Khawatir

153 49 80
                                    

Rara menangis di tengah lebatnya hujan, berharap manusia kulkas itu mempunyai belas kasih tuk kembali padanya.

"Raihan, aku takut sendiri," lirih Rara di sela tangisnya.

****

Raihan mengendarai mobilnya tanpa berfikir panjang saat ia meninggalkan Rara sendirian. Meninggalkan permata indah di tengah jalan yang sunyi, sepi dalam keadaan derasnya hujan. Raihan menghentikan mobilnya ketika ia melihat segerombolan preman di jalan.

Raihan terus memandang gerombolan itu. Ia mulai cemas jika permata indah yang ia tinggalkan di tengah jalan itu menjadi incaran lelaki tidak berakhlak seperti yang ia lihat barusan.

Raihan berdecak pelan tiba-tiba hatinya peduli dengan Rara.

Raihan kesal dengan keadaannya saat ini. Ia melanjutkan perjalanannya dengan hati yang tak karuan. Tiba-tiba saja mobilnya berhenti ketika ia melihat tukang ojek yang sedang berteduh. Raihan turun dari mobilnya dan menemui tukang ojek itu.


****

Rara masih berdiri di tengah jalan dengan harapan yang sama bahwa Raihan akan datang kembali untuk menjemputnya.

"Rai, apa kamu benar-benar pergi?" Cemas Rara terhadap bayangnya sendiri. Sudah cukup lama ia berdiri di tempat yang sama, namun Raihan belum datang juga. Ia hanya melihat lampu motor dari kejauhan. Cahaya lampu itu semakin mendekat ke arahnya, gadis berparas cantik itu tidak mau minggir dan pasrah begitu saja.

"Neng apa mau naik ojek?" tanya tukang ojek yang berhenti di depan Rara.

"Saya masih menunggu teman saya, Pak," jawab Rara begitu yakin jika Raihan akan datang untuknya.

"Tapi ini sudah malam, Neng. Lagi pula ini hujan tidak mungkin lagi akan ada kendaraan umum lewat jalanan ini. Tapi, kalau Eneng mau ketemu preman di depan sana nggak papa,"  jawab tukang ojek membujuk.

"Preman?" lirih Rara agak takut.

"Iya, Neng. Kalau nggak percaya tunggu saja sebentar lagi segerombolan preman akan melewati jalan ini," jelas tukang ojek tersebut.

"Baiklah, Pak. Putar arah ke jalan Kemuning no.57," jawab Rara yang kini naik ke motor tukang ojek tersebut.

Tukang ojek itu mulai mengendarai motornya dengan perlahan hingga ia melewati pertigaan tempat dimana Raihan sedang memastikan bahwa tukang ojek yang ia suruh berhasil membujuk Rara pulang.

Raihan tersenyum tipis ketika ia melihat tukang ojek itu sudah membawa Rara menuju ke rumahnya. Raihan mengikuti tukang ojek itu dengan jarak yang cukup jauh agar tidak diketahui oleh Rara. Hingga sesaat kemudian tukang ojek tersebut sampai ke depan rumah Rara.

"Terimakasih, Pak dan ini buat bapak," ujar Rara menyodorkan uang lima puluh ribu untuk tukang ojek tersebut.

"Tidak usah, Neng. Saya sungguh beruntung bisa mengantarkan wanita cantik seperti Eneng. Selamat malam," ujar tukang ojek tersebut lalu pergi meninggalkan Rara.

Gadis cantik itu belum masuk ke dalam rumahnya, ia masih penasaran dimana Raihan berada. Kini kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman manis ketika ia melihat mobil Raihan melintas di depannya.

Mr.cuek Tingkat LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang