Sudah satu Minggu Rara terus berusaha mendapatkan perhatian Raihan. Mulai dari menyiapkan sarapan tiap pagi, masak untuk makan malam, dan mengirim setangkai mawar merah dan coklat untuk manusia dingin itu. Tapi, naas usahanya sama sekali tidak dihargai oleh Raihan.
"Ayo berpikir!" Rara berbicara sendiri sambil memegang kepalanya. Gadis itu sama sekali tidak mau menyerah untuk mendapatkan cara agar dekat dengan Raihan.
Ah, Rara berdecak pelan, menarik napas dengan panjang lalu menghembuskannya. Hampir menyerah.
Rara tersenyum kemenangan melihat Raihan berjalan mendekat ke arahnya. Jantungnya berdegup kencang, tubuhnya terasa panas. Ingin sekali ia teriak bahagia kali ini.
"Lebih dekat, lebih dekat. Bismillah semoga hatinya sudah terketuk."
"Stop!" Rara menghentikan langkah Raihan.
Raihan menghela napas kasar, "Astaga cobaan apalagi ini Tuhan?" gumamnya ketika melihat gadis gila itu tepat di depannya.
Rara tersenyum sumringah, "Gimana selama satu Minggu ini?" tanya Rara membuat Raihan bingung.
"Apa?" tanya Raihan dingin.
Rara menarik napasnya tanpa menghilangkan senyum sumringahnya, mengepal kuat jari-jari lentiknya. Gemas!
"Gimana sudah jatuh cinta dengan aku?" tanya Rara gemas.
Raihan hanya diam sudah lebih dari seratus kali gadis gila itu bertanya hal yang sama.
"Kalau sudah terus kapan Raihan nembak Rara?"
"Perasaan itu gak bisa dibohongin loh, Rai. Jujur aja! Rara siap kok selalu siap," tambah Rara.
"Yakin lo mau gue jujur?" tanya Raihan, membuat jantung Rara berdetak tak lagi normal.
Dengan cepat Rara menganggukkan kepalanya antusias, "Mau mau. Sangat mau."
Rara tersenyum ceria, "Buruan Rara nggak sabar denger Raihan bilang cinta ke Rara."
Raihan pun mendekat ke Rara. Mendekatkan wajahnya ke telinga gadis gila itu.
Plis, jangan tanya kondisi jantung Rara kali ini. Karena gadis itu hanya bisa memejamkan matanya menahan bahagia yang luar biasa.
Apa mungkin Raihan mau cium keningku? Atau bersuara lembut bilang cinta ke aku. Ya Allah setelah ini Rara akan sujud syukur di tengah lapangan kalau emang itu terjadi. Rara janji ya Allah, batin Rara.
"Gue nggak suka Lo dan gak akan pernah suka!" tegas Raihan tepat di daun telinga Rara.
Gadis itu langsung membuka matanya, megerjapkan beberapa kali matanya, setelah mendengar apa yang baru Raihan katakan.
"Ya Allah, karena hal itu gak terjadi Rara gak jadi sujud syukur di tengah lapangan," gumam Rara membuat Raihan menggelengkan kepalanya. Fiks dia memang tidak waras.
Rara menatap wajah manusia dingin yang tak berhati dengan wajah kecewanya. Detik berikutnya kedua sudut bibir Rara terangkat membentuk sebuah senyuman manis.
"Bukannya gak bakal jatuh cinta ke Rara, hanya belum saja," ucap Rara membuat Raihan menoleh dengan cepat ke Rara.
"Iya, kan?" tambah Rara.