tetap ikut tertawa pelan.

interaksi eli sigit ebie eric febi dan rifa itu sejak tadi di perhatikan oleh salah seorang matanya terus memperhatikan satu orang diantara mereka.

.....

"boleh berbicara sebentar" suara seorang wanita yang menarik tangan ebie saat ebie baru saja akan menyusul kakaknya,eli dan sigit yang sudah terlebih dahulu sampai ke mobil sigit

ebie melihat wanita itu dengan sedikit takut, wanita yang masih terlihat muda namun cukup berumur itu begitu tegas di hadapannya.

"bo...leh bu" jawab ebie pelan

"kamu anak baru ya?" tanya wanita itu masih mengengam tangan ebie

"iya dia anak baru namanya ebie, temen aku. aku harap anda jangan mengangu ebie" itu bukan suara dari ebie tapi itu suara rifa yang sudah tiba-tiba berdiri di samping ebie sambil melepaskan pegangan tangan melody di tangan ebie

"faa, " cegah ebie karna rifa begitu kasar kepada ibu melody

febi yang melihat kejadian itu segera keluar dari mobil dan hanya berdiri dari samping mobil sigit, sedangkan sigit tetap di dalam mobil dengan kaca pintu pengemudi di buka penuh

"itu siapa?" tanya febi

"ibu melody" jawab sigit

"oh mamahnya rifa" ucap febi

ucapan febi membuat eli dan sigit berdecak kaget

"what?" tanya eli dan sigit bersamaan

"loh kalian ga tau?" tanya febi

"gue baru tau dari loo" ucap eli.

"dihh parah..." ucap febi

sedangkan disisi lain rifa sedang menatap sengit melody.

"kenapa mah? mamah mau jauhin aku sama temen aku? kaya dulu mamah jauhin aku sama papah? iya mah? " tanya rifa menatap melody

"fa, cukup..." ucap ebie mencegah rifa terus berucap

"ayo pulang" ajak ebie menarik tangan rifa

"tante, ebie pulang dulu" pamit ebie pada melody yang masih menatap rifa sengit

keduanya saling menatap dengan tatapan penuh kebencian, ebie yang berada di antaranya merasakan atmosfir yang berbeda. ebie menarik tangan rifa hingga sampai ke depan mobil sigit.

"biarin bie, biarin aku berantem hebat sama mamahku" ucap rifa menghempas tangan ebie

"bagaimanapun juga dia ibumu rifa, ga sepatutnya kamu kaya gitu" ucap ebie

rifa membuang pandang lalu berdecak pelan.

"ck... mana ada ibu yang seperti itu." ucap rifa

"pulang! febi eli dan sigit udah nunguin kamu" ucap rifa melirik eli sigit yang di dalam mobil dan febi yang masih betah berdiam di depan pintu mobil

"sorry lama" ucap rifa pada ketiga orang itu lalu berlalu pergi meninggalakan ebie

ebie menatap kepergian rifa dan berjalan mendekat ke arah febi

"kamu ga apa apa?" tanya febi membukakan pintu untuk ebie saat ebie berdiri di hadapannya

ebie mengelengkan kepala

"ga apa apa ko kak, ebie ga kenapa-kenapa" jawab ebie menatap sang kakak

febi tersenyum ke arah ebie lalu mengusap pucuk kepala ebie.

"pelan-pelan, semua butuh proses, semua gaada yang instan ga baik kalo terlalu instan dan jangan juga di paksakan, segala sesuatu yang di paksakan itu ga enak. biarin pelan-pelan ya stap by stap rifa perlahan bakal luluh dengan sendirinya kaya ke kita" ucap febi masih mengusap pucuk kepala sang adik.

ebie tersenyum hanggat lalu menganguk

"iya kak, ebie ngerti." jawab ebie

"yaudah sekarang masuk yuu, cuaca panas nanti kamu sakit" ucap febi mendorong tubuh ebie masuk ke dalam mobil.

"kayanya ada yang harus lo ceritain ke kita deh bie" ucap eli saat febi sudah menutup pintu mobil

"banyak yang kita gatau tentang rifa" ucap eli

ebie menganguk,

"iya nanti aku ceritain ke kalian tentang rifa, tapi aku izin dulu yaa sama rifa" ucap ebie

eli dan sigit menganguk.

di mobil lain, rifa masih terdiam di balik kemudi tatapannya kosong. rasanya memang terlalu keterlaluan sikapnya tadi tapi bagaimanapun juga itu benar menurutnya, rifa tak mau kejadian waktu itu terulang lagi kejadian dimana orang yang begitu dekat dan membuat rifa nyaman harus di rebut paksa oleh sang ibu, direbut paksa untuk menjauh darinya. rifa benar-benar tidak mau kejadian itu terjadi lagi apa lagi jika sudah menyangkut ebie yang sudah membuat rifa kembali bisa meraskaan bernafas di dunia ini.

i am not a boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang