Sebulan kemudian...
"Amira... Amira... kita ke kantin yuk!" teriak seseorang yang bernama Farah. Ia adalah teman Amira sejak kecil.
"Aku malas, Farah. Kamu aja ya yang ke kantin," jawab Amira sambil menghembuskan nafas secara perlahan.
"Ayolah Amira, kenapa sih kamu tuh masih mikirin dia?" ucap Farah dengan nada memaksa dan menanyakan suatu hal ke Amira.
"Sudah ku bilang enggak ya enggak! Kenapa sih kamu ini maksa banget buat ajak aku ke kantin? Coba kamu cari teman yang lain kek gitu kenapa harus aku sih?" teriak Amira.
"Maaf Amira, aku nggak bermaksud kaya gitu sama kamu. Maafin aku ya."
"Iya, aku maafin kamu. Sebenarnya ini bukan salah kamu tapi ini salahku karena sudah kasar tadi sama kamu."
"Wajarlah kamu marah kan mood mu lagi nggak baik sekarang."
"Harusnya aku sudah lupa sama kejadian itu tapi kok aku nggak bisa lupa ya? Padahal aku sudah blok semua akun sosmed nya, sudah bakar fotonya juga, sudah hapus semua kenangan kami berdua tapi masih aja nggak lupa sama kejadian itu."
"Ya karena kan kamu mengalami kejadian yang sangat membuatmu trauma. Jadi, lupakan dia ya. Buka lembaran hidupmu yang baru dan selalu taat ibadah juga."
"Makasih sarannya, Farah. Aku akan ingat semua saranmu itu."
"Iya, sama-sama. Eh, kita nggak jadi ke kantin nih?"
"Ya jadi dong masa enggak."
"Ok lah, yuk ke kantin sebelum bel kelas berbunyi."
"Siaplah Farah."
*****
Bel berbunyi menandakan pelajaran telah berakhir dan saatnya murid untuk pulang sekolah.
"Selamat siang, Bu!!!" teriak semua murid yang mengucapkan selamat siang kepada ibu gurunya.
"Iya, selamat siang juga anak-anak."
Murid-murid pun berbaris dan berjalan secara bergiliran untuk salim kepada ibu guru. Amira pun dipanggil guru tersebut untuk menemuinya setelah pulang sekolah.
"Nak, kamu temui ibu setelah pulang sekolah. Ada yang mau ibu bicarakan sama kamu."
"Iya Bu, saya akan menemui ibu nanti setelah ini."
Amira pun menunggu dan berjalan melewati koridor sekolah. Ia tau apa kesalahannya sampai dia masuk ke ruang kantor, yaitu nilai ulangannya menjadi sangat rendah karena ia sering melamun didalam kelas.
Ia pun masuk ke dalam ruangan kantor dengan sangat tegang, ibu guru pun memanggil dan menyuruhnya duduk.
"Kamu taukan kesalahanmu, Amira?"
"Iya Bu, saya tau."
"Nak, ubahlah perilakumu itu mulai dari sekarang. Ibu tau kok bahwa kamu sangat tertekan tapi jangan sampai mempengaruhi nilai ulanganmu, mengerti."
"Mengerti Bu."
"Sebagai hukumannya kamu harus mengerjakan tugas Bahasa Indonesia di bab 12 dan dikumpulkan minggu depan."
"Iya Bu, saya akan mengerjakannya. Saya boleh pulang kan?"
"Oh boleh silahkan, lagian urusannya sudah selesai."
Amira lalu pamit kepada ibu guru itu dan keluar dari ruang kantor. Perasaannya tidak menentu dan hancur.
Ditengah pemikirannya ada sebuah ide yang terlintas dikepala Amira. Ia pun pergi ke sebuah gedung tinggi untuk melakukan suatu hal yang tak bisa terbayangkan sebelumnya.
Farah pun melihat dan berusaha mengejar Amira, tetapi usaha itu gagal dan Farah tertinggal jauh Oleh Amira.
"Dia melakukan apa ya? Jangan-jangan ada apa-apa lagi sama dia, aku sudah berusaha mengejarnya tetapi tertinggal jauh. Semoga tidak terjadi apa-apa sama Amira."
Sementara itu, Amira sudah sampai digedung yang dituju, lalu kata-kata perih terucap dari bibirnya.
"Ya Allah, cobaan apa lagi ini? Aku sudah tak sanggup lagi menghadapi semua ini. Aku ingin mati saja agar aku tak mengalami cobaan seberat ini!"
Ia kemudian melompat dari gedung itu dan ada seseorang yang menarik tangannya dari atas gedung tersebut.
"Hey kamu, kenapa melakukan hal bodoh seperti itu?" teriak seseorang.
Seketika Amira pun terkejut dan berusaha naik ke atas sambil dibantu oleh orang tersebut. Tatapan mata antara mereka mengisyaratkan adanya ketakutan dan rasa canggung yang sedang dirasakan.
"Kamu kenapa sampai repot menolong aku?" Tanya Amira.
"Aku paling nggak suka melihat orang seperti itu! Banyak orang yang sudah bunuh diri disini. Jangan sampai kamu yang merasakannya," jawab orang itu.
"Maaf ya. Eh, nama kamu siapa? Kita belum kenalan kan?"
"Oh iya, aku lupa. Namaku Fajar, salam kenal."
"Aku Amira, salam kenal juga."
"Amira, kenapa kamu sampai melakukan hal seperti itu? Coba kamu ceritakan ke aku siapa tau bisa bantu dan kasih solusi juga."
"Nggak papa, cuma masalah kecil."
"Jangan bohong!"
"Iya-iya aku jelaskan."
"Coba kamu jelaskan dengan jujur."
"Begini, aku lelah karena banyak cobaan yang menghampiri jadinya ya begitulah."
"Nggak ada cara lain begitu selain bunuh diri?"
"Aku nggak berpikir sampai kesitu sih."
"Makanya, berpikir dulu sebelum bertindak. Kalau sampai ada apa-apa sama kamu siapa yang repot? Keluargamu juga kan?"
"Iya, maafkan kejadian tadi ya."
"Nggak usah minta maaf ke aku, minta maaf saja sama Allah."
"Makasih tadi sudah menolong aku, Fajar."
"Sama-sama. Eh, kamu sudah pulang sekolah kan? Mau ku antarin?"
"Nggak usah deh kan kita baru kenal."
"Santai ajalah, yuk ku antarin sampai depan rumahmu."
"Hmm boleh deh."
"Begitu dong."
"Iya."
Fajar lalu mengantar Amira sampai kerumahnya lalu singgah sebentar dan pamit untuk pulang. Amira kemudian berteriak kepada Fajar.
"Semoga kita bisa ketemu lagi ya."
"In syaa allah kita akan bertemu lagi setelah ini."
Fajar pun pergi dan Amira berbicara didalam hatinya, "Aku berharap bisa ketemu lagi sama dia, Aamiin Ya Allah," dan dia pun kembali masuk kedalam rumahnya.
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/187380926-288-k585669.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Situasi Hati (Sudah Terbit)
RomanceSatu kata buat hati? Menurutku, hati adalah anugrah yang diberikan oleh tuhan padaku. Hati itu unik, kenapa aku berkata seperti itu? Karena hati berisi perasaan-perasaan yang menurutku sangat misterius untuk dijelaskan. Cerita ini mengisahkan tenta...