Jangan lupa VOTE dan KOMEN nya sebelum baca❤️
*****
"Kamu itu misterius. Kamu itu nggak berperasaan. Kamu itu jahat. Tapi, mengapa sifat kamu itu justru menambah rasa kepenasaranku?"
***
Disini aku berada. Memegang stang sepeda biru di parkiran sekolah sambil terus melihat ke dalam gerbang sekolah. Masih menunggu seseorang yang sedari tadi belum memunculkan batang hidungnya.
Padahal matahari sudah hampir tenggelam dan semua siswa sudah berhamburan keluar sekolah untuk kembali ke rumah masing-masing.
Tapi, seseorang itu masih belum muncul.
Kualihkan kembali pandanganku ke sepeda yang tengah ku pegang ini. Meratapi kebodohanku yang mau saja mengikuti ide bodoh dari Keyna.
"Langkah pertama, itu cowok harus kenal dulu sama lo. Urusan gimana caranya ntar gue yang pikirin, intinya lo harus deketin dia."
Pandanganku teralih karena mendengar ada yang memanggil namaku di tembok samping sekolah. Tepatnya, tempat Keyna bersembunyi.
Keyna menunjuk ke arah gerbang sekolah sambil berbicara sesuatu yang tidak dapat kudengar. Karena aku tidak tahu apa yang dia bicarakan, aku langsung menatap ke arah yang ditunjuk Keyna.
Seorang cowok berhoodie abu-abu tengah berjalan sambil memakai tudungnya. Nampaknya ia tengah terburu-buru, melihatnya melangkah secepat itu.
Melihatnya berjalan sambil menundukkan kepalanya, semakin memperkuat pernyataan Keyna tentang 'cowok anti sosial' itu.
Bagaimana mungkin ia bisa berjalan sambil menunduk seperti itu? Apa ia mempunyai wajah yang jelek dan merasa malu karena itu?
Lamunanku buyar begitu sadar target yang Dari tadi ku tunggu sudah hampir sampai di halte bus. Aku pun langsung berlari ke arahnya, dan meninggalkan sepeda yang daritadi ku pegang.
"Kak, tunggu!" aku memegang lengannya, dan membuatnya berbalik badan menatapku.
Ini gila! Entah keberanian yang datang darimana, aku memegang lengannya?! Masa bodoh dengan itu, yang jelas kini mata cokelat terang itu tengah menatapku.
Dengan tatapan tajam.
Sialnya, saking tajamnya tatapan itu sampai membuatku tidak berani untuk menatap lebih lama.
"Ada apa?" Suara seraknya semakin menambah kesan sifat dinginnya yang entah mengapa justru mendirikan bulu-bulu kudukku.
Aku berdeham, "hmm.. Aku boleh minta tolong nggak kak? Rantai sepedaku lepas, dan aku nggak bisa benerinnya." kataku sambil menunjuk tempat sepeda itu berada. "Mungkin, kaka bisa benerin." Kugigit bibir bawahku untuk menutupi kegugupanku.
Cowok itu menarik lengannya dari genggamanku dan melihat sekitar, "Masih banyak orang, minta tolong ke orang lain aja. Gue buru-buru." Dia langsung pergi kembali menuju halte bus depan sekolah dan meninggalkanku.
Tapi, bukan Krystal namanya kalau langsung menyerah begitu saja. Aku pun menghadang langkahnya. "Kakak nggak kasian sama aku? Nanti aku nggak bisa pulang." kataku dengan ekspresi semanis mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Liope
Teen Fiction"Lo tau? Lo adalah cahaya yang nggak akan pernah berhenti bersinar." "Nggak, lo salah. Gue bukan cahaya. Sekalipun itu gue, gue nggak akan pernah bersinar terang. Lagipula, nggak ada satupun cahaya yang mampu bertahan, semua akan meredup begitu tiba...