Gadis kecil berusia sekitar 6 tahunan itu tengah duduk dipangkuan sang ibunya yang kini mengelus sayang dirinya.
"Bunda bundaaa..."panggilnya.
"Suttttsss kecilkan suaramu sayang...ayah sedang istirahat."ucap sang bunda.
Gadis kecil itupun mengerucutkan bibir mungilnya lucu membuat sang bunda terkekeh.
"Kenapa?"tanyanya.Gadis kecil tersebut langsung mendongakkan kepalanya menatap sang bunda lalu tersenyum.
"Aku waktu itu menelpon 911."seru sang gadis kecil.
Sang bunda langsung melotot ketika mendengar putri nya bilang begitu.
"Hhhh apa yang kau lakukan? Jangan main-main dengan nomor itu sayang, nomor itu hanya digunakan ketika darurat saja bukan untuk main-main.""Aku tidak main-main. Aku menelpon mereka untuk menolong Dori diatas pohon."Katanya polos.
"Yasudah kalau begitu jaga Dori, jangan sampai dia seperti itu lagi, ne? "
"Hm. Baik bunda."sigadis kecil tersenyum lebar."Oh iyaaa bunda tau? Waktu itu yang mengangkat telponku namanya sama dengan oppa."Wanita tersebut langsung menatap putrinya, namun setelahnya ia malah menggelengkan kepalanya seraya mengelupls pelan pucuk kepala sang putri.
"Zira sayangggg....didunia ini ada banyak yang namanya sama dengan oppa-mu itu. Lagi pula marga Lee juga bukan punya kita saja."balas wanita itu.
"Tapi bundaa...aku yakin itu pasti oppa. Aku yakin."Yakin sang putri pada sang bunda.
Tifani hanya diam sambil membuang mukanya kearah lain. Dihati kecilnya ia juga berharap itu putra sulungnya yang telah hilang 3 tahun lamanya. Ia menyesal dengan kata-kata yang trlah ia lontarkan kepada sang putra. Jika ia masih bisa mengulang waktu mungkin waktu itu ia dan suaminya tak akan tersulut emosi dan dia tak akan pergi.
Tifani rindu putranya. Putra yang selalu ia nantikan kelahirannya kini telah hilang bagai ditelan bumi.
"Bunda kenapa?"tanya si bungsu ketika melihat mata sang bubda mulai memerah.
"Ahhh tidak bunda tak apa. Oh ya Zira bisa turun sebentar dan menunggu ayah disini? Bunda mau keluar sebentar. Boleh?"
"Boleh bunda."sibungsu turun dari pangkuan Tifani.
Setelah memastikan sang putri duduk nyaman disof kamar rawat, ia berjalan keluar menuju pintu keluar.
Langkah kakinya membawa tubuh 47 tahun itu menuju taman rumah sakit yang sudah sering ia kunjungi tiga tahun belakangan ini. Disinilah ia menumpahkan semuanya. Segala keluh kesahnya ia tumpahkan disini. Semua rasa penyesalan yang telah ia lakukan kembali menyerang dirinya ketika si bungsu mengungkit kembali.
Bukan disengaja, tapi memang itu faktanya. Ia berdoa dalam hati jika memang benar operator yang menjawab telpon putri bungsunya itu memang benar putranya, anak sulungnya.
"Oh tuhan jika benar dia putraku, aku mohon buat dia kembali. Aku merindukannya. Snngat."Tangannya mengeluarkan selembar foto.
"Pulanglah nak. Bunda merindukanmu, Lee Minho."sambungnya lalu mencium foto tersebut.Ditempat lain.....

KAMU SEDANG MEMBACA
The Call
Randomkisah ini berawal dari seorang pemuda bernama Lee Minho yang bekerja disalah satu instansi pemerintah dalam hal perlindungan dan keamanan. Suatu hari ia mendapat panggilan dari seseorang bernama Seo Changbin. Mengaku bahwa dirinya tengah disekap...