2. Bangtan, Bangtan, Bang-bangtan!

322 29 2
                                    

Putih? Hah? Dimana ini?
Perasaan tadi gua lagi di sekolah dah, ngerjain tugas bahasa bareng mereka...
Aah..gua tau, sial.

Jimin membuka mata sepenuhnya, meski masih setengah sadar, dia tau kondisinya sekarang ada dimana.

"Jim? Yaah..dah sadar? GWS yah", taehyung, yang selalu nemenin jimin tiap begini.
"Geura Wafat Sia", lanjutnya sambil mengacak rambut jimin.

"Bangsat lu", kesal Jimin lalu mendorong taehyung ke kursinya semula. Mereka hanya tertawa pelan, begitulah candaan mereka hampir setiap harinya.

"Min...nih si Jimin dah bangkit dari kematian", taehyung noleh ke belakang nya yang terdapat siluet seorang perempuan dibalik tirai UKS sekolahnya.

"Apaansi taeayam", Jimin mukul pelan pundak taehyung lalu mendongak melebihi tinggi kepala taehyung agar bisa melihat bayangan perempuan itu.
"Siapa itu tet?", Tanya jimin yang masih penasaran.

"Makanya jangan bogel maneh teh", ledek taehyung yang tak dipedulikan jimin, udah keseringan katanya. Basi.

Perempuan itu membuka tirai yang menutupi mereka berdua dan terlihat wajahnya sekarang, masih sedikit takut buat masuk sepertinya. Dia hanya memunculkan kepalanya dari balik tirai itu.
"Ji-jimin...gimana?", Tanya perempuan itu.

"Hah?", Yang ditanya hanya memiringkan kepala serta membuka mulut dan matanya lebar-lebar.

"Telmi anying", taehyung nepok pala Jimin pelan lalu bangkit dari kursinya dan nyuruh Mina duduk disana.
"Gua masih ada ekskul, kalian disini ae yak. Itung² PDKT tuh jim, klo ada apa² chat aja gua. Byeeee", Taehyung keluar UKS dan hanya menyisakan mereka berdua diruangan itu.

Canggung banget anjir, taehyung bangsat.

"T-tadi kenapa jim?", Ucap Mina tiba-tiba yang untungnya menghancurkan keheningan disana.

"Hm?", Ini sebabnya dia nolep. Telmi, ga ada yang mau nemenin.

"E-eh, k-kalo gamau ngasih tau gausah dijawab aja jim gapapa kok", Mina gelagapan, takut menyakiti perasaan jimin yang baru siuman.

"Ooh gapapa, udah biasa kaya gini gua min..", Jimin mulai paham maksud pertanyaan Mina tadi dan mulai membuka mulut menjelaskan sedikit demi sedikit apa yang terjadi.

Mina menganggap Jimin periang. Sore itu, di UKS untuk pertama kalinya dia melihat Jimin menundukkan kepalanya murung, raut wajahnya berubah 180°. Hanya kesedihan yang bisa Mina lihat sore itu.

"Hmm...andwae andwae, ga seharusnya gua sedih. Hehe...", Jimin hanya terkekeh pelan. Melihatnya, Mina langsung menggenggam tangan jimin yang dingin.

"Gapapa jim, perlahan aja. Gausah dikasih tau juga gapapa, biar waktu yang ngejawab. Meski gua gatau masalah lu, tapi....Hwaiting jiminie!", Mina ngasih semangat dengan mengepalkan tangan sebelahnya ke atas lalu tersenyum manis ke arah Park Jimin.

Jimin melihatnya lagi.
Senyuman itu...
Dia mendongak lalu mengusap air matanya yang baru akan keluar. Tersenyum, mereka sekarang saling tatap. Berharap mengerti dan merasakan kondisi satu sama lain, saling menyemangati walau hanya lewat telepati.

Jimin menggenggam tangan Mina yang hangat.
"G-gomawoyo, Mina", ucapnya sambil tersenyum, yang ngebuat matanya makin kelelep.

"Hm, iya jim. Kalo ada apa² bilang Mina aja, eh bilang ke taehyung juga gapapa kok, ke bangchan juga, ke chae ju-", Mina terkejut.

Gimana ga kaget. Jimin langsung memeluknya erat sebelum mina menyelesaikan omongannya. Entah apa yang dipikiran Jimin sore itu, untuk pertama kalinya dia memeluk perempuan selain Ibu dan adek²nya.

Promise;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang