Aku kacau. Aku merasa diriku tak becus dalam hal ini. Ini pertama kalinya dalam hidupku penelponku kehilangan nyawanya.
Lisa terus memelukku. Aku takut. Aku tidak mau melepaskan pelukannya. Aku khawatir jika aku akan melakukan kesalahan lagi setelah ia melepas pelukannya.
Aku tak peduli apa kata orang yang ada disini. Aku yakin mereka tau kalau kami ini sahabat(?) dari kecil. Entahlah aku rasa aku punya rasa lain untuk Lisa bukan sebagai sahabat tapi sebagai wanita.
Lisa merenggangkan pelukan kami lalu menatapku lamat-lamat. Matanya merah sehabis menangis, hidungnya juga. Apa sebegitunya ia khawatir padaku?
Tangan mungilnya menanfkup wajahku dan memberikan senyum hangatnya seolah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Aku sedikit tenang walaupun masih ada kepanikan melandaku.Tiba-tiba layar monitorku menalpinkan sebuah telpon masuk aku ragu tapi Lisa memasangkang Earphone padaku dan menggenggam erat tanganku.
Tanpa banyak bicara aku mengangkat pangilan tersebut.
'Halo?'sapa ku.
'Halo? oppa bisakah kau membantuku?'
Biar ku tebak jika yang menelponku ini adalah anak kecil jika didengar dari suaranya yang lucu.'Iya. Ada apa? apakah yang bisa oppa bantu untukmu anak manis?'
'Eumm...aku sendirian dirumah, eumm Dori ada diatas pohon aku takut dia kenapa-napa. Apa oppa bisa membantuku?'
Aku terkekeh mendengar nada suaranya yang lucu itu. Lalu ku lirik Lisa yang tersenyum padaku. Kualihkan atensiku kembali kelayar monitor.
Tunggu!! Dia bilang apa? Dori? Namanya sama dengan anak kucingku dulu. Apa kabar tentang mereka yang membuangku dan Dori? Aku rindu.
'Tentu. Tapi sebelumnya apa oppa boleh mengetahui alamat rumahmu agar teman oppa bisa kesana dan membantu eumm Dori?'
'Rumahku berada didekat taman kota. Rumahku warna biru dan aku ada diluar rumah melihat Dori yang ketakutan diatas sana.' Aku terkekeh hingga aku lupa menanyakan namanya.
'Aahh kamu namanya siapa?'
'Namaku Zira. Kalau oppa?'
Aku seperti tak asing dengan namanya.'Nama oppa Minho. Lee Minho. Eumm apakah Zira yakin hanya rumah Zira yang warnanya biru?'tanyaku lagi memastikan.
'Waaah marga kita sama yaaa...iya oppa Lino cuman rumah Zira yang warna biru.' Mataku membulat mendengar ucapan gadis kecil itu. Lalu aku menoleh pada Lisa dengan tatapan terkejut. Lisa yang melihat raut wajahku ikut panik.
'Oppa?'
'Ah iya? oppa sedang menghubungi teman oppa. Memangnya Dori itu siapa? kucing Zira?' Tanyaku harap-harap jika apa yang aku katakan salah. Namun, ternyata tebakanku benar.
'Waaah kenapa oppa bisa tau? apa oppa Lino cenayang ya? hahhahha...' Aku mencoba agar menahan tangisku.
'Bukan. Dulu oppa punya kucing namanya sama kucingnya Zira.'Ucapku.
'Jinjja? Lalu kemana kucing oppa itu?'
'Oppa tidak tau. Oppa sudah lama tidak bertemu dengannya. Oppa bahkan merindukannya.'
'Zira juga ikut sedih.'
Tiba-tiba ada rasa untuk bertanya kenapa gadis kecil ini tau nama kecilku Lino. Bahkan yang tau hanya beberapa orang saja seperti Lisa, kakaknya Lisa Bambam hyung, Seungmin, Renjun, Minhyuk hyung dan juga Hyunjin. Hanya itu yang tau selebihnya tidak ada. Karna memang aku tidak memberitahunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Call
Randomkisah ini berawal dari seorang pemuda bernama Lee Minho yang bekerja disalah satu instansi pemerintah dalam hal perlindungan dan keamanan. Suatu hari ia mendapat panggilan dari seseorang bernama Seo Changbin. Mengaku bahwa dirinya tengah disekap...