5. MENCIPTAKAN JARAK
Maaf. Aku tidak membencimu, untuk saat ini sepertinya memang lebih baik seperti ini, aku tengah berusaha, mencoba, menciptakan jarak di antara kita. Bagaimanapun aku ingin semua kesalahpahaman ini selesai, karena membawa namamu di setiap langkahku adalah sebuah bencana, Sekerta __ Senja Hema
Dengan cekatan Dewa berlari mendahului Sekerta yang kini tenggah berjalan sembari menggendong Senja, dengan gesit cowok itu membuka pintu UKS.
"Masuk-masuk," titah Guntur membantu Dewa membuka pintu UKS lebih lebar.
Sekerta memasuki ruang UKS, dan membaringkan Senja di atas bankar.
"Saf, tolongin Saf," titah Gerhana kepada Safira murid XI IPA 2 yang kebetulan kini tengah bertugas di UKS.
Gadis itu mengangguk, "Ubed tolong panggilin bu Nunung, kalo sudah kamu langsung ke koprasi minta seragam baru sama mbak Aca buat ganti baju dia, cepetan ya," titah Safira kepada satu rekan tugasnya hari ini.
"Ini kenapa?" tanya Safira kepada Sekerta.
"Pingsan." Bukan, bukan Sekerta yang menjawab melainkan Mahesa dengan nada bicaranya yang sedikit ketus.
Safira mengangguk.
"Bro jangan galak-galak. Mentang-mentang dia mantan lo, terus ngomong lo bisa kasar gitu," timpal Dewa merasa kasihan kepada Safira.
"Ya kan bener dia pingsan, ngapain masih nanya? Katanya anak PMR masa orang pingsan aja gak ngerti, efek nih kalo ekskul kebanyakan pacaran," ujar Mahesa yang kini bersender di pintu sembari bersendekap dada.
"Cemburu pak?" tanya Sinar sembari menaikkan sebelah alisnya bergantian.
"Gak! Buat apa gue cemburu sama cewek kaya dia," tajamnya sebelum berjalan keluar meninggalkan UKS dengan di ikuti Angkasa dari belakang.
Safira hanya Diam, gadis itu mulai membantu memberikan pertolongan kepada Senja sesuai ilmu pengetahuan yang ia dapatkan sebagai anak ekskul PMR di sekolah.
"Astaga Senja, " Mega dan Riani datang, keduanya berjalan ke arah bankar dimana ada Senja yang tengah terbaring lemah tidak sadarkan diri.
"Lo." Rinai menunjuk Sekerta, gadis itu menarik kedua lengan seragamnya hingga ke atas bahu, "Pasti ini kelakuan bini-bini elo pan, yang bikin kondisi sahabat gue sampe kaya gini?" cetusnya menatap garang Sekerta.
"Nai udah Nai jangan marah-marah, kasian Senja dan lo apa gak malu di lihatin." Bisik Mega pelan.
"NGAPAIN MALU GUE PAKE BAJU MEGA!" ngegass Rinai.
"Woi mulut mercon pelan-pelan napa, kasihan temen lo, udah pingsan ntar batinnya makin ketekan denger suara cempreng lo," balas Dewa tidak kalah sewot.
"Eh ketombe monyet, gue gak ngomong sama lo ya!"
"Ini ada apa ini? Ribut-ribut di UKS, kalau mau bertengkar dan adu mulut silahkan di lapangan, sekalian minta pak Broto buat jadi juri suapaya tau siapa yang menang!" galak Bu Nunung yang kini berdiri di depan pintu, sedang di sampingnya ada Ubed yang datang dengan membawa paperbag berisi seragam baru.
Bu Nunung menghampiri Safira yang kini masih membantu menyadarkan Senja menggunakan minyak kayuputih, "Sudah kamu coba Saf?"
Safira mengangguk, "Sudah Bu tapi belum sadar juga."
"Senja menstruasi Bu jadi badannya lemes, tadi pagi sempet ngeluh pusing dan sakit perut sama saya," ujar Mega di angguki bu Nunung.
"Kita ganti seragamnya dulu, Ubed kamu telfon dokter sekolah ya, minta supaya cepat datang urgent." Perintah bu Nunung kepada Ubed, Bu Nunung berganti menatap Sekerta dan teman-temannya yang saat ini masih berada di dalam UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKERTA (Revisi)
Ficção Adolescente[SEDANG DALAM PROSES REVISI, DAN AKAN DI UPDATE RUTIN SETIAP HARI] #Sekerta 1 Juni 2019 Dimulai dari tak sengaja bertabrakannya dengan seorang gadis di depan Perpustakaan. Yang mampu membuatnya terbuai akan tatapan mata gadis itu. Selidik punya seli...