Lapangan perang.

4.3K 200 0
                                    



Semua orang berkumpul dan berbaris dengan rapi di sana. Pakaian mereka tampak begitu tebal dan memang sudah dirancang khusus untuk perang. Masing masing warriors menggengam tombak di tangan kanan mereka dengan erat. Pada tangan kiri mereka, sebuah perisai besi dengan warna silver sebagai catnya terpampang jelas.

Di sana, Kanaya, Kevin, dan para stars tampak tidak menggunakan pakaian perang. Yang mereka kenakan hanyalah sepasang baju putih dengan celana panjang sebagai pasangannya. Sepatu yang mereka gunakan tidak terbuat dari besi, melainkan mereka tidak menggunakan alas kaki sama sekali.

Di tangan mereka sama sekali tidak terdapat sebuah senjatapun. Karena mereka tidak akan pergi bersama para warrior, melainkan pergi belakangan bersamaan dengan munculnya ke tujuh pangeran kegelapan dan monser monser besar milik mereka.

Wajah semua dari mereka terlihat datar, tidak ada senyuman ataupun tangisan yang terdengar. Hanya ada keheningan yang muncul di antara mereka. Para warriors yang menunggu perintah dari sang pemimpin dan para pemimpin yang sedang sibuk dengan pikiran masing masing.

"Ekhem," satu persatu manusia yang ada di sana sontak langsung menegakkan kepala mereka saat sebuah deheman dari sang Lord meluncur.

"Gunakan batu teleport kalian, jangan habiskan tenaga sebelum perang." Titah Kevin tegas.

"Baik, Lord."

"Meluncur!" seru seorang warrior kelas S sebagai aba aba pada para warriors lainnya untuk segera meluncur.

Semua warrior mulai melemparkan batu teleportasi milik mereka lalu asap asap mulai bermunculan dan menelan habis mereka ke dalam portal yang sudah di arahkan tepat di sisi lapangan.

Sedangkan para warrior menggunakan teleport dengan batu, maka para stars dan juga pasangan pemimpin itu memilih datang belakangan dengan teleportasi sendiri.

"Bagaimana, Queen?"tanya Nuell.

"Hm?"tanya balik Kanaya yang tidak mengerti arah pembicaraan Nuell.

Nuell menghela nafas pelan, tak sopan memang jika melakukan hal seperti itu di hadapan sang Ratu dan Lord, tapi tidak ada larangan lagi antara para stars dan pasangan pemimpin itu sekarang.

"Prince Vander dan nona Vannie? Bagaimana dengan mereka?"tanya Nuell sekali lagi dengan sebuah nada tuntutan.

"Aman," jawab Kanaya singkat.

"Maksudmu?"tanya Kevin.

"Kemana Queen membawa mereka pergi?"tanya Flo.

"Vander kusekap di ruanganku. Vannie aku buang ke bumi."Ujar Kanaya tanpa beban.

"Hah? Anak saya?"tanya Frea dan Gilang spontan.

"Ya? Ada masalah?"tanya Kanaya.

"T-ti-tidak, Queen."

"Ini hanya sementara, aku akan mengirimnya kembali nanti."Ujar Kanaya meyakinkan.

'Mau bagaimanapun dia sudah tau semuanya. Aku tak akan membiarkan apa yang sudah aku pertimbangkan sejak lama hancur begitu saja karna dirinya.'

"Baiklah, kami percayakan anak kami dengan Queen."Ujar Gyrall.

"Hm."

"Emm, Flo? Bagaimana anakmu?"tanya Nesha.

"Aku menitipkannya di bumi dengan orang yang kukenali."Jawab Flo.

"Oh,"

"Sekarang aku perintahkan kalian untuk segera menghidupkan mode perang, beberapa saat lagi para monster kelas tinggi dari kerajaan kegelapan akan segera tiba karna Mamon sudah mengirimkan mereka untuk segera menyerang."Titah Kevin.

"Baik, Lord."

"Apapun yang terjadi nanti, jangan bertindak bodoh! Gunakan otak, jangan sia siakan kekuatan yang aku berikan pada kalian untuk hal hal yang gila."Seru Kanaya yang mulai menghilang bersamaan dengan angin kencang yang datang karna kepakan sayap hitam milik sosok demon milik sang Queen itu.

