Pernah terpikir jadi orang yang paling dekat dengan orang yang paling terkenal satu akademi?
(ᅌ ˇ ᅌ✿)
Tinggi. Pintar. Kutu buku. Dan... Emo.
Yang terakhir itu serius. Model rambutnya yang spiky di belakang dan emo di depan sudah jadi hal ikoniknya. Aneh? Cukup membuatku tergelitik saat awal mengenalnya, kira-kira dua tahun yang lalu.
Siapa sangka cowok emo itu sekarang sedang duduk dihadapanku, menyesap sekotak susu rasa stroberi kesukaannya sambil membaca sebuah buku yang tebalnya kurasa cukup untuk membuat benjol kepalamu.
Ah, soal susu stroberi... Bukan hal yang aneh 'kan kalau Aku tahu satu atau dua hal yang dia sukai?
"Aku heran deh."
Aku membuka pembicaraan, cowok emo pun menoleh padaku dan menyimpan kotak susunya yang kuyakin itu sudah kosong.
"Apa?"
"Soal susu stoberi itu lho. Kurasa tidak cocok dengan image mu itu, Ray. Ah jangan marah, hanya berpendapat. Manusia bebas berpendapat 'kan?" Aku tersenyum, meledek.
Cowok emo-- ah Ray mendesah perlahan dan menutup bukunya. Aku bisa merasakan bahwa ia akan menimpuk ku dengan buku itu, namun sayangnya tidak. Padahal Aku ingin bolos di jam berikutnya dengan berdalih jatuh dan istirahat di UKS.
"Hah... Kau ini bicara apa? Lalu, manusia macam apa yang minum kopi panas di siang bolong seperti ini?" Ray balik menyerang dengan menyinggung kopi hitam panas favoritku yang tinggal setengah. Wajah meledeknya menyebalkan.
"He-hei! Manusia bebas--"
"Nah. Manusia bebas berpendapat 'kan, Nona?"
Dengan memberikan penekanan menyebalkan pada Nona, sambil membawa buku dan kotak bekas susunya ia pun berlalu. Meninggalkan Aku dengan setengah gelas kopi hitam....
Dan wajah memerahku.
A-apa-apaan sih?!
'•.¸¸.•''¯'••._.• ѕуαℓαℓαℓαℓα •._.••'¯''•.¸¸.•'
Perpustakaan sore ini cukup sepi. Bagus. Aku langsung mencari bangku strategis dan memposisikan tubuhku sebaik dan senyaman mungkin dengan berbagai jenis buku yang tidak Aku mengerti, sebuah kamuflase sempurna untuk tidur. Tidak akan ada yang tahu kalau Aku sedang pura-pura membaca.
Ah. Kecuali dia.
"Kau kesini bukan untuk tidur 'kan?" suara mengintimidasinya yang muncul tiba-tiba membuat bulu kuduk ku sanggup berdiri hingga satu menit lamanya.
Aku yang sudah dalam posisi siap terjun ke dunia mimpi perlahan menoleh ke balik tumpukan buku di hadapanku. Dan mendapati sosok itu disana.
Cih, kenapa harus disini sih.
"Tentu saja Aku mau membaca. Kau tidak lihat tumpukan buku-buku ini?" Ujarku berdalih. Namun ia hanya tertawa meledek.
Ray menoleh ke arah tumpukan buku di hadapanku, sepertinya membaca judul-judulnya.
"Memangnya kau mengerti isi buku itu?"
"Te-tentu saja!"
Setelahnya hanya ada keheningan diantara kami. Ia tak meresponku lagi, dan sibuk dengan buku lainnya. Ah, itu bukan buku setebal gaban yang biasanya. Lebih tipis? Asumsiku, itu buku yang lain.
Demi menjaga citra diriku, Aku terpaksa membaca salah satu buku yang kuambil secara acak tadi. Tidak membaca, hanya membuka halamannya satu persatu.
"Sapiens: A Brief History of Humankind... Buku apa ini, kepalaku pusing..."
Aku tak habisnya mengeluh, selesai pada halaman terakhir Aku segera menutup buku itu dan menyingkirkannya dari pandangan.
Waktu terasa lama jika Aku menghabiskannya untuk membaca-- meskipun hanya lihat-lihat, dan jam baru menunjukkan pukul empat lebih lima belas. Masih ada lima belas menit lagi sebelum waktu tutup perpustakaan.
Aku memutuskan untuk mengembalikan buku-buku ke raknya masing-masing, tidak butuh waktu lama karena Aku mengambilnya dari satu jenis rak. Aku kembali ke kursiku tadi, dan Ray masih disana.
"Hei kau--" saat Aku ingin menepuk punggungnya dengan keras, aku menyadari bahwa dia sedang... tertidur. Aku pun mengurungkan niatku, lalu menarik kursi di sebelahnya dan duduk disana.
Aku menyandarkan wajahku di meja, menghadap wajah Ray yang sedang tertidur.
"Curang. Bisa-bisanya meledekku tertidur di perpus, kau sendiri juga." Aku bergumam kesal, "Buku setipis itu mana mungkin bisa menutupimu dari ibu penjaga perpus. Setidaknya kalau mau nakal, pintarlah sedikit."
Setelah asyik mengomeli Ray yang tertidur, Aku memutuskan untuk memejamkan mata barang sejenak. Rasanya suasa sore yang sepi ini benar-benar mendukungku untuk tertidur, Aku masih kesal karena rencanaku tadi gagal.
Namun, sebentar saja, izinkan Aku menikmati kedamaian sore ini.
Ting Tong... Waktu kunjungan perpustakaan tinggal lima menit lagi, para siswa diharapkan segera merapikan kembali buku dan barang bawaannya. Ting Tong...
Suara pengumuman membuatku ingat waktu bahwa Aku masih di perpus. Aku membuka mataku dengan cepat, dan disaat yang sama, mataku bertemu dengan matanya.
Sorot mata itu menatapku hangat, sehangat mentari senja hari ini. Kehangatan itu bertahan, cukup lama. Sampai-sampai Aku merasa ada perasaan aneh di perutku.
Namun sepersekian detik kemudian, sebuah buku berhasil mendarat di wajahku. Dengan tidak elitnya.
"Ayo pulang, putri tidur."
Ray pelaku pendaratan buku itu. Setelahnya ia meninggalkan Aku yang masih terkejut, tidak menyangka, dan semua perasaan aneh bercampur aduk di perut dan kepalaku.
Tadi wajahnya memerah kan?!!
'•.¸¸.•''¯'••._.• ѕуαℓαℓαℓαℓα •._.••'¯''•.¸¸.•'
---------------------------------------------------------------------------------------
hello guyysysys
welkam tu de klab /wut
RAY IS LOVE RAY IS LIFE ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
i c h i g o × c o f f e e
RomanceThe Promised Neverland / 約束のネバーランド - • A Fanfiction • - contains : ╰☆ Halu / 1st POV ╰☆ Ray ONLY! ('∀' ) ╰☆ Young adult!AU ╰☆ (not so) Romance ╰☆ Inconsistent writing & updates ehe ....φ(・∀・*) 🔸️The Promised Neverland © Kaiu Shirai/Posuka Demizu