8. On Monday

3.1K 171 46
                                    

8. ON MONDAY

Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh menit namun hingga saat ini ia masih terjebak macet di kawasan Setiabudi. Riuh klakson dari kendaraan lain terdengar begitu memekakkan telinga. Sekerta menghembuskan nafasnya panjang, memaksa menyerobot jalan pun percuma ia tetap akan terlambat datang kesekolah.

Setengah jam berlalu hingga kendaraan mulai berjalan lancar, benar saja saat sampai di sekolah gerbang telah ditutup. Cowok itu melepas helm fullfacenya dengan ia yang masih duduk di atas motor, menyisir rambutnya yang sedikit berantakan menggunakan jari, sebelum pandangan matanya beralih pada gerbang sekolah yang tiba-tiba terbuka. Memperlihatkan satpam sekolahnya dan pak Broto yang datang dengan penggaris kayu andalannya.

"SEKERTA! TERLAMBAT LAGI?" sentak pak Broto melihat Sekerta yang masih bersikap cukup santai.

"Masuk-masuk! Kamu ini setiap hari Senin pasti terlambat, sengaja tidak mau ikut upacara?! Dimana rasa hormat kamu dengan para pahlawan bangsa?!" cerocos pak Broto dengan nada tingginya. Sekerta hanya mengangguk kemudian membawa motornya masuk terlebih dahulu, sebelum ia berjalan mengikuti langkah guru berusia setengah abad tersebut.

"Lepas jaket kamu, pakai topi, kemudian berdiri samping tiang bendera sampai upacara selesai!" Titah pak Broto saat mereka sudah tidak jauh dari lapangan.

Sekerta menatap lapangan upacara yang begitu ramai dipenuhi dengan siwa-siswi, guru dan pegawai sekolah. Hari ini adalah hari Senin, hari dimana menjadi hal wajib bagi setiap sekolah untuk mengadakan upacara bendera sebagai wujud hormat kepada para pahlawan bangsa yang telah gugur.

Sekerta mendekat ke arah bangku taman, meletakan tas dan jaket yang sebelumnya ia pakai, hingga matanya terfokus dengan ransel biru toska yang cukup familiar dengan dirinya.

Sekerta berjalan melewati pinggir lapangan, hingga saat cowok itu mulai memasuki lapangan upacara kini hampir seluruh pasang mata beralih menatap dirinya. Sedangkan sang empu yang ditatap masih terlihat begitu tenang, tidak peduli dengan bisikan-bisikan siswa siswi yang suaranya hampir-hampir mengalahi suara paduan suara yang tengah bertugas menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Sekerta berdiri tidak jauh dari tiang bendera dengan posisi hormat, dari tempatnya berdiri ia dapat melihat dengan jelas Senja yang kini tengah berdiri dengan kedua temannya yang menarik bendera.

Gadis dengan rambut diikat kuda itu terlihat cukup menawan saat ini, rambutnya yang terlihat sedikit basah karena keringat, kulitnya yang bersinar karena sinar matahari, dengan hidung bangirnya yang akan membuat setiap gadis merasa iri.

Hiduplah Indonesia Raya...

TEGAKK.. GRAK!

Saat pasukan pengibar bendera berbalik badan, sontak hal pertama yang mata Senja tatap adalah Sekerta yang kini berdiri tidak jauh dari dirinya. Murid laki-laki dengan tubuh atletis, rahang tegas dan postur tubuh yang  tinggi itu selalu terlihat mendominasi dan menjadi pusat perhatian dimanapun ia berada.

Upacara telah selesai, gadis itu berjalan ke arah bangku taman dimana ia meletakan ranselnya. Mengingat pagi tadi ia tidak sempat datang ke kelas, karena dirinya juga hampir terlambat. Gadis itu mengambil ranselnya dan duduk di bangku taman, melepas topi yang ia pakai, kemudian mengeluarkan tumbler dari dalam ransel dan meminum air di dalamnya.

Hingga matanya beralih menatap ransel dan jaket yang terletak di sampingnya, pun tanpa diberitahu Senja tau siapa pemiliknya. Siapa lagi yang datang kesekolah dengan ransel balenciaga dan jaket Alastor jika tidak Sekerta Leksmana?

SEKERTA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang