"Ray."
"Hm?"
"Sepertinya tinggimu bertambah ya?"
Aku berjinjit sambil mengangkat tangan kananku, mengukur gap antara tinggiku dan tingginya.
"Lihat, perasaan tahun lalu gak segini deh. Memangnya laki-laki itu tumbuh secepat itu ya?"
Aku masih asyik bermonolog, karena kenyataannya yang diajak berbicara hanya berdeham iya iya aja tanpa ada niat membalas.
Hih menyebalkan!
Cowok emo di sampingku masih fokus dengan bukuㅡyang entah apa itu. Memangnya buku semenarik itu ya? Aku hanya bisa mendengus sebal.
Kualihkan pandanganku keluar jendela, menatap lapangan akademi yang kosong melompong karena ini masih jam pelajaran.
Tidak, bukan bolos. Kelas memang kosong, katanya gurunya sedang ada keperluan. Masa bodoh? Aku senang tidak belajar. Jadi Aku keluar kelas untuk menghindari keriuhan di dalam.
"Ray."
Aku mencoba mengusiknya lagi, karena bosan jadi Aku mencari kegiatan yang cukup menghibur.
Iya, mengusik Ray memang menghibur, tapi juga bikin kepala sakit. Jadi... apa dong?
"Hm?"
"Baca buku apa?"
"Baca saja judulnya."
Mendengar jawabannya yang gak sekedar "hm" membuatku antusias untuk mengetahui judul buku ituㅡ padahal Aku sudah curiga itu buku membosankan.
Dengan semangat Aku menengok ke bagian depan buku yang sedang Ray baca, yang sayangnya menghadap ke bawah dan harus membuatku membungkuk tidak jelas.
"Ihh Aku gak bisa lihat. Judulnya tertutup tanganmu. Dan lagi, angkat sedikit dong!" protesku sambil mencoba mendorong buku itu agar terangkat.
Namun nyatanya malah ditahan oleh Ray, Aku kembali mencak-mencak karena sikapnya yang menyebalkan.
"Memangnya kalau sudah tahu judulnya mau baca?"
Aku berhenti meracau, dan kembali berdiri tegap. Menatapnya dengan sebal karena sudah pasti jawabannya tidak akan kubaca.
"Untuk apa Aku baca buku yang kau baca? Membosankan."
Ray terdiam, ia tampak berpikir.
"Oh iya, ngomong-ngomong... saat pemeriksaan kesehatan kemarin tinggiku jadi 180 cm. Ternyata tahun ini bertambah 5 cm."
"Tuh! Tuh kan! Jahat! Masa Aku stuck di 158."
Racauan ku semakin menjadi ketika mengetahui kenyataan bahwa Aku tidak bertambah tinggi sama sekali.
Sedetik kemudian, Aku mendengar kekehan yang tak lain dan tak bukan berasal dari lelaki di sampingku. Membuatku berhenti dan menatapnya tajam. Tersinggung.
"Ada yang lucu?"
"Ehm. Ah, nggak... Aku hanya berpikir kenapa akhir-akhir ini kau terlihat lebih boncel."
Mendengarnya yang menyebutku boncel dengan santai membuatku semakin kesal.
"Apa maksudmu boncㅡ"
"Imut."
Aku yang dengan samar mendengarnya segera menoleh dan menatap wajahnya. Namun tanpa sempat melihat ekspresi Ray, ia lebih dulu mengetuk wajahku dengan buku anehnya lalu melenggang pergi masuk ke kelas.
Meninggalkanku dengan sekian perasaan aneh, dan pertanyaan hah tadi kau bilang apa?
Tanpa sadar, wajahku terlihat aneh dengan warnanya yang sudah semerah stroberi.
Kurasa.
• • •
Sementara itu...
Dengan cepat pemuda bersurai hitam ala emo itu menarik kursinya dan duduk disana.
Menenggelamkam wajahnya dalam lipatan tangan, dan bergumam hal-hal yang ia sesali telah dilakukannya.
"Sial. Apa yang kukatakan tadi. Bodoh kau, Ray. Tapi saat dia marah tadi rasanya Aku ingin mengacak-ngacak rambutnya. Sial. Sial. Sial. Sejak kapan dia terlihat seperti itu. Sial."
Sekali lagi, pemuda itu kalut dalam pikirannya sendiri. Entah terlalu polos, atau pikirannya terlalu rumit.
Orang pintar sulit.
📏📏📏
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
hae welkambek tu mai cyenel~
aku izin slow update ya, maafkan akuuuu (;´༎ຶД༎ຶ')
btw TPN MAU ADA LIVE ACTION ASDFGHJKL HOW'S YOUR FEELING GUYS???
AKU KESEL KENAPA RAY NYA BEGITU SHOTA 😤 //tampar akuOiya maapkan pendeccc ya huhuhu
Di lain chapter aku bales panjang dehhLupyu al gais:*
KAMU SEDANG MEMBACA
i c h i g o × c o f f e e
RomansaThe Promised Neverland / 約束のネバーランド - • A Fanfiction • - contains : ╰☆ Halu / 1st POV ╰☆ Ray ONLY! ('∀' ) ╰☆ Young adult!AU ╰☆ (not so) Romance ╰☆ Inconsistent writing & updates ehe ....φ(・∀・*) 🔸️The Promised Neverland © Kaiu Shirai/Posuka Demizu