Queen-Lord.

5.8K 254 5
                                    

   

      

     Gadis itu terkekeh pelan, dengan mulut yang berkomat kamit sembari mengucap mantra. Ia tersenyum senang tatkala mantranya membuahkan hasil. Sebuah kolam indah dengan berbagai bunga bunga penuh warna yang mengelilinginya.

Flo bersorak girang dalam hatinya saat permintaan Kanaya berhasil ia lalukan. Gadis itu kemudian beranjak dan menuntun Kanaya yang sedang duduk sembari mengelus perut buncitnya. Dengan telaten, gadis bersurai pirang itu menuntun Sang Ratu untuk duduk ditepi kolam sembari menikmati secangkir teh hangat.

"Ingin saya panggilkan Lord?" usul Flo saat indra penglihatannya menangkap wajah bosan milik Kanaya.

Kanaya menggeleng keras. Kevin pasti sedang sibuk, pikirnya. Dengan sebuah senyuman yang mengembang, Wanita itu kembali meresap secangkir teh hangat yang berada disampingnya.

Tak butuh waktu yang lama lagi, cangkir teh tersebut sudah kosong sekarang. Flo tersenyum bahagia, Queennya bukanlah sosok dingin lagi setelah kehamilannya yang sudah memasuki bulan ketiga, bulan terakhir. Di dunia Immportal, kehamilan hanya akan terjadi selama tiga bulan.

"Hah, aku bosan."Ujar Kanaya sembari menopang tubuhnya dengan kedua tangan diatas rumput.

"Mari kita berkeliling, Queen. Saya akan mengantar anda."Ajak Flo dengan sebuah senyuman yang selalu terpajang diwajahnya.

Kanaya mengangguk setuju. Wanita itu bangkit dari duduknya dan langsung menggandeng tangan Flo sembari bersenandung ria. Tanpa sengaja, matanya menangkap sosok pria yang sedang berlalu.

"Gilang!"panggil Kanaya.

Gilang, sosok pria itu mendongak lalu tersenyum tipis sebelum melangkah menuju tempat Kanyaa berada. "Queen,"sapanya pelan dengan sebuah tanda hormat.

"Ya. Maukah kau berkeliling bersamaku?"tanya Kanaya yang tampak seperti sebuah rujukan.

"Tentu saja."

Dengan dibelakangi oleh kedua stars, Kanaya melangkah pelan sembari menjaga keseimbangan tubuhnya yang sudah tidak normal lagi. Bentuk tubuh wanita itu memang tidak terlalu berkembang, tapi berat badannya sungguh sungguh berbeda jauh dari biasanya.

Ketiga orang itu melangkah pelan dilorong yang sepi. Suara langkah kaki mereka yang berbalut sepatu besi itu memenuhi sepanjang lorong mansion mewah milik Kanaya.

Flo, gadis itu berhenti melangkah saat Kanaya sudah berdiri diam didepan sebuah pintu. Dengan langkah tegap, Flo maju dan membuka pintu itu dengan sihirnya.

Pintu besar berwarna hitam itu terbuka dengan sendirinya setelah Flo sudah selesai mengucapkan mantra sihirnya. Kilauan perak sontak menjadi hal pertama yang menyambut kehadiran ketiga orang itu. Disana, puluhan bahkan ratusan mahkota dan perhiasan tertata rapi dengan bentuk yang berbeda beda.

"Wah! Saya baru tau jika anda memiliki koleksi sebanyak ini, Queen." Ujar gadis itu dengan sebuah senyuman penuh ketakjuban.

"Hahaha, kau bisa memilih yang kau mau." Ujar Kanaya diawali kekehan kecil.

"Benarkah?"tanya Flo girang.

"Tentu saja, kenapa tidak?"ujar Kanaya lembut.

Wanita itu berjalan mendahului Flo dan Gilang yang tampak sedang berbincang bincang. Dengan tangan kiri yang mengelus perutnya, Kanaya menyihir tembok ruangan itu yang tadinya berwarna hitam menjadi berwarna biru muda.

"Emm, Gilang?"panggil Kanaya ragu.

"Ya, Queen?" tanya Gyrall setelah memberi hormat.

Kanaya tampak berpikir sejenak sebelum kembali berbicara, "Dimana Lord?"tanyanya pelan dengan nada penasaran.

"Lord sedang memimpin pelatihan untuk warrior kelas S, Queen."Ujar Gilang.

"Kurasa ia sibuk."gumam Kanaya.

"Ya? Apa yang baru saja Queen katakan?"tanya Flo sedikit mencondongkan tubuhnya agar lebih dapat mendengar jelas gumaman milik Kanaya.

