Aku tidak akan pernah membiarkanmu terlalu dekat dengan calon PHO.
*****
Hari Sabtu telah tiba. Dimana hari yang sangat ditunggu Miska dan sangat memalaskan bagi Nisfi.
Diskusi untuk kelompok akan dilakukan bersama, dua kelompok sekaligus. Ada kelompok Adit dan kelompok Hasbi. Tentu saja mereka berkumpul di rumah Adit. Karena disana adalah tempat ternyaman untuk berdiskusi. Tidak ada gangguan dan banyak camilan tentunya.
"Udah kumpul semua ternyata." Miska duduk disamping Adit yang diikuti Nisfi.
"Lama amat sih lo." Citra melirik sinis pada Miska.
Nisfi menatap sekeliling. Sudah ada Adit, Citra, Sonia, dan Hasbi yang berkumpul disana. Dia tidak akan menghindari Hasbi seperti kemarin.
"Ya terserah gue dong, kenapa jadi lo yang ribut sih." Miska tak kalah sinis melirik Citra.
Keduanya hanya saling menatap sinis.
"Ribut aja lo berdua. Diskusinya kapan nih." Hasbi mencoba mencairkan suasana.
"Dia yang duluan." Tangan Miska menunjuk pada Citra.
"Udah, Mis." Nisfi menurunkan tunjukan Miska.
"Gini nih, kalo BIJI CABE DIKASIH NYAWA." Miska menekankan kalimat biji cabe dikasih nyawa diakhir perkataannya.
"Apa maksud, HAH?! Dasar ikan tawes makaroni!" Citra tak kalah diam membalas julukan Miska. Untuk masalah memberi julukan dia memang jagonya.
"Lah mending gue, daripada lo biji cabe." Miska menjulurkan lidahnya kearah Citra, membuat Adit gemas sendiri melihatnya.
"Udah dong, kalian bisa diem gak." Adit berhasil melerai adu mulut singkat mereka.
"Kita mulai aja diskusinya, biar ga terlalu siang." Ujar Sonia so memberi jalan tengah.
"Ya udah ayo."
"Kelompok kita mau jualan apa nih?" Tanya Nisfi menatap Hasbi dan Sonia bergantian.
"Jualan apa aja lah, yang penting modalnya gak terlalu mahal." Sonia merespon.
"Kelompok lo mau bikin apa, Dit?" Hasbi menanyakan itu karna takutnya mereka menjual makanan yang sama.
"Gue mah terserah Miska aja." Adit melirik Miska disampingnya. Kemudian tersenyum.
"Kelompok kita jualan Yoghurt aja gimana?" Miska mengusulkan setelah terdiam beberapa saat.
"Boleh tuh, bagus juga usul lo. Tumben otak lo mikir." Adit sedikit tertawa. Mengejek Miska mungkin sudah menjadi hobi barunya saat ini.
"Iya dong, gue kalo udah bahas makanan emang paling pinter." Miska mulai membanggakan dirinya sendiri sambil tersenyum penuh kebanggaan.
"Yaelah, baru gitu doang udah bangga." Merasa tersingkirkan, Citra mengalihkan tatapannya.
Miska tidak menjawab sindiran Citra. Ia cukup menatap tajam kearah perempuan itu seolah akan segera tamat dalam genggaman tangan.
"Kalo lo jualan yoghurt, gimana kalo kita jualan teh manis aja?" Nisfi berbinar dengan sarannya, menatap Hasbi dan Sonia bergantian.
"Murahan amat, mbak." Ujar sonia memutar bola matanya.
"Kan lo sendiri yang mau modalnya dikit?" Nisfi menaikