01 : The Silence of Morning

973 92 14
                                    

Pagi itu, keheningan di rumah Yerin terasa begitu tebal, seakan-akan waktu sendiri enggan bergerak. Matahari belum sepenuhnya menyinari dunia, hanya menyisakan semburat lembut yang merayap di celah-celah jendela. Di balik keheningan itu, Yerin tengah menatap dirinya sendiri di cermin kamar. Seragam sekolahnya telah ia kenakan dengan rapi, dan rambut panjangnya kini terkumpul dalam satu ikatan di belakang kepalanya. Namun, seolah tidak cukup hanya merapikan penampilan luar, ada kekacauan di dalam batinnya yang tidak kunjung dapat ia atasi.

Menghela nafas, ia mengumpulkan keberanian untuk membuka pintu kamar. Saat daun pintu itu terbuka, ia disambut oleh wangi samar-samar roti panggang dan selai yang menguar dari arah ruang makan. Namun, di balik keharuman yang seharusnya menenangkan itu, ada sesuatu yang merayap, sesuatu yang membuat langkah kakinya terasa berat.

Ketika akhirnya ia melangkah keluar, pandangannya langsung tertuju pada sosok yang sudah duduk di meja makan, sibuk dengan rutinitas sederhana: mengolesi selai pada roti. Dia, pria itu, dengan gerakan yang tampak begitu tenang, namun menyembunyikan rahasia yang lebih dalam dari lautan. Yerin berdiri di sana, terdiam sejenak. Siapakah yang menyambutnya pagi ini? Sosok siapa yang kini mendominasi tubuh itu?

Setiap kali ia melihat pria itu, hatinya selalu penuh tanya, bercampur dengan rasa cemas yang tidak pernah bisa hilang sepenuhnya. Apakah hari ini ia akan bersama Taehyung, atau dengan sosok lain yang hidup dalam tubuh yang sama? Kehidupan mereka selama bertahun-tahun seolah menjadi permainan nasib, di mana setiap hari Yerin harus menebak siapa yang akan ia temui saat membuka matanya. Namun, terlepas dari semua itu, ia berusaha untuk mempercayai pria di depannya, meski ketidakpastian selalu mengintai di setiap sudut.

Yerin mendekat perlahan, langkahnya ragu, seolah berjalan di atas es yang rapuh. "Selamat pagi," sapa pria itu dengan senyum lebar, menatap Yerin dengan kehangatan yang biasa. Senyum itu, tawa di mata itu, tidak mungkin salah dikenali. Hanya Taehyung yang bisa tersenyum demikian padanya—lebar, hangat, dan menenangkan.

"Selamat pagi, Taehyung," balas Yerin lembut, duduk di hadapannya. Perlahan, ketegangan yang tadi menyelimuti hatinya mulai mencair. Ini adalah Taehyung—sosok yang ia kenal dan percayai.

Taehyung menyodorkan selembar roti yang telah diolesi selai stroberi, kesukaannya. "Bagaimana tidurmu tadi malam? Aku harap kamu dapat tidur dengan nyenyak," tanyanya dengan nada penuh perhatian, seolah-olah tidak ada yang berubah antara malam yang penuh ketidakpastian dan pagi yang tenang ini.

Yerin tersenyum tipis, menerima roti itu, namun di balik senyumnya ada kebohongan yang perlahan mengintai. "Tidurku nyenyak, terima kasih," jawabnya, meski ia tahu bahwa setiap kata itu adalah dusta yang ia tutupi rapat-rapat.

Sebenarnya, semalam ia nyaris tidak bisa memejamkan mata. Pikiran tentang kejadian semalam menghantui setiap sudut benaknya. Sosok lain yang bangkit dari tubuh Taehyung—bukan sosok yang penuh kehangatan seperti sekarang, melainkan bayangan gelap yang menghantui. Sosok yang mendekatinya dengan intensitas yang membuat tubuhnya kaku, mencoba menyentuhnya dengan cara yang membuat jiwanya gemetar.

Apakah Taehyung mengingatnya? Atau seperti malam-malam sebelumnya, ingatan itu telah lenyap begitu saja saat fajar menyingsing?

“Taehyung, apakah kamu tidur dengan nyenyak?” tanyanya kemudian, suaranya terdengar hati-hati, mencoba untuk tidak menyinggung sesuatu yang mungkin terlalu berat untuk dibicarakan. “Apakah… apakah kamu mengingat apa yang terjadi semalam?”

Taehyung memandangnya, alisnya berkerut samar seolah sedang mencoba mengurai sesuatu yang kabur dari pikirannya. “Semalam?” tanyanya, bingung. “Memangnya ada sesuatu yang terjadi?”

Pertanyaan itu membuat hati Yerin tenggelam, seperti batu yang jatuh ke dasar laut. Ah, tentu saja, ia tidak mengingatnya. Yang muncul semalam bukanlah Taehyung yang sekarang duduk di hadapannya, melainkan sosok lain yang tinggal di balik senyuman ramah itu. Bagaimana ia bisa berharap Taehyung akan mengingat sesuatu yang bukan berasal dari dirinya?

Shadows of ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang