Case 37 # The Last Days in Romania

1.3K 108 16
                                    

Warning: This chapter is kinda for adult, don't read if you not want:)

Shena-28 September 2016

Pukul 19:00

Setelah tiba di Bukares, aku dan Nur lalu menginap di Epoque Hotel, sebuah hotel bintang 5 bergaya klasik nan indah. Hotel ini sebenarnya tak terlalu besar, hanya 7 lantai. Dan tak terlalu luas pula. Tapi soal kualitas, aku bisa menjamin bahwa hotel ini memiliki kualitas kelas satu.

Dengan arsitektur gaya abad 19 yang sangat indah. Kamar hotelnya yang luas, ditambah dengan penggunaan lantai kayu yang membuatnya nampak semakin klasik, kamar mandi keramik yang indah, serta bathtub yang mampu menampung hingga 2 orang.

Selain itu, makanan eropa yang disajikan sangatlah nikmat, dan restorannya juga sangatlah menakjubkan. Aku mengatakannya begitu karena memanglah begitu keadaannya, hotel ini memiliki 3 buah restoran. Restoran yang pertama berbentuk oval dan berdinding kaca, yang terbuat dari kaca, dikelilingi oleh pemandangan taman yang indah diluar. Begitu pula yang kedua, namun bedanya, restoran yang ini berbentuk lingkaran, dan menghadap ke arah jalan. Kalian tahu? Makan malam sambil memandangi lalu lalang orang-orang serta kendaraan yang lewat itu sangat menyenangkan, setidaknya bagiku. Dan restoran yang ketiga, memliki meja makan berbentuk persegi panjang, dengan gaya gotcic sangat kelam, layaknya ruang makan kerajaan istana pada abad pertengahan.

Malam ini, aku dan Nur memlih untuk makan di restoran yang kedua itu. Hidangan makan malam kami adalah beef steak medium-well yang juicy dan nikmat.

Sehabis makan malam, kami berdua lalu pergi ke kamar kami, sebuah kamar twin bed dengan balkon yang memiliki meja makan kecil. Aku dan Nur duduk di meja makan itu, sambil meminum cappucino yang kami minta dari roomboy.

"Pemandangan yang indah..." Ujar Nur seraya memandangi langit malam penuh bintang.

"Ya. Kau benar" Kataku dengan gugup, entah kenapa malam itu terasa canggung sekali bagi kami berdua.

Aku meminum habis cappucino ku lalu menatap Nur dengan agak malu.

"Kenapa?"

"Tidak..." Aku membuang pandangan lalu mengetuk-ngetukan jariku di pinggir meja. Kemudian bangkit dan berdiri dekat selusur balkon dan memandang ke kejauhan, di tengah gelapnya malam dan cahaya terang lampu kota. Nur bangkit dari kursinya dan berdiri disampingku.

Ada hening selama 2 menit, sebelum akhirnya aku memberanikan diri untuk bicara.

"I love you, Nur..." Kataku sambil menatap matanya.

"Aku sudah mengetahuinya..."katanya dengan santai.

"Aku juga menyukaimu... Sejak lama." Tambahnya kemudian, dengan suara yang tertahan.

"Aku juga sudah mengetahuinya..." Kataku.

Kami saling melempar senyum kepada satu sama lain, dengan mata tetap berpandangan, aku mengenggam tangannya yang putih dan halus, lalu menariknya ke bibirku.

"Well, kau sudah menepati janjimu..."

"Aku sangat senang." Katanya lagi "Sekarang, aku juga memiliki janji yang harus ku tepati...."

"Janji?"

"Ya. Apa kau lupa pembicaraan kita saat dibawah pohon apel itu? Aku akan memberimu hadiah jika kau berhasil memecahkan kasus vampir yang kemarin. Dan, kau berhasil..."

"Ohh..." Kataku gugup. Aku lupa dengan hal itu, tapi kini aku teringat, saat itu Nur mencium pipiku, lalu mengatakan 'akan memberikan hadiah yang lebih dari itu' dan itu maksudnya...

Ia tak memberikanku kesempatan untuk berpikir, karena hanya sepersekian detik setelah dia mengatakan kata-katanya yang tadi, ia sudah berada sangat dekat denganku.

Ia berjinjit sedikit untuk mengimbangi tinggi kami berdua yang terpaut 8 senti, dan kini matanya telah tepat berada di depan mataku.

Ia memegang pipiku dengan kedua tangannya, dan kemudian... Menciumku dengan bibirnya yang lembut. Kami berciuman malam itu. Ciuman pertama bagiku, dan juga baginya...

Ia berhenti sesaat setelah 10 detik, kemudian melakukannya kembali, kali ini ia memainkan lidahnya, membuat saliva kami bercampur. Ciuman kami yang kedua itu berlangsung cukup lama...

"Bagaimana?" Kata Nur setelah ia menarik mundur kepalanya.

"Apanya yang bagaimana..." Kataku malu "aku tak menyangka bahwa kau bisa melakukan hal seperti itu."

"Tidak apa-apa kan? Maksudku-
kita sekarang, adalah sepasang kekasih bukan?"

"Ya... Jika kau mau menganggapnya begitu." Aku mengangguk

"Ah! Kurasa sekarang sudah waktunya untuk tidur" Kataku seraya melihat jam tanganku. Aku pun berjalan kembali memasuki kamar, Nur mengenggam tanganku dan meletakkan kepalanya di bahuku.

•••••••

Keesokan harinya kami berdua berjalan-jalan berkeliling Bukares, mengunjungi gedung opera, bangunan-bangunan lama, museum, juga taman.

Dan akhirnya, kami berangkat pulang ke Indonesia pada keesokan harinya- tanggal 30 September.

Aku tidak akan melupakan segala pengalaman yang terjadi di Rumania ini. Sebuah kasus yang sangat menarik, misterius, dan rumit. Ditambah lagi, akhirnya aku bisa menyatakan perasaanku pada Nur. Benar-benar hebat...

~End~

Note: Terima kasih atas semua pembaca yang sudah mengikuti cerita saya ini mulai dari Detective Shena: 21st Holmes, sampai Murder ini the vampire castles ini. Saya telah mencurahkan seluruh waktu dan kemampuan saya dalam cerita-cerita yang telah saya buat. Dan sepertinya, mungkin ini adalah cerita terakhir yang saya tulis di wattpad. Karena saya, mulai saat ini akan fokus menulis naskah untuk dikirmkan ke penerbit, agar cerita saya ini dapat diterbitkan menjadi novel. Oh iya, cerita yang akan saya tulis dan kirim ke penerbit nanti akan berbeda dari apa yang saya tulis di wattpad. Tokohnya sama, hanya ceritanya yang berbeda. Anggaplah bahwa cerita yang di wattpad ini hanya versi beta nya saja. Dan yang saya tulis nanti adalah versi akhirnya. Sekali lagi, terimakasih saya ucapkan. Dan tolong doakan agar naskah yang sedang saya tulis ini bisa diterima oleh penerbit, hingga akhirnya bisa diterbitkan.
.
Terima kasih 🙏💕

23 September 2019

Jericho Prince Handitio-penulis cerita Detective Shena.

Detective Shena : Murder In The Vampire CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang