Happy Birth Day, Maira Andani

104 24 15
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 07.00 WIB, tapi Raihan masih mondar-mandir mencari kunci motor maupun mobilnya. Namun, nihil. Cowok itu mempunyai IQ 145, cowok genius yang gak mungkin dia lupa naruh barang, apalagi barangnya adalah kebutuhan setiap hari. Kecuali ada dalang di balik hilangnya kunci motor Raihan.

"Mama," decak Raihan menghela napas kasar.

Cowok itu masih terlihat tenang, denting jam dinding terus berjalan. Fiks, dia akan terlambat.

"RAIHANN," teriak Rara khas beserta suara cemprengnya yang selalu mengganggu bahkan nyaris merusak fungsi gendang telinga Raihan.

"Ya, Tuhan," lirih Raihan frustasi.

"AYO BURUAN BERANGKAT, RAI."

"HAMPIR SETENGAH DELAPAN."

"KITA UDAH TELAT, RAIII!"

Raihan masih diam tak bergeming, mengacak rambutnya, frustasi. Jika dia berangkat sekarang udah pasti kena hukuman.

"Kontak mobil dan motor gw ilang," ucap Raihan apa adanya.

"YAH, TERUS GIMANA DONG, RAI."

"KITA JALAN KAKI AJA YOK."

"Lo sendiri aja. Gue lebih baik bolos daripada kena hukuman."

"Loh Raihan kok gitu sih. Bolos itu nggak baik loh, Rai."

"Daripada lo terus berisik mending pulang aja!"

Rara meruntuk Raihan sedikit menyebalkan. Kok ya tega bener ngusir bidadari yang rela turun dari kayangan demi manusia berhati dingin atau bahkan tak punya hati.

"Ya, udah Rara juga ikut bolos."

Dengan sangat berat hati dia harus pulang dari rumah Raihan. Padahal hari ini cewek itu berharap ada keajaiban yang membuat Raihan sedikit hangat padanya. Tak semua orang bisa merasakan dibalik sikap dan perlakuan Raihan yang batu ada kehangatan yang selalu Rara rasakan setiap kali melihatnya.

"RARA NANTI KE SINI LAGI YA RAI."

"BENTAR MAU GANTI BAJU."

"Terserah," jawab Raihan singkat.

Semangat Rara Kembali lagi. Terserah, berarti Raihan tidak melarang Rara main ke rumahnya. Padahal mau sekeras apapun Raihan menolak Rara akan tetap datang dan mengganggu hidupnya.

***

Rara kembali lagi ke rumah Raihan. Sepi hanya ada mereka berdua.

"RAIHANN."

"Kamu dimana?"

Rara terus mencari dimana Raihan berada hingga ia sampai di ruang tengah dan menemukan Raihan yang sedang sibuk dengan bukunya.

Tanpa sepatah kata Rara duduk di samping Raihan berikut memamerkan senyum tak berdosanya.

"Lagi baca apa, Rai?" tanya Rara basa basi.

"Cara untuk mengahadapi kamu," jawab Raihan singkat tanpa repot menoleh pada yang memberi pertanyaan.

Bibir Rara langsung membentuk sebuah senyuman manis. Mungkin Raihan belajar membaca karakter cewek itu, atau mungkin Raihan mencari cara bagaimana mengungkapkan perasaannya pada Rara.

Mr.cuek Tingkat LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang