Bencana.

6.8K 867 124
                                    


.

"La, malem ini aku nginep aja ya dirumah kamu."

"Eh jangan! Kamu kan harus latihan nanti malem, tinggal 10 hari lagi kamu lomba."

"Nggak papa, aku bisa izin dulu malem ini, nggak mungkin lah aku ninggalin pacar aku dalam keadaan kaya gini, gila kamu."

Iya,gw emang gila karna lo Yo.

"Yaudah iya.. Terserah."

Setelah perdebatan kecil itu Yohan kembali fokus melanjutkan acara masaknya, kali ini ia memasak sayur bayam dan bakwan jagung kesukaan Lena.

"Yo, aku mau kekamar."

Yohan yang baru saja mematikan kompor karena sayurnya sudah matang itu langsung menoleh, merasakan nada bicara aneh dari ucapan Lena.

Ia lalu menghampiri Lena, berjongkok dihadapan Lena yang duduk dibangku meja makan.

"Sayang, kamu marah, hm?" ucap Yohan lembut mengusap kedua tangan Lena.

Lena menunduk menggelengkan kepalanya.

"Jangan bohong, aku tau kamu marah kan?"

"Aku nggak suka jadi beban Yo, gara-gara aku apa yang kamu harus lakuin jadi tersendat gini."

"Lala... Kamu bukan beban aku, kamu tuh belahan jiwa aku La."

Lena tertawa miris, "Belahan jiwa ya? Tapi kok suka diselingkuhin sih?"

Ya, walaupun akhir-akhir ini Yohan sudah jarang jalan bersama perempuan lain, tetap saja perlakuan dia yang lalu masih tidak bisa Lena lupakan.

"Oke, sekarang terserah kamu. Kamu mau nanti malem aku pergi, oke aku bakal pergi. Sekarang kamu mau apa lagi?"

"kekamar, mau rebahan sebentar, capek."

Tanpa bicara sepatah katapun lagi Yohan langsung mengangkat Lena, menggendongnya ala bridal style.

"Kalo kamu butuh apa-apa teriakin aja nama aku 3 kali, aku mau kebawah lagi buat goreng bakwan." ucap Yohan setelah merebahkan Lena diatas kasurnya.

Lena hanya mengangguk, ia lalu membalik badannya memunggungi Yohan. Tidak ingin Yohan melihatnya menangis.

Dirasa Yohan sudah keluar dari kamarnya karena terdengar suara seseorang menutup pintu, Lena baru berani terisak keras bahkan terdengar seperti berteriak.

Terdengar sangat pilu, siapapun yang mendengarnya mungkin dapat merasakan dan membayangkan bagaimana rasa sakit yang saat ini Lena rasakan.

Seperti Yohan, ia dapat merasakannya. Hatinya terasa sakit melihat dan mendengar isakan kencang Lena.

Jika kalian pikir tadi Yohan keluar dari kamar Lena turun kebawah melanjutkan aksi masaknya, Kalian salah.

Yohan tidak keluar, ia memang menutup pintu namun itu hanya untuk memastikan dan mengelabui Lena.

Ia tau Lena akan menangis, ia melihatnya saat menidurkan Lena tadi matanya sudah berkaca-kaca.
Ah tidak, bahkan perempuan itu sempat sudah menitikan air matanya.

Kim Yohan • Bad ° [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang