Miss Krone meminta kami membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang.
Katanya sih untuk project yang akan datang. Entah apa. Tapi pasti akan merepotkan.
Bagian membentuk kelompok bebas secara mandiri nya sendiri lebih merepotkan.
Apalagi anak perempuan, pasti mereka ingin sekelompok dengan yang mereka kenal dekat. Atau anak laki-laki yang ingin sekelompok dengan yang rajin agar bisa bermalas-malasan.
Aku? Aku bahkan tidak terpikirkan akan sekelompok dengan siapa, karena selama ini Aku hanya ikut dengan siapa saja yang mau mengangkutku.
Maksudku, untuk apa ribet memilih? Yang penting tugas selesai 'kan. Dengan siapapun itu, asal bisa bekerja sama pasti mudah.
Seperti biasa, di saat seperti ini bagian depan mejaku sudah ramai seperti tempat lelang di pasar.
Yup, betul sekali.
Banyak yang ingin satu kelompok dengan si cowok emo.
Aku bisa menebak wajah malasnya saat ia dikerumuni olehㅡ mungkin sekitar tujuh orang ambisius. Membayangkannya saja sudah membuatku tertawa. Dalam diam.
"Ray! Ayo sekelompok denganku! Aku yakin nilai kita pasti bagus."
"Tidak Ray! Denganku pasti lebih menguntungkan!"
"Ray, mungkin kau bisa mempertimbangkan sekelompok denganku!"
"Ray, pilih Aku!"
Telingaku hampir dipenuhi Ray, Ray, dan Ray. Oke, memangnya kenapa kalau sekelompok dengannya?
Iya sih dia memang cerdas, pasti ide briliannya tidak terduga dan mengesankan.
Tapi memanfaatkan itu demi kepentingan diri sendiri, bukankah itu... egois? Kecuali kalau dia memang mau bekerja sih... mungkin tak masalah.
"Maaf, tapi Aku akan sekelompok dengan dia."
Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi gebrakan mejaㅡoke itu mejaku, dan tidak keras-keras amat kokㅡyang berhasil menyadarkanku dari lamunan.
"Eh?" Aku bingung sendiri, mengedipkan mata berkali-kali untuk memastikan kesadaranku 100%.
"Iya, Aku akan sekelompok denganmu." jelasnya.
Dengan deklarasinya itu, ketujuh murid yang memperebutkan Ray mulai bergumam tak jelas. Ada yang mengumpat kesal, kecewa, dan marah.
Aku melihat satu persatu wajah mereka.
Baiklah, sepertinya Aku akan dibenci.
Lalu melihat ke arah cowok emo yang sedang memandangku dengan pandangan tolong selamatkan aku! begituㅡ atau seperti itu yang Aku tangkap.
Dengan ragu Aku mengangguk setuju, dan dengan itu pula kerumunan itu bubar. Setelahnya, Aku menghela napas panjang.
Rasanya seperti mendapat tekanan dari guru saat ujian praktik.
Sepertinya Aku akan benar-benar dibenci...
"Tenang saja, mereka tidak akan membencimu karena itu."
Seperti seorang esper, ucapannya tepat sasaran.
"Eh? Kau bisa membaca pikiran ya?"
Pertanyaan bodoh. Berhasil membuat senyuman meledek terlukis di wajahnya.
"Betul sekali. Aku bisa membaca pikiranmu, bahkan membaca isi hatimu."
Nada bicaranya yang terkesan menggoda membuatku risihㅡ namun diam-diam Aku menyukai sisi jahilnya itu.
Tunggu, bagaimana kalau dia benar bisa membaca isi hatiku? Aku membuang jauh-jauh pikiran fantasi itu. Itu tidak mungkin.
"Wow." Aku mencoba bersikap sarkas, "ngomong-ngomong, kenapa memilihku?" tanyaku mengalihkan topik.
"Menurutmu kenapa?"
Dia malah membalikkan pertanyaan. Aku berpikir sejenak, dan mendapat kemungkinan alasan ia memilihku.
"Karena Aku berguna." / "Karena Aku ingin denganmu."
Eh?
Sesuatu di perutku terasa aneh, lalu merambat menuju wajahku.
(Poof!)
Aku bisa merasakan wajahku saat ini memanas dan memerah. Tapi Aku harap ia tidak menyadarinya!
"A-aku kan hanya pelarianmu dari mereka."
Dia terkekeh mendengar pernyataanku, sepertinya ia tidak bisa menyangkal soal itu.
"Kau ini sok tahu sekali. Kalau hanya pelarian Aku kan bisa memilih orang lain. Aku memang ingin denganmu kok."
Sekali lagi, mendengar itu perutku terasa aneh. Wajahku yang memanas belum juga reda, rasanya malah semakin panas.
"Selain itu, mungkin karena kau juga sangat membantu di project kelompok seperti ini." lanjutnya.
Tuh kan? Aku seperti dimanfaatkan rasanya.
Ray bangkit dari kursinya, lalu Aku bisa merasakan sesuatu menepuk ujung kepalaku. Aku pun mengangkat wajahku.
Itu tangannya hei!
"Mohon kerjasamanya ya."
Ia berkata seperti itu dibarengi dengan senyum seulasnya. Lalu pergi keluar kelas, meninggalkan Aku yang tertohok dengan sejuta perasaan aneh yang menjalar di seluruh tubuh.
Aku pun membenamkan wajahku pada kedua tanganku yang terlipat di atas meja. Menutupi ekspresi aneh yang muncul.
Kalau begini caranya Aku tidak tahan lagi!
🌸🌸🌸
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Tadinya mau bikin draft aja, tapi keterusan ㅠㅠ
Jadi dipublish aja deh~ tumben banget kan update siang 😆Gimana gimanaa? ⁄ ⁄>⁄ ▽ ⁄<⁄ ⁄
Gemes banget Ray pengen aku pites rasanya!!! //heh
Hope u like it guys! 🍮
See ya🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
i c h i g o × c o f f e e
Lãng mạnThe Promised Neverland / 約束のネバーランド - • A Fanfiction • - contains : ╰☆ Halu / 1st POV ╰☆ Ray ONLY! ('∀' ) ╰☆ Young adult!AU ╰☆ (not so) Romance ╰☆ Inconsistent writing & updates ehe ....φ(・∀・*) 🔸️The Promised Neverland © Kaiu Shirai/Posuka Demizu