6

20.7K 353 10
                                    


<< hanya satu saja inginku .... >>

♥♥♥

"Permisi, Kak. Saya mau mengantarkan kado dan makanan kesukaan Abang Al. Hasil masakanku sendiri, loh. Jangan lupa dikasihin ya, Kak. Heeehe," ucap seorang ABG bersama kedua temannya, tersenyum malu-malu.

"Iya. Nanti di sampaikan," ucapku malas.

"Yess! Makasih, Kak. Kalau begitu kami permisi dulu." Ketiga bocah ABG itu pun undur diri sambil tertawa riang. Meledek temannya yang tadi memberikan hadiah.

Kado dan makanan itu pun aku taruh di atas meja. Hampir setiap hari selalu saja ada yang ngasih kado atau makanan seperti ini. Kadonya bahkan belum sempat ada yang di buka. Masih menumpuk di kamar.

Merasa penasaran dengan isi rantang aku pun membukanya.

Rendang daging dengan aroma menggoda dan masih hangat. "Cihh, masakan sendiri. Palingan masakan ibunya, pake ngaku-ngaku segala. Hemm, aku makan aja, ah. Kebetulan perutku sudah berdemo."

Padahal hari ini si bibi masak, hanya saja aku kurang berselera melihatnya.

Aku pun mengambil piring dan menuangkan nasi hangat diatasnya. Mengambil rendang plus bumbu. Baru saja aku hendak menyuap, Al sudah nyelonong masuk.

Aku memang makan di ruang depan. Sengaja juga sambil menunggu adikku pulang

"Dihh, makan kok nggak ngajak-ngajak. Mau dong!"

Hap!

Sendok suapan yang menggantung malah sudah masuk ke mulutnya. Membuatku speechles. Ia begitu dekat, hanya sejengkal mungkin. Tinggal menoleh saja, maka ...

"Dari siapa, Kak?" tanyanya sambil mengunyah. Tapi ia tidak mau menoleh. Ish.

Noleh dong.

"Penggemarmu. Barusan tadi ngasih. Katanya sih hasil masakannya. Sekalian ada kado juga, noh," ucapku sambil menunjuk apa yang dimaksud. Aku pun mulai menyuap kembali, bergantian dengan makhluk tampan dihadapanku. Satu sendok bersama. Uhuuyy.

"Ohh." Ia hanya mengangguk-angguk. "Entah ini emang enak masakannya atau karena efek makan bareng kakakku yang cantik ini, yaa. Jadi semangat makannya," ujarnya sambil mengerling ke arahku.

Blush!

Mukaku pasti merah banget, nih. Tomat aja pasti kalah.

Lelaki ini baru pulang kerja padahal, kenapa wajahnya tetap fresh dan cool seperti saat berangkat. Tetap wangi pastinya. Bau pavoritku kini. Ehem.

"Iya, Kak. Aku emang tampan. Nggak usah dilihatin ampe segitunya juga," ujarnya dengan tatapan jahil.

Sialan!

Dengan segera aku membuang muka. Kepergok sedang memperhatikan itu rasanya malu setengah mati.

"Nggak usah malu-malu gitu, Kak. Aku memakluminya. Hahaha. Lucu banget, sih!" Ia tertawa terpingkal melihat rasa grogiku.

Dasar adik durhaka!

Namun aku senang melihatnya tertawa. Matanya sampai menyipit seperti bulan sabit. Pemandangam yang indah. "Udah sono mandi. Bau nih!"

"Iya iya aku mandi." Ia segera berlalu dengan sisa tawa yang masih terdengar. Membuatku geleng-geleng kepala.

Kenapa pula ia senang sekali menggodaku. Ck.

Huft. Jika melihat lelaki muda itu, begitu banyak kalimat 'seandainya' berseliweran di kepala.

Tuhan, aku ingin minta satu saja. Seandainya ....

***

Tok tok tok.

Duh, siapalagi coba yang bertamu sore begini. Rumah ini memang sering kedatangan tamu. Adikku artis kampung sini. Dari yang baru gede sampai yang udah bersuami, suka banget caper. Tapi adikku biasa saja dan tetap ramah meladeni. Mungkin itu pula yang membuat fansnya semakin banyak.

Tampan, baik hati, tajir, punya pangkat, masih muda pula. Prince charming idola banget kan? Serius deh aku nggak bohong.

Dengan malas aku beranjak dari posisi nyamanku, yang kini suka sekali bergelung di sofa kesayangan yang empuk sambil menonton televisi. Tempat favoritku kini.

Sebenarnya aku tidak enak bermalasan seperti ini. Maklum, biasa kerja keras lalu tiba-tiba bersantai. Tapi nikmati dulu saja selagi bisa. Hitung-hitung liburan. Sambil berpikir jalan keluar yang akan aku lakukan nanti ke depan seperti apa.

Awalnya aku tidak pernah berpikir akan bisa ada di sini, tinggal bersama adikku yang dulu terlihat kaku dan canggung saat bertemu.

Aku dengannya terpaut usia tiga tahun. Terakhir kami bertemu saat ia berusia lima tahun. Dibawa pasangan yang cukup kaya yang ingin mengurusnya.

Aku tidak tahu bagaimana ceritanya sampai adikku bisa dibawa pasangan tersebut. Aku pun masih kecil saat itu. Tidak mengerti apapun.

Namun dibalik itu aku bersyukur ia dibawa dan diurus orang lain. Kalau masih tinggal bersamaku kala itu mungkin kami akan tetap susah dan nelangsa. Setidaknya ia lebih beruntung hidupnya dari aku.

Bagusnya lagi walau ia sudah sukses, tapi tetap ingat dengan saudaranya sendiri. Suka membantu kakakku yang nun jauh di sana bahkan kini menampungku di rumahnya. Dimanja dan dilarang bekerja.

Sweet banget.

Aku ingat pertama kali bertemu dengannya saat ia masih SD kelas lima. Ia memang jarang berkunjung. Mungkin orangtuanya sibuk sehingga sulit mencari waktu. Ia hanya diam dan tersenyum ketika di tanya. Pendiam dan pemalu. Begitulah ia dulu.

Dan kini berjumpa lagi saat ia sudah sukses dan punya pangkat. Lumayan waktu yang cukup lama dari terakhir berjumpa saat ia sudah masuk SMP, untuk kami tidak berjumpa.

Saat itu pun aku dengan terpaksa menghubunginya. Kepepet. Mau ke siapa lagi aku meminta pertolongan selain dirinya. Dan yang tak disangka ternyata ia mau menolongku dengan tangan terbuka.

Tahu begitu dari dulu saja aku hubungi. Kadang nyesel juga.

Ah, sudahlah. Nggak akan ada habisnya menyalahkan yang sudah terjadi.

Saat membuka pintu, tamu di hadapan membuat mataku terbelalak kaget.

Mampus aku!

Mana adikku sedang keluar lagi, belum pulang. Bagaimana ini.

***

Siapakah tamu yang datang??
Jengjeng

Makasih koreksinya
Selalu ditunggu

*Part selanjutnya bisa meluncur ke aplikasi dreame yaa dengan judul yang sama. Ketik nama authornya aja : Rita Pusmawati
biar lebih gampang

Yuk ramaikan :)

Cinta Terlarang (Buku Stock Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang