Semangat Rara!

351 99 155
                                    

Drrt  drrrrt drrrrt

Sudah lebih dari tiga kali HP manusia kulkas tak berhati itu berdering. Namun, Raihan sama sekali tak menggubrisnya apalagi yang muncul nomor asing yang belum ia save.

"BRISIK, RAI!" teriak Keysa Igi Pratama kakak perempuan Raihan yang sejak tadi berusaha menahan emosinya.

"Angkat tuh telepon!"

"Ganggu orang nonton drama aja."

"Gak jadi baper kan gue," cerca Key menggerutu, sementara Raihan hanya melirik malas HPnya.

Detik berikutnya Keysa melirik HP Android Raihan.

"Tumben Android, iPhone lo mana?" tanya Key penasaran.

"Lupa naruh," jawab Raihan singkat dan terkesan dingin.

"Sebulan ganti berapa kali tuh HP?" tanya Key sinis.

"Paling cuma tiga kali."

"iPhone semua?"

"Tergantung yang beliin," jawab Raihan membuat Key menegakkan posisi duduknya dan mendekat ke adiknya.

"Siapa yang beliin?"

"Pacar lo ya?"

"Eh, bentar emang ada cewek yang mau sama lo?"

"Udah cuek habis, gak punya hati, jutek. Bodoh banget tuh cewek kalau mau jadi pacar manusia kayak lo."

Raihan menghela napas menatap malas wajah kakaknya yang super cerewet.

"Mau tau banget siapa yang beliin?" tanya Raihan.

Dengan cepat Key menganggukkan kepalanya.

"Papa Medy Pratama."

Key hanya diam, membuka mulutnya lebar-lebar.

"PAPA BELIIN KEYSA APARTEMEN!" teriak Key tak terima. Sungguh tidak adil bagi Key jika yang dimanja hanya Raihan. Adik yang paling nyebelin.

Drrt drrrrt drrrrt

Lagi-lagi HP Raihan berdering dan selalu muncul nomer yang sama.

"Siapa?" tanya Raihan to the point.

"Calon pacar Raihan."

Allahuakbar gadis gila itu lagi masih mengganggu Raihan. Semoga pria dingin itu masih kuat dan sabar menghadapinya.

"Rara baik-baik saja kok. Gak perlu khawatir ya."

"Perasaan Rara masih sama, malah besarnya cinta Rara ke Raihan itu bertambah dalam tiap detik."

"Rara sampai ga bisa nahan rindu."

"Coba bayangkan betapa besarnya cinta Rara ke Raihan!"

"Tapi kapan Raihan merasakan hal yang sama?"

Tut Tut Tut

Tanpa sepatah kata Raihan mematikan sambungan teleponnya.

Mr.cuek Tingkat LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang