Regal💦 ( bagian sebelas)

342 14 1
                                    

🍁🍁🍁

"Untuk menyimpan semuanya sendirian itu sulit, karna Lo juga butuh ruang napas untuk bergerak maju"
- Daffa Siregar-

Sambil menikmati angin sepoi-sepoi, Livia memutar musik yang ada di handphonenya, nada demi nada mulai mengalun di telinga Livia, secara refleks Livia memejamkan matanya sambil mengayun-ayunkan kakinya ke depan ke belakang secara beraturan. Livia merasa rileks dengan suasana seperti ini.

Tanpa Livia sadari dari kejauhan ada seseorang yang mengamatinya, namun tatapan mata itu tampak sayu dan penuh kekecewaan, dia enggan bergerak. Karena dia berpikir, jika dia menghampirinya maka peri kecil itu akan pergi.

Tak terasa sudah 30 menit Livia menikmati suasana seperti itu. Segeralah Livia bergegas menuju Ruang Osis, ia hampir lupa bahwa tugasnya belum selesai semua. Dengan tergesa-gesa Livia menapakkan langkah kakinya menuju ke tempat yang dia tuju.

Tanpa Livia ketahui, seseorang dari kejauhan juga mengamati Livia dengan waktu yang sama. Siapa lagi kalau bukan Raja, seseorang yang pernah mengisi relung hati Livia. Namun sayangnya hanya dulu, iya dulu bukan sekarang.

Dengan langkah gontai dia berlalu dari tempat yang dia pijaki. Namun di koridor langkahnya terhenti.

"Lo payah Ja." Nada mengejek diutarakan seseorang yang berada didepannya.

"Apa urusan Lo sama Gue Daf?" Balas Raja

"Jelas itu urusan Gue, Lo lupa sama janji Lo? Lupa? Gue udah relain dia buat Lo, karna dia memang bahagianya dengan Lo, dan apa yang gue dapat? Bukannya kabar kebahagiaan tapi keburukan, dengan gampangnya Lo campakkan begitu saja!" Ucap Dafa dengan penuh emosi

"Gue butuh privasi Daf!!" Sentak Raja

"Emang Lo anggap Gue apa? Oke kalau Lo gak mau cerita ya terserah. tapi Lo harus ingat ini, 'untuk menyimpan semuanya sendirian itu sulit, karna Lo juga butuh ruang napas untuk bergerak maju'. Kalau Lo gak yakin sama Gue ya sudah, tapi jika Lo mau cerita, gue tunggu di rooftop sekolah." Setelah mengatakan itu Daffa pergi begitu saja meninggalkan Raja yang masih berkecambuk dengan pikirannya.

Tanpa berpikir panjang Raja segera menyusul Daffa, Dia tak mau melewatkan kesempatan ini lagi. Sudah cukup untuk dirinya berdiam diri. Dengan sedikit berlari Raja menaiki tangga-tangga yang dipijaknya dengan nafas tersengal-sengal.

"Lo Dateng juga." Ucap Daffa dengan senyumnya

"Gimana gak dateng, sama aja Gue nyia-nyiain kesempatan yang ada." Sahutnya dengan kekehan

"Sadar juga Lo." Balasnya cengengesan

Tanpa mereka sadari, dulu batas yang mereka bendung sendiri akhirnya mulai runtuh. Enaknya ya gini kalau masalah laki-laki cepet kelarnya, kalau perempuan mah butuh berabad-abad untuk memulihkannya.

Raja mengambil duduk disamping Daffa, dan saat itu juga Daffa menyodorkan teh poci rasa apel ke Raja, dengan senang hati Raja menerima pemberian itu.

"Thanks bro, masih inget Lo kesukaan Gue."

"Gimana gak inget, kita dari kecil udah bareng mulu, rasa-rasanya ya Gue tuh kayak pacar Lo tahu gak. Kemana-kemana harus bareng, jijik Guehnya tuh." Candaan Daffa akhirnya keluar

"Ye....siapa juga yang mau jadi pacar Lo, homo tahu nggak." Kekeh Raja

"Gue gak nembak Lo ya! Jadi jangan geer!"

REGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang