siang itu febi baru saja selesai mengerjakan tugas, seperti biasa kelas kosong dan mengharuskan para muridnya belajar sendiri, febi merengangkan tubuhnya yang terasa kaku di sebalah bangku febi ada rifa yang masih merebahkan diri, febi tau rifa tak tidur dirinya hanya bermalas malasan tanpa berniat duduk dengan benar di kursinya febi berdiri mencoba mencari sesuatu yang bisa membuatnya sedikit segar, 2 jam lagi bel jam makan siang baru akan berbunyi, febi merasa haus dan mulai berjalan ke luar kelas. rifa yang menyadari ada pergerakan dari sisinya segera berbalik wajah berniat hati menyapa febi malah bangku di sebelahnya sudah kosong, rifa bangun dari rebahannya dan menatap seisi kelas tidak ada febi disana rifa segera kembali merebahkan diri malas rasanya jika melihat pungung para siswa yang sudah anteng dengan dunia mereka masing-masing
febi berjalan di area koridor sekolah menuju ruang kantin, di tangan febi kini ada smarphone miliknya febi sedang sibuk bermain media sosial entah seharian itu rasanya febi begitu ingin memainkan media sosial miliknya, saat kaki febi akan menginjak pintu kantin tiba-tiba saja
"bruk!" seseorang menubruk febi lengkap dengan menyiram switter seragam dan celana sekolahnya, siraman itu sampai turun ke area sepatu
febi berhenti sejenak dan melihat switternya yang kini berubah warna menjadi warna merah stowbery. febi mengangkat wajahnya menatap sang penubruk, alis febi benar benar beratautan keras saat dia melihat siapa yang lagi lagi menubruknya.
"eh, jalan liat liat dong" ucap febi
"elo yang harusnya liat liat!" ucap anak itu anak yang sama dengan kejadian febi di tubruk hingga dahinya berdarah-darah
"elo tuh kenapa si sebenernya?" tanya febi to the poin
"gue punya salah apa haah?" tanya febi kini febi benar benar naik fitam pasalnya sepatu yang dia kenakan sekarang adalah sepatu kesayangan kakaknya. febi, hadiah ulang tahun yang ebie belikan dengan uang tabungannya sendiri. sepatu yang selalu febi jaga karna begitu bernilai tinggi untuknya dan ebieh tau itu,
"salah lo? mau tau salah lo apa?" tanya freya mendekat ke arah febi
"salah lo. karna udah deket sama orang yang paling gue benci seantero sekolah ini" ucap freya menunjuk nujuk bahu febi hinga febi mundur-mundur ke arah tembok
"eh, biasa aja dong" febi menepis tangan freya menjauh dari bahunya
"lo dan gue ga punya masalah, yang punya masalah itu elo! masalah dengan kejiwaan lo!" ucap febi emosi menatap mata freya.
freya terdiam, tak menyangka lelaki yang terkenal kelemer-kelemer dan banyak diam itu bisa semarah sekarang.
"dengerin gue!" ucap febi
"gue bukan orang yang suka cari masalah!" geram febi mendorong bahu freya dengan tenaga hingga kini freya yang terhuyung ke belakang
"lo punya masalah sama temen gue, bukan berarti lo bisa injek injek gue" ucap febi penuh emosi.
"kemarin gue diem karna gamau ribut. sekarang lo usik gue bahkan lo kotorin benda yang paling berharga dalam hidup gue. dan itu ga akan bisa buat gue diem lagi!" ucap febi penuh penekanan dan menyudutkan freya ke tembok.
"lo! kaya gini sama aja kaya lo cari masalah baru di hidup lo! jangan anggap gue lemah karna gue ga lemah! kalo lo benci rifa bilang sama dia bukan nindas orang yang deket sama dia. sakit jiwa lo!" seru febi mendorong bahu freya
freya masih diam.
"sekali lagi lo usik gue, rifa, eli atau sigit gue gaakan pernah diem lagi!" ucap febi
rifa yang baru saja datang dan mendengar keributan di koridor kantin itu segera mendekat dan menarik tangan febi, rifa melihat febi begitu tersulut emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
i am not a boy
Fanfictioncerita tentang febi dan rifa yang memiliki banyak rahasia namun saling berbagi