"Apa maksudnya?"tanya Kevin.

"Kami tidak tahu, Lord."Ujar Nuell mewakili yang lainnya.

Kevin hanya menghela nafas pelan lalu segera menjentikkan jarinya. Pakaiannya sontak berubah disusul dengan pakaian para stars yang juga berubah dari yang tadinya warna putih polos kini berubah menjadi pakaian khusus perang dengan sebuah tongkat berisi kekuatan mereka. Tongkat yang memiliki fungsi sama dengan tongkat sosok demon Kanaya, tongkat yang dapat berubah wujud menjadi senjata lainnya sesuai dengan keinginan sang pemilik.

"Siap?"tanya Gilang.

"Tentu, haha."Jawab Gyrall sambil terkekeh di ujung kalimatnya.

"Ayo! Kita harus memenangkan ini."Ujar Nesha.

"Aku penasaran sedang apa pangeran di sana."Ujar Nuell sambil menyeringai tipis.

"Hah, semoga apa yang Queen lakukan itu benar."Ujar Flo.

"Kuharap."Jawab Kevin sambil membenarkan pakaian besi yang ada di tubuhnya.

"Mari, kita selesaikan semua ini."

"Ya!"

Wushhhhh

Asap asap berwarna kelabu itu memenuhi seluruh wilayah luar istana yang luas. Para stars dan Kevin mengilang ditelan asap asap ciptaan mereka sendiri. Mereka akan muncul di lapangan perang nanti. Dimana semuanya dimulai, pertarungan dan juga perjuangan dari masing masing mereka yang ingin semua ini segera berakhir.

*

Saat semua orang sibuk dengan medan perang, Vander ada di sini dengan sebuah simbol berwarna merah yang ada di dahinya. Simbol yang menandakan bahwa ia telah dengan sengaja disihir untuk tetap tidur dan tidak bangun untuk melihat semua kekacauan yang akan terjadi.

Remaja yang baru bisa mengatur kekuatannya itu tampak tertidur polos di sebuah ruangan yang penuh dengan emas. Emas emas itu bersinar bagaikan matahari di dalam ruangan dengan pencahayaan redup itu.

"Vander!"

"Bangun! Lihatlah! Mereka semua berperang di sana. Kenapa kau ada di sini sambil tertidur?"

Suara suara itu memenuhi pendengaran seorang Evander. Matanya bagaikan dipaksa untuk segera terbuka. Suara itu bagaikan sebuah lonceng yang terus berbunyi. Cahaya cahaya emas yang ada di ruangan itu sontak menghilang bersamaan dengan suara itu yang mulai meredup.

Bagaikan di tarik ke dunia nyata, sontak Vander langsung bangun dengan keadaan terduduk. Keringat bercucuran di pelipis milik pria itu. Cahaya matanya tampak meredup seiring dengan sebuah tangan yang tiba tiba menyentuh bahunya.

"Siapa kau?"spontan Vander berseru pada sosok itu sambil membalikkan tubuhnya. Namun, pria itu langsung menegang saat mata biru miliknya bertemu pandang dengan mata sosok itu.

"Aku adalah kau."Ujar sosok itu.

"B-bagaimana?"tanya Vander.

"Ya, aku adalah dirimu. Kita satu, namun aku telah dibuang saat kau lahir. Dan kini, aku telah kembali pada diriku. Aku kekuatanmu! Aku bagian paling besar dari dirimu. Aku lah semua kesaktian dan juga kemampuanmu. Tepat saat kau ditandai oleh ayahmu, saat itu lah aku terbuang. Tapi sekarang, umurmu sudah cukup untuk mendapatkan diriku kembali."Ujar sosok itu, sosok dengan rupa yang sama dengan dirinya. Sosok kekuatan dari dirinya yang selama ini terbuang ke sebuah planet.

"Vander, cepat! Kekacauan akan segera terjadi! Semuanya sudah berperang di sana!"lanjut sosok itu.

"Baik, kalau begitu,"Vander tampak menjeda perkataannya lalu menarik nafas dan kembali melanjurkan perkataan perkataannya.

"Kembalilah padaku! kita akan berperang!"


The Queen Of World •ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang