A/n : Haii aii kambekk gaes.
VOTE KOMEN NYA YO!
*****
"Hari selasa, dengan rindu yang hampir kadaluarsa. Dan untukmu, apakah ia masih punya rasa?"
***
"Kok kakak bisa disini? Ngikutin aku ya?"
Cowok berhoodie abu-abu dengan kupluk besar itu benar-benar membuatku merinding sendiri.
Bagaimana bisa tiba-tiba ia muncul dan duduk disampingku?
Seketika kejadian semalam kembali terulang di kepalaku. Melihatnya memakai kupluk yang kebesaran itu benar-benar membuatnya terlihat sangat misterius sekaligus menyeramkan—untukku.
"Kak,kakak ngapain ngikutin aku?" tanyaku lagi karena tidak mendapat respon darinya.
Kudengar helaan napasnya , kemudian Kenzo menolehkan kepalanya menatapku. Wajahnya tidak terlihat semua, karena kupluk besar itu. "Lo yang ngikutin gue. Gue udah nyuruh lo jangan ganggu gue lagi. Kenapa masih ngikutin gue? Lo udah dapet apa yang lo mau kan!"
Aku melotot. Apa katanya? Aku yang mengikutinya? Yang benar saja.
"Kakak yang ngarang. Ini kan rute bus ke arah rumahku. Kurang kerjaan banget, aku masih ngikutin kakak. Udah dingin, cuek, nggak berperasaan."
"Lo tau sendiri, bus biru ini yang biasa gue pakai. Jadi, lo yang ngikutin gue." katanya tanpa menghiraukan cercaanku.
Aku otomatis langsung melihat warna bus ini dari kaca sampingku. Lalu, aku teringat hari pertama misiku untuk mendekati Kenzo. Saat aku terus mengikutinya dan memaksanya membenarkan sepeda yang Keyna pinjam ke bocah waktu itu.
Memang benar sih, waktu itu Kenzo menaiki bus ini. Tapi, aku juga tidak berbohong. Ini juga bus ke arah rumahku.
Berarti rumah dia searah dengan rumahku, begitu?
Selama ini, pasti dia juga naik bus yang sama denganku. Lalu, mengapa aku baru sadar? Atau mungkin bisa jadi karena waktu itu aku belum mengenalnya sih.
Kenzo menyeringai, "Ngaku juga kan lo."
Aku langsung kembali menatapnya. "Enak aja. Bus ini juga ke arah rumahku, dua halte lagi sampai. Kalau nggak percaya yaudah."
Kenzo tidak menanggapiku lagi. Kini ia sibuk memainkan ponselnya. Terserahlah, aku tidak peduli. Waktu itu saat aku berusaha mendekatinya, aku selalu susah untuk bertemu dengannya. Mengapa disaat aku sudah tidak ingin berurusan dengannya, kini harus dipertemukan terus ya tuhan?
Begitu bus tiba di halte tempat pemberhentianku yang biasa, aku langsung memencet tombol disampingku, dan bergegas mau turun.
Sebelum turun, aku menyempatkan diri berdiri di depan cowok itu. "Nih, lihat. Rumahku dekat dari halte ini, dan aku nggak nguntit kakak ya." kataku, namun Kenzo tetap memainkan ponselnya tanpa berniat menanggapiku.
Terserah saja. Aku langsung bergegas turun tanpa memperdulikannya. Aku berharap, jangan sampai aku bertemu dengannya lagi. Malas banget berurusan dengan orang yang tidak berperasaan seperti Kenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Liope
Teen Fiction"Lo tau? Lo adalah cahaya yang nggak akan pernah berhenti bersinar." "Nggak, lo salah. Gue bukan cahaya. Sekalipun itu gue, gue nggak akan pernah bersinar terang. Lagipula, nggak ada satupun cahaya yang mampu bertahan, semua akan meredup begitu tiba...