6. Sederhana

2 2 0
                                    

Meskipun terlihat sederhana, tapi aku suka perlakuan kecil semanis ini.

*****

Adit dan Miska berjalan lebih dulu. Nisfi dan Hasbi berjalan mengekor dibelakang mereka, sengaja memberikan ruang untuk kedua orang itu menyelesaikan masalah ini lebih dahulu.

"Miska, Adiit. Gue sama Hasbi ada yang perlu dibicarain. Lo berdua duluan aja." Nisfi beralibi.

"Iya." Respon Miska, menundukkan kepalanya.

Miska dan Adit kembali berjalan meninggalkan Nisfi dan Hasbi. Miska tahu, bukan ada pembicaraan antara dua orang itu. Tapi sengaja memberikan waktu untuk dirinya dan Adit bicara lebih dalam. Dan ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Dit aku mau nanya boleh?" Miska melirik Adit yang berjalan disamping kanannya.

"Iya, boleh." Adit mengangguk.

"Si Citra itu siapa? Mantan atau selingkuhan kamu?" Alis Miska terangkat sebelah.

"Miska, kamu jangan terlalu percaya sama omongan orang lain, dia itu bukan siapa siapa aku. Emang aku tau dia dari orang lain kalo dia suka aku, tapi akunya ga suka dia, malah aku suka kamu." Jelas Adit mendadak mengubah panggilan menjadi aku-kamu.

"Iya deh gue percaya." Miska berkata demikian setelah berpikir cukup lama.

"Nah gitu dong, jangan kayak tadi, mau nanya aja canggung. Muka lo lucu kalo lagi marah dan cemburu. Gue suka." Ucap adit lalu tertawa.

"Iya deh, lo mah emang moodboster gue. Bisa aja nemu cara buat balikin mood gue, makin sayang deh." Miska tersenyum, geli sendiri dengan kalimat yang diucapkannya.

Namun akhirnya mereka tertawa berdua. Tak lagi dibatasi kecanggungan yang membentang diantara mereka.

Masalah yang sempat muncul pun terasa tidak pernah hadir sama sekali. Karena kehebatan Adit yang mencairkan kebekuan.

Ponsel Miska bergetar didalam saku roknya, ada sebuah pesan masuk. Miska langsung membaca pesan itu, yang ternyata pesan dari Nisfi untuk menyuruh mereka pulang duluan saja. Tidak usah menunggu dia kembali.

"Dit, Nisfi barusan ngechat gue, dia nyuruh kita pulang duluan." Miska kembali memasukkan ponselnya ke saku rok.

"Ya udah ayo, itu kita naik angkot yang itu aja." Adit menghentikan angkot yang melaju mendekati mereka.

Angkot berhenti di depan Adit. Miska masuk lebih dalu dan disusul Adit kemudian. Didalam sana, mereka juga duduk bersampingan. Karena kebetulan angkot itu lumayan sepi.

"Dit kayanya bentar lagi hujan deh." Ujar Miska ketika angkot kembali melaju.

"Iya, udah mendung langitnya juga." Adit mengalihkan penglihatannya ke arah luar jendela.

Sedangkan Miska hanya diam. Menikmati perjalan yang spesial hari ini. Dengan Adit yang duduk disampingnya dapat memberikan kebahagiaan kecil dalam hubungan mereka.

"Nanti pulangnya gue anterin dulu lo ya, gue khawatir. Takut lo kenapa-napa." Lanjut Adit.

"Iya, makasih." Miska tersenyum bahagia.

Suasana kembali hening.

"Eh Mis, gue bawa jeket, mending pake aja sama lo. Gue yakin lo pasti kedinginan."

Adit mengeluarkan sebuah jaket dari dalam tas nya. Hendak diberikan kepada cewek disampingnya yang terlihat kedinginan karena cuaca yang sudah mulai mendung.

"Ehh gapapa, mending pake buat lo aja, lo juga pasti kedinginan." Tolak Miska halus.