"Hah? Tidak. Hanya saja, akhir akhir ini aku merasa ingin terus berada didekat Lord."Ungkap Kanaya jujur.

"Apa harus saya panggilkan?"tanya Gilang ragu.

"Tak perlu, kita bisa bersama sama ke sana."

***

Kevin tampak berdiri tegap ditengah lapangan pelatihan para warrior wanita tangguh khas Kerajaan Xristyall. Dengan penampilan yang cukup menggoda wanita, bertelanjang dada. Tampak banyak gadis gadis maupun para wanita menatap ke arahnya dengan rona merah di pipi mereka masing masing.

"Lord," sapa seorang gadis cantik dengan perawakan tinggi-putih.

"Ya?"tanya Kevin singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari para warrior yang sedang memanah.

"Emm, kurasa kau kepanasan."Ujar gadis itu sembari mengelus pelan dada Kevin dengan kain yang ia pegang.

Kevin tampak sedikit terganggu dengan gerakan sensual dari gadis itu, matanya menatap tajam ke arah gadis yang sedang menunduk untuk menyembunyikan rona merah pada wajahnya.

"Bisa minggir?"

Kevin tersentak, pria itu mengalihkan pandangannya dan akhirnya rentina matanya menangkap sosok wanita bersama kedua orang dibelakangnya. Wanita itu menatap tajam ke arah Kevin yang membuat Kevin sedikit meremang dan akhirnya gadis yang berada dihadapannya segera beranjak tatkala menyadari sosok Queen ada disana.

"Sedang apa kau disana?"tanya Kevin pada Kanaya.

"Hmm? Tidak salah bertanya?"ujar Kanaya dengan nada angkuh.

"Yang benar saja, hey! Dia hanya berusaha merayuku dan aku hanya terganggu, sayang. Percaya padaku."Jelas Kevin.

"Huh?"

"Itu benar, Queen. Tadi gadis itu berusaha merayu Lord  dan Lord juga sudah menunjukkan wajah mengerikannya, gadis itu saja yang sedang mencari jalan pintas ke neraka." Jelas seseorang dari belakang Kevin.

"Baiklah, aku percaya. Sepertinya sekarang aku sudah tak memiliki minat 'mendekat' dengan Lordmu lagi, Flo. Mari kita ke bait suci saja." Ucap Kanaya sembari melirik sinis ke arah Kevin.

"Baik, Queen." ujar Flo patuh.

"Oh ya, Gilang yang akan menjadi pengawal pribadiku sekarang." Ujar Kanaya.

Gilang membelakakan matanya, pria itu tampak terkejut dengah pengakuan Kanaya yang terdengar frontal itu. Tidak masalah jika ia harus menjadi seorang pengawal pribadi. Masalahnya, Kanaya mengucapkan itu di depan Kevin dengan situasi seperti ini. Itu cukup membuat menderitaannya semakin besar.

"Ma-maaf, Queen." Ujar Gilang enggan.

"Ya? Menolak? Tolakkanmu tidak diterima." Ujar Kanaya singkat tanpa bantahan.

"Umm, baiklah. Terimakasih, Queen. Atas kepercayaan anda pada saya." Ujar Gilang lalu menunduk.

"Tak masalah,kau sudah bagaikan abang bagiku." Ungkap Kanaya tanpa peduli akan perubahan wajah Kevin dan Gilang.

Kevin tampak menggeram pelan, memang tidaklah mudah untuk menghadapi Kanaya saat sedang hamil. Wanita itu kadang bahkan sering menyindir Kevin dengan kata kata pedasnya dan membela atau memuji orang lain dengan senyuman lembut dan juga wajah ramah miliknya. Kadang Kevin sempat berfikir, Siapa suaminya disini?

"Queen, kau bilang mau ke bait suci?" tanya Kevin lembut, tangan kanannya terulur untuk menyentuh rambut Kanaya yang lembut dan tertata rapi.

"Ya, apa urusannya denganmu?" tanya Kanaya.

"Apa yang sedang ada dipikiranmu saat ini? " ucapan Kevin bagaikan sebuah kode keras bagi Kanaya untuk segera mengajukan keinginan terbesarnya dan segera memaafkan Kevin dengan mudahnya, walau Kevin memang tidak bersalah sebenarnya.

"Sudah basi."Ujar Kanaya kesal.

"Benarkah? Bagaimana dengan satu malam yang panas? " tanya Kevin dengan sebelah alis yang terangkat.

"Itu keinginanmu! " hardik Kanaya.

"Itu juga bisa menjadi keinginannmu, sayang. "Bisik Kevin tepat didepan telinga Kanaya.

"Pikiranmu terlalu mesum!"












The Queen Of World •ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang