"Rara gak mau menyerah. Rara yakin suatu hari nanti Raihan akan jatuh cinta dengan Rara."
Hanya dengan kata itu Rara sangat yakin bahwa kelak Raihan akan jatuh cinta padanya. Semangat Rara!
****
Mereka itu seperti siang dan malam, selalu berdampingan, tapi dinginnya malam tak pernah menyentuh hangatnya mentari.
Sudah satu bulan Rara selalu berangkat sekolah bersama Raihan. Tapi, itu tak membuatnya dekat dengan Raihan. Anggap saja mereka seperti siang dan malam selalu berdampingan di waktu yang berbeda.
"Raihan Pratama kapan sih kamu jatuh cinta denganku?" tanya Rara memecahkan keheningan, dan seperti biasa mahluk layaknya kulkas itu hanya membisu dengan wajah dinginnya.
"Tunggu apa lagi Rai? TanteMama calon mertua, kak Key calon kakak ipar sudah setuju. Terus Raihan tinggal nembak Rara apa susahnya sih?"
Raihan masih diam menghela napas beratnya.
"Kenapa diam aja sih? Raihan sakit ya? Coba Rara cek."
Rara menyentuh kening Raihan dengan punggung tangannya," Kamu sakit Rai?" jerit Rara membuat Raihan refleks hingga menghentikan mobilnya.
Dengan berat Raihan menoleh menatap gadis sinting yang ada di sampingnya.
"Yang sakit itu lo apa gue?" tanya Raihan terkesan tajam.
"Kayaknya kamu deh Rai ...." Rara menghentikan katanya menatap wajah dingin Raihan dengan ekspresi pura-pura berpikir, "Sakit karena selalu menolak orang secantik aku," tambah Rara disusul tawa tanpa dosanya.
Raihan hanya merinding melihat gadis sinting yang ada di sampingnya. Makin gila!
"Mahluk sinting," gumam Raihan mulai lagi mengemudi.
Detik berikutnya mereka sudah tiba di area parkiran sekolah, tapi Rara belum juga berhenti tertawa hingga mules perutnya.
"Raihan Raihan," desis Rara sambil menggeleng kecil.
"Susah banget untuk bilang suka ke aku."
"Rai?" panggil Rara membuat Raihan menatap mukanya.
"Apa?"
Rara menghembuskan napasnya, "Kalau Raihan sekarang belum suka sama Rara gak masalah kok karena Rara yakin suatu hari nanti Raihan akan merasakan hal yang sama," ucap Rara pasrah sembari menundukkan kepalanya.
Raihan hanya diam dengan ekspresi dinginnya. Antara tega dan tidak beradu satu, tapi apa boleh buat perasaan itu tidak bisa dipaksa.
"Jadi lo mau mundur?" tanya Raihan mengangkat satu alisnya.
Rara masih diam, menundukkan kepalanya.
Detik berikutnya sebuah senyuman menuking di bibir indahnya.
"Ya, gak bakal mungkin Rara mundur gitu ajalah. Rara akan nunggu sampai Raihan jatuh cinta dengan Rara."
"Terus nanti kita pacaran sampai nikah dan punya anak."
"Percayalah Rai, suatu hari nanti Raihan akan jatuh cinta dengan Rara."