Cuaca sore ini benar-benar buruk. Hujan deras tiba-tiba mengguyur saat Aku sedang di perjalanan pulang ke asrama. Hari ini mungkin hari sialku.
Jarak dari akademi dan asrama cukup jauh, makanya Aku belum sampai disana mekipun sudah enam menit berjalan. Setidaknya butuh tujuh menit lagi untuk Aku sampai di asrama.
Untungnya saat ini Aku sempat berteduh di sebuah pondok kecil di tengah-tengah kebun-- ya akademi luas dengan segala isi di dalamnya.
Namun percuma saja, Aku sudah basah kuyup. Setidaknya Aku akan menunggu hingga sedikit reda, memaksakan diri akan memperburuk keadaan. Tidak mungkin untuk melanjutkan perjalanan saat petir ada dimana-mana.
Aku bersandar pada tembok pembatas, memperhatikan jalan utama yang menghubungkan akademi dan asrama. Tidak banyak murid yang lewat-- bahkan sepertinya tidak ada, artinya ini sudah cukup sangat sore.
Oke, sepertinya tugas titipan guru matematika tadi menghambatku pulang lebih awal. Yang lain pasti sedang bersantai di kamar masing-masing.
Aku menarik napas dalam dan menghembuskannya kasar.
"Aaaaaa! Aku ingin pulang~!"
Sepi. Aku berharap ada yang menanggapiku, tapi tentu saja itu bodoh, mana ada orang saat ini. Dan lagi, pondok ini tidak terlihat dari jalan. Jadi siapa pula yang mau ke sini.
Memikirkan hangatnya selimut saja sudah membuatku makin kesal, sialnya udara saat ini tidak seindah imajinasiku soal selimut.
Dingin!
Aku menarik kakiku, menekuknya hingga aku bisa memeluknya. Setidaknya, ini bisa sedikit menghambat udara dingin bersentuhan langsung dengan tubuhku.
Udara dingin dan suhu tubuhku yang semakin rendah ini... membuatku... sedikit... mengantuk...
✽✽✽
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, terasa cukup berat, oke Aku tebak tadi Aku tertidur. Bagus, kau pintar diriku. Di saat seperti ini malah tertidur. Hebat.
"Sudah bangun, putri tidur?"
Terdengar suara yang samar-samar Aku kenal.
AH! Tidak, suara ini memang Aku kenal. Aku segera membuka mataku, menoleh ke sebelah kananku.
Eh? Apa-apaan posisi ini? DEKAT SEKALI.
Aku terdiam. Menyadari betapa klisenya adegan ini, tertidur, dan bersandar di bahu seorang... lelaki?!!
Dan lagi, lelaki ini dia lho? Cowok emo! Bagaimana dia ada disini, dan mengapa-- mana kutahu 'kan? Aku panik. Dalam hati.
"Ada apa? Kau sudah bangun 'kan? Atau mau lebih lama bersandar padaku?" ia tersenyum usil.
Pertanyaan itu berhasil menyadarkanku, dan Aku segera menjauhkan kepalaku dari bahunya. Rasanya ini benar-benar memalukan. Atau memang benar-benar memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
i c h i g o × c o f f e e
Roman d'amourThe Promised Neverland / 約束のネバーランド - • A Fanfiction • - contains : ╰☆ Halu / 1st POV ╰☆ Ray ONLY! ('∀' ) ╰☆ Young adult!AU ╰☆ (not so) Romance ╰☆ Inconsistent writing & updates ehe ....φ(・∀・*) 🔸️The Promised Neverland © Kaiu Shirai/Posuka Demizu