Warna kehidupan sama sekali membuat dirinya sangat bahagia. Amira dengan kerudung serta sepedanya mengelilingi taman bunga yang tak jauh dari rumahnya. Suasananya ramai penuh dengan orang-orang bersantai serta melepas penatnya.
“Huh, ternyata ramai juga. Aku suka ini.”
Seorang penjual bunga melewati dirinya dan ia lalu memanggil orang tersebut.
“Pak, saya mau beli bunganya 1 tangkai.”
“Iya Mbak. Ini,” Ucap penjuang bunga sambil memberikan bunga kepada wanita penyuka bunga itu.
“Berapa harganya, Pak?”
“Harganya 5000 Rupiah, Mbak.”
“Ini,” Sambil memberikan uang itu kepada penjual bunga.”
“Makasih ya.”
“Iya, sama-sama.”
Kemudian penjual bunga itu pergi dan Amira menikmati harumnya bunga mawar yang dibelinya. Tiba-tiba ada seorang anak kecil perempuan berlari dan menabrak Amira. Bunga itu lalu terjatuh dan kotor, ada seseorang yang mendatanginya sambil meminta maaf kepadanya.
“Maafkan adik saya, dia nggak sengaja ngejatuhin bunganya. Ntar nanti akan ku ganti kok bunganya.”
“Iya nggak papa, lagian dia nggak sengaja juga sampai menabrak saya kaya gitu tadi.”
“Sekali lagi saya minta maaf ya karena sudah melakukan kesalahan ini.”
“Iya.”
Sifat Amira yang cuek dan jutek membuat orang-orang merasa sungkan untuk mendekatinya, termaksud Iswan. Orang yang baru saja meminta maaf atas kesalahan yang tidak disengajai oleh adiknya, Irma.
“Oh iya, perkenalkan namaku Iswan. Nama kamu siapa?”
“Nama aku Amira, salam kenal.”
“Iya, salam kenal juga. Mendingan kita santai dikursi itu yuk,” Ucap iswan dan tangannya sambil menunjuk kursi panjang dibawah pohon.”
“Hmm boleh.”
Lalu mereka berdua duduk disebuah kursi panjang itu. Berbicara dan saling berbagi cerita bersama.
“Amira, kamu masih sekolah nih?”
“Iya Kak, aku anak kelas 12 Sma.”
“Wah, sebentar lagi mau lulus nih.”
“Iya Kak, hehehe.”
“Btw kamu nanti kuliah?”
“Bisa jadi sih tapi ku pikirkan dulu deh.”
“Oh gitu.”
“Kakak anak kuliahan ya?”
“Enggak Dek, kakak sudah lulus tahun kemarin. Kakak sekarang sudah kerja diperusahaan sebagai manager.”
“Wah Kak, ku kira kakak masih anak kuliahan lho. Umur muka kakak aja kelihatan kaya umur 20 tahunan.”
“Enggaklah, kamu ini suka bercanda aja. Kakak umurnya 25 tahun, ya sedang-sedang sajalah.”
“Kalau aku umurnya 17 tahun, masih terlalu muda.”
“Gimana kalau kita jadi teman aja? Siapa taukan kita bisa kaya gini terus.”
“Wah Kak, ide bagus itu.”
“Dek, kakak mau minta nomornya. Boleh?”
“Boleh Kak.”
Setelah itu mereka bertukar nomor telepon.
“Makasih ya Dek, kamu sudah ngasih nomor ini ke kakak.”
“Iya Kak, sama-sama.”
“Oh iya, kakak mau pergi ke kantor ada urusan. Kakak tinggal dulu ya, maaf banget Dek.”
“Iya Kak, nggak papa kok.”
“Aku pergi dulu ya.”
“Hati-hati dijalan Kak.”
“Iya Dek.”
Iswan kemudian pergi dan meninggalkan Amira sendirian. Ia senang karena sudah mengenal pria berkumis tipis itu.
“Semoga kita bisa ketemu lagi ya Kak, Aamiin.”
*****
Saat malam, Amira menerima sebuah pesan dari Iswan. Perasaan yang biasa saja ditambah dengan sifat cueknya menambah rasa canggung untuk membalas pesan tersebut. Ia sama sekali tak menyangka kalau Iswan bisa mengirim pesan kepadanya disaat yang tepat sekali, disaat ia sedang bosan dengan hari-harinya saat ini.
Kak Iswan : Dek, ini Kak Iswan.
Amira : Oh, ini Kakak?
Kak Iswan : Iya Dek, silahkan save nomorku ya.
Amira : Iya Kak.
Kak Iswan : Lagi ngapain Dek?
Amira : Nggak ada kerjaan.
Kak Iswan : Oh gitu.
Amira tidak membalas pesan itu. Kesan cuek dan tidak peduli ada di dirinya. Ia tidak terlalu perduli dengan pesan itu karena hal tersebut tidak terlalu penting baginya.
Kakinya berjalan menuju meja belajar, untuk menulis. Memulai hobi sebagai penulis merupakan hal yang tak mudah bagi Amira tetapi ia akan terus berusaha dalam mewujudkan cita-citanya, yaitu membahagiaan kedua orang tua.
Perlengkapan untuk menulis seperti pensil, buku kosong, penghapus dan lainnya yang berhubungan dengan itu sudah lama dipesiapkannya, sudah saatnya baginya untuk menulis cerita sekaligus diary tentang hidupnya.
Diary ku, 12 September 2017
~Aku banyak belajar tentang cinta. Yang mana rasa hati ini campur aduk, ada perasaan gembira, sedih, haru, kecewa, marah, dendam dan yang lainnya ada didalam diriku ini. Aku ingin sekali mendapatkan orang yang bisa mencintaiku dengan sepenuh hati dan menerima aku apa adanya, bukan ada apanya. Dan pertemukanlah aku dengan jodohku kelak di masa depan, Aamiin.~
Selesai menulis itu, tanpa sengaja air mata Amira jatuh di pipinya.
“Eh, kenapa aku nangis sih?”
Seketika ia langsung menghapus air matanya dengan cepat dan segera tidur untuk besok yang indah.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Situasi Hati (Sudah Terbit)
DragosteSatu kata buat hati? Menurutku, hati adalah anugrah yang diberikan oleh tuhan padaku. Hati itu unik, kenapa aku berkata seperti itu? Karena hati berisi perasaan-perasaan yang menurutku sangat misterius untuk dijelaskan. Cerita ini mengisahkan tenta...