Bab 2

32 18 2
                                    

Hari senin disaat kelas sedang ribut-ributnya, datanglah dua orang yaitu ibu guru dan seorang murid baru. Semua mata murid tertuju kepada orang tersebut.

Amira sangat kaget karena ternyata murid baru itu adalah Fajar yang kemarin lusa menolongnya untuk mencegah terjadinya bunuh diri yang hampir dialaminya.

"Selamat pagi semuanya."

"Selamat pagi Bu guru!" Teriak semua murid yang ada dikelas itu.

"Anak-anak, ini namanya Fajar. Fajar, ayo perkenalkan dirimu, nak."

"Perkenalkan namaku Fajar Aditya, aku anak pindahan dari SMA Abdi Wijaya di Malang. Salam kenal semuanya." Ucap Fajar sambil melambaikan tangan ke semua murid dikelas itu.

"Nak, silahkan kamu duduk disamping Amira ya."

"Baiklah Bu."

Seketika badan Amira panas dingin saat tau bahwa Fajar akan menjadi teman sebangkunya. Fajar pun bingung bisa bertemu dengan Amira.

"Hai, Amira. Kita ternyata bertemu lagi ya."

"Iya, nggak nyangka banget aku bisa ketemu lagi sama kamu."

"Aku sangat senang bisa sebangku sama kamu, Amira."

"Aku juga sangat bersedia satu bangku sama kamu."

"Oh iya, nanti istirahat kamu tunjukin aku ya tentang sekolah ini. Supaya aku bisa cepat tau tentang sekolah ini."

"Ok lah, aku akan temanin kamu pas istirahat."

"Makasih sebelumnya sudah mau nemenin aku."

"Sama-sama, Fajar."

Mereka berdua melanjutkan pelajaran yang dibahas oleh Ibu guru didepan kelas.

*****

Lonceng istirahat pun berbunyi dan semua murid keluar kelas.

Ada yang ke kantin, ada yang bersantai dihalaman sekolah, ada yang tetap berada didalam kelas dan masih banyak lagi kegiatan.

Amira bersama dengan Fajar berkeliling halaman sekolah untuk menunjukkan setiap ruangan kelas. Mereka kemudian duduk disebuah kursi panjang yang ada disekitar taman sekolah.

Sambil menikmati hari-hari yang indah, mereka berdua pun saling bercanda dan tiba-tiba minuman Amira tak sengaja tertumpah ke baju Fajar. Ia pun berusaha membersihkan sisa minuman yang ada di baju pria tersebut.

"Maafkan aku, Fajar. Aku nggak sengaja melalukannya."

"Iya, nggak papa kok. Lagian ini bukan salah kamu tetapi karena tidak sengaja kan?"

"Iya sih tapi tetap saja aku yang salah karena minumanku mengenai bajumu."

"Santai-santai, aku tau kok kamu nggak salah apa-apa. Ok Amira."

"Tapikan..."

"Nggak ada tapi-tapian, kamu nggak salah titik!"

"Iyadeh iya, aku nggak salah."

"Nah begitu dong baru temanku kan?"

"Iya-iya."

"Kamu ini bawel banget sih jadi cewek?"

"Ihh, maaf ya aku nggak kaya begitu orangnya."

"Ah masa sih? Buktinya sekarang kamu lagi bawel nih."

"Enggak ya enggak!"

"Eh, kenapa kamu marah? Maafin aku deh, nanti ku belikan kamu es krim."

"Iya-iya, aku maafin kok."

Tiba-tiba lonceng pertanda masuk kelas sudah berbunyi dan seluruh murid masuk ke kelasnya masing-masing.

"Yuk kita masuk kelas," Ucap Fajar dan dia langsung memegang tangan Amira.

"Eh, kenapa dengan kamu? Kenapa kamu memegang tanganku?" Ucap Amira dengan nada terkejut.

"Ayolah, ini sudah masuk kelas lho. Kamu nggak mau kan kita sampai terlambat masuk kelas?"

"Iya juga sih tapi jangan kaya gini juga dong."

"Kamu jangan banyak bicara, kita lari saja agar cepat menuju ke kelas."

"Iyadeh, aku menurut saja apa kata kamu."

"Sekarang kita lari!"

Mereka lalu berlari kencang dan kemudian sampai dikelas dengan selamat dan tidak terlambat.

*****

Panas yang terik membuat Amira dan Fajar singgah di sebuah penjual es keliling.

Mereka memesan 1 es krim rasa lemon dan 1 es krim rasa vanila. Canda dan tawa menghiasi pertemanan tersebut, Amira berpikir kenapa mereka bisa seakrab ini padahal baru saling kenal.

Fajar kemudian mengagetkan Amira, "Hayo, kenapa kamu melamun?"

"Enggak. Aku nggak melamun apa-apa."

"Terus kenapa tadi kamu kelihatannya melamun? Jangan melamun terus ntar es nya cair lho."

"Iya, aku tadi melamun."

"Kenapa?"

"Tunggu saat yang tepat aja deh ya."

"Main rahasiaan ni yee ceritanya."

"Hmm mungkin."

"Lanjutin gih makan es krimnya."

"Ok deh."

Mereka melanjutkan makan es krim dengan bahagianya.

*****

"Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku dengan hatinya, bersama sampai mati..."

Salah satu lagu dari Admesh Kamaleng tersebut mengiringi tidur Amira. Ia sangat menyukai musik apalagi dia mendengarkan lagu kesukaannya pada waktu luang, salah satunya adalah saat tidur.

"Kok aku suka sama lagu ini ya? Apa jangan-jangan aku suka sama fajar? Ah, nggak mungkin. Masa baru kenal sudah ada perasaan sih kan mustahil."

Setiap lagu yang diputar oleh Amira mewakili setiap perasaannya. Misalnya dia mendengar lagi galau berarti dia mengalami kesedihan, begitupun sebaliknya.

"Ah, daripada memikirkan itu mendingan aku tidur."

Malam pun semakin larut dan Amira pun tak bisa tidur dengan nyenyak seperti biasanya.

"Aduh, kenapa sih aku nggak bisa tidur?"

Lalu ia bangkit dan mengambil segelas air minum.

"Mungkin ini bisa membuatku tenang."

Dan dia melanjutkan tidurnya dengan nyenyak.

*****

Situasi Hati (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang