Lisa pov.
Dia, Lee Minho teman sekaligus seseorang yang menyandang status sahabatku ini terlihat tak tenang semenjak kembalinya kami dari cafe tadi.
Bahkan ia yang biasa jika sudah bertemu dengan Bambam akan jadi heboh apalagi ada Hyunjin dan Renjun yang tingkahnya seperti itu kini hanya duduk termenung dimejanya dengan kondisi pandangan lurus kekomputernya. Aku sangat merasa sedih dengan apa yang telag terjadi padanya. Ditambah dengan ia yang akhirnya mendapat kabar dari adiknya Zira bahwa appa nya sedang sakit dan ingin ia kembali.Oh ya Tuhan tolong bantu dia. Jangan sampai kau membiarkan hambamu yang satu itu tetap seperti ini, aku tak tega melihatnya. Sungguh.
Dengan inisiatif sendiri aku berjalan kedapur kantor hanya untuk sekedar membuat coklat panas. Mungkin dengan itu moodnya bisa naik. Aku harap begitu.
Setelahnya aku berjalan kemejanya dengan dua cangkir coklat panas ditanganku.
"No...ini minum dulu."ucapku seraya memberikan segelas coklat padanya.
"Ah terimakasih Lisa kau memang yang terbaik."balasnya lalu meraih coklat panas ini dari tanganku.
Kuraih kursi disamping meja Minho yang kebetulan karyawannya sudah pulang. Lalu meneguk coklat panas buatanku sendiri sambil menatap pria tampan didepanku ini.
"Aaahhhhh...sungguh lezat."Ucapnya lalu menoleh padaku sambil tersenyum. Akupun membalas senyuman yang selalu ia berikan padaku. Senyuman yang membuatku nyaman jika didekatnya.
"No tolong jika kau tak sanggup menahannya jangan disimpan dan ditahan sendiri kau bisa membaginya padaku. Apa gunanya aku hmm?"entah darimana datangnya kalimat ini yang keluar tanpa permisi dari mulutku
Ia tersenyum mendengar penuturanku. Lalu tiba-tiba senyuman itu tergantikan dengan wajah sendu.
Kuraih tangannya lalu ku genggam erat-erat seolah memberikan kenyamanan padanya dan mengatakan jika semuanya baik-baik saja. Ia pun membalas genggamanku hingga membuat jantungku berdebar tak karuan.Oh Tuhan apa yang terjadi dengan jantungku? Kenapa ia berdetak begitu cepat.
"Lis..."gumamnya
"Hm?"
"Aku lelah."lirihnya.
"Hey ada aku disini."ucapku sambil mengelus tangannya pelan. Lalu kulirik jam dinding yang tak jauh dari meja Minho. Pukul 09:27. Lalu aku melirik pada Minho.
"No ini sudah larut sebentar lagi ada karyawan lain yang akan menggantikanmu. Apa kau rak mau pulang?"tanyaku yang dibalas anggukan olehnya. Ia lepas genggaman kami lalu membenarkan pakaiannya yang agar berantakan akibat duduk lalu mengulurkan tangannya padaku.
"Ayo kemeja mu, aku tau pasti tas mu masih disana."ucapnya yang membuatku tersenyum lalu meraih tangannya.
Kini aku sedang berada di mobil milik Minho. Tiba-tiba Minho menggenggam tanganku sambil berkata agar aku mau menemaninya malam ini.
"Lisa. Maukah kau menginap dirumahku dan menemaniku? Aku takut."ucapnya begitu lirih namun masih bisa kudengar karna disini sangat sunyi.
Awalnya aku ingin menolak tapi karna melihat kondisinya yang seperti ini aku jadi tak tega menolaknya jadi yang kulakukan hanyalah menganggukkan kepala.
"Tapi kerumahku dulu ya aku akan mengambil bajuku untuk besok pagi tidak mungkin jika aku harus pulang berganti pakaian pagi-pagi sekali."pintaku yang dijawab anggukkan olehnya.
Tak lama mobil miliknya pun memasuki halaman rumahku.
Lisa pov end.
Minho pov
Setelah menemani Lisa pulang untuk mengambil pakaiannya, aku melajukan mobilku menuju rumahku. Rumah yang hampir 3 tahun ini menjadi tempat tinggalku.
Kuparkirkan mobilku dibagasi, setelahnya kami masuk kedalam rumahku.
Aku menyuruh Lisa tidur dikamar tamu dekat tangga, lalu kulangkahkan kakiku menuju kamar. Setelah selesai bebersih, aku keluar dari kamar menuju ruang tengah. Dari arah dapur aku mendengar suara gaduh seperti orang sedang memasak, dan ya Lisa sedang membelakangiku.
"Kau masak apa?"tanyaku yang membuatnya berbalik lalu tersenyum padaku.
"Aku sedang masak makan malam untuk kita. Kau pasti laapar. Tunggu sebentar, ya?"ucapnya lalu kembali melanjutkan pekerjaannya membiarkan diriku terduduk dimeja makan sambil mengamatinya.
Tak butuh waktu lama, Lisa selesai memasak dan kamipun makam dalam diam, hanya ada bunyi dentingan sendok dan garpu yang mrnghiasi makan malam kami. Selesai makan malam, aku membantu Lisa membersihkan peralatan makan yang kami pakai tadi. Awalnya dia menolak tapi akhirnya ia hanya diam sambil melanjutkan mencuci piringnya.
Saat aku sibuk mengeringkan piring Lisa memanggilku.
"Lino..."panggilnya.
"Wae? "
"Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa...kau sudah punya niat untuk...emmm...pulang?"sontak membuatki terdiam. Lalu aku menatapnya, merasa ditatap Lisa menundukkan kepalanya.
"Mian... aku tak berm-"
"Aku tidak tau."aku menjeda kaliamatku lalu meletakkan piring terakhir dirak piring.
Aku kembali menatapnya."Aku...bingung. Aku ingin pulanh tapi..."
"Jangan pesimis begitu. Kau harus yakin. Kemarilah."Lisa menarik tanganku menuju ruang tengah lalu duduk berdampingan.
"Bukankah kau masih ingat apa yang dikatakan gadis kecil itu? Mereka ingin kau pulang. Pulanglah Lee Minho."Lisa menekankan kata ingin padaku.
Kitarik nafasku panjang lalu menatap Lisa dengan tatapan sendu.
"Baiklah. Aku pulang. Tapi...setelah aku memecahkan masalah itu ."ucapku final yang dibalas senyuman oleh Lisa.
"Lis..."
"Ya?"
"Apa...aku boleh tidur dipahamu? A-aku...aku lelah. Jangan tinggalkan aku."gumamku, dan lamgsung saja Lisa menarik pelan kepalaku lalu meletakkannya dipaha mulusnya. Tangannya mengelus rambutku pelan. Sangat pelan dan teratur hingga tak lama kemudian aku sudah terjun kealam mimpiku.
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Call
Randomkisah ini berawal dari seorang pemuda bernama Lee Minho yang bekerja disalah satu instansi pemerintah dalam hal perlindungan dan keamanan. Suatu hari ia mendapat panggilan dari seseorang bernama Seo Changbin. Mengaku bahwa dirinya tengah disekap...