"Ade ade pacaran ya? Romantis banget dipakein jaket segala." Supir angkot tertawa renyah.
"Ehh, iya, mang." Adit tersenyum kikuk.

"Dit, mending pake aja sama lo. Gue gaakan kenapa-napa kok."

Miska memberikan jaket itu kapada Adit. Tak lagi berkutik. Adit tampak kesusahan mengobrol dengan supir angkot saat ini.

"Jadi inget masa muda." Supir kembali tertawa.

"Oh mang pernah ngalamin muda ternyata." Adit menutup mulutnya. Sepertinya ada kata yang salah diucapkannnya barusan.

"Mang 'kan ga b'rojol tua gini de."

"Iya mang sorry, keceplosan." Adit tertawa lepas.

Adit sama sekali tidak memakai jaket miliknya. Miska pun begitu. Karena bagi Adit, jika gadis itu sakit maka mereka harus sama-sama sakit.

Angkot melaju menembus derasnya hujan. Dan berhenti kala Adit mengucapkan kiri. Angkot berhenti didaerah komplek tempat tinggal Miska. Seperti yang diucapkannya tadi, Adit mengantarkan pulang Miska terlebih dahulu. Alasannya karena ia takut gadis kesayangannya kenapa-napa.

"Mis, hujan masih lebat. Gimana kalo kita berteduh dulu. Kebetulan disana ada toko yang udah tutup." Ajak Adit yang dibalas anggukan oleh Miska.

Mereka berdua berteduh disebuah toko material yang sudah tutup. Bahkan di depannya ada tulisan 'disewakan'. Menunggu hujan sedikit reda supaya mereka pulang tidak terlalu basah.

"Eh dit gue mau nanya sama lo." Tanya Miska kala mereka sudah berhasil berteduh disana.

"Iya nanya apa."

"Lo dulu kenapa bisa suka gue?"

Pertanyaan Miska membuat Adit terdiam sejenak. Pikiran cowok itu berkelana ke masa dimana saat pertama kali ia mengenal Miska. Bagaimana caranya mendekati dan apa saja hal yang sudah dilewatinya.

Adit tersenyum, "Dulu gue penasaran sama lo. Gue selalu nyari informasi tentang lo. Menurut gue, lo itu menarik. Lama-lama gue merasakan sesuatu. Seperti perasaan gue saat ini ke lo." Jelas Adit.

Miska tersenyum samar. Ia pun tidak pernah menyangka akan disatukan dengan cowok seperti Adit. Ngeselin, bawel, tapi baik.

"Oh gitu." Miska terdiam sejenak. "Lo berjuang cukup lama waktu itu, kenapa lo ga mundur aja?" Miska masih penasaran dengan lika-liku perjuangan Adit mendapatkannya.

"Gue orangnya pantang mundur sebelum apa yang gue mau didapatkan. Gue berjuang, karna gue sayang sama lo."

Miska tersenyum puas mendengar jawaban yang Adit lontarkan. Sepertinya cowok itu memang pandai membuatnya selalu tersenyum bahagia.

"Ehh, Mis, hujan udah reda deh kayaknya. Pulang sekarang kuy, takut kesorean." Adit menautkan jemarinya pada jemari Miska. Menyalurkan kehangatan yang ada pada dirinya untuk gadis itu.

"Iya ayo." Tidak dapat dipungkiri, Miska benar-benar senang untuk saat ini.

Adit dan Miska kembali melanjutkan perjalanan mereka. Mengantar Miska pulang kemudian giliran dirinya yang pulang. Sedikit basah, tapi tak apa. Yang penting Miska baik baik saja udah lebih dari cukup baginya.

Tapi karena Adit berhasil mengantar Miska pulang meski hanya dengan angkot, dia berhasil membuat Miska percaya padanya. Mendapat poin tambahan untuk hubungan mereka.

*****

WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang