| 4 | THE COMPULSION

25 10 53
                                    

A/n : VOTE & KOMEN NYA MAS MBA.

*****

"Karena, kebahagiaan bunda adalah impian yang aku dambakan."

***

"Aduuuh!" pekikku sambil memegang bokongku yang kesakitan. Aku langsung menutup mulutku begitu sadar baru saja mengeluarkan suara yang kencang.

Benar-benar malam yang penuh dengan kesialan.

Sudah tidak jadi makan mie yang sudah ku idam-idamkan, aku seharusnya sudah berhasil melihat dimensi waktu Kenzo setelah penantianku selama seminggu ini, tapi kekuatanku tiba-tiba tidak berfungsi, juga harus menyelinap lewat jendela buat masuk rumah agar tidak ketahuan bunda, dan sekarang pakai acara jatuh pula.

Beruntung bunda tidak terbangun.

Bisa bahaya bila bunda tahu aku klayapan sampai tengah malam gini.

Kulihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 11.30 malam.

Hfft, benar-benar gila! Aku sudah menghabiskan waktu hampir 3 jam di luar rumah cuma karena ingin mengikuti Kenzo? Yang benar saja, pasti memang benar rasa penasaran akutku ini sudah memakan akal sehatku.

Yang lebih membuatku menyesal adalah 3 jam yang aku habiskan untuk mengikuti Kenzo sia-sia, karena bahkan aku tidak bisa melihat dimensi waktunya.

Setelah melepas jaket yang kukenakan, aku menatap pantulan wajahku sendiri di kaca kamar. Sekarang aku benar-benar terlihat seperti mayat hidup. Kantung mataku membesar, dan wajahku terlihat sangat lelah, hidungku juga mengeluarkan darah.

Benar-benar menyedihkan.

Tunggu!

Darah? Aku mimisan? Bagaimana mungkin aku tidak menyadarinya?

Langsung kuambil tisu di meja riasku dan mengelap darah yang semakin banyak keluar dari hidungku.

Aku mendengus, "kenapa hari ini gue sial banget si?"

"Heh lo!" seruku sambil menunjuk sebuah bayangan di cermin yang tidak lain adalah bayanganku sendiri.

"Kenapa lo jadi selemah itu, hah?" seruku. "Bagaimana mungkin kekuatan lo bisa nggak berfungsi?" Aku masih menunjuk bayanganku.

Aku menghela napas lelah dan memutuskan segera berbaring di ranjangku.

Tapi, selangkah sebelum aku menginjakkan kakiku di kasur, tiba-tiba sekelebat pikiran aneh menyergapku.

"Oh my god. Apa jangan-jangan gue kena kutukan, makanya kekuatan gue udah nggak berfungsi?"

Aku langsung menggelengkan kepalaku, "Nggak, nggak mungkin. Kekuatan ini aja udah kutukan buat gue, masa iya sebuah kutukan bisa dikutuk?" alih-alih berbaring di ranjang, sekarang aku malah duduk di pinggirnya.

Tangan kiriku masih mengelap sisa-sisa darah di hidungku, dan otakku masih berpikir keras,"Oh! Atau Jangan-jangan peraturan tengah malam cinderella berlaku buat gue? Jadi, kutukan gue menghilang lewat tengah malam?"

Fairy LiopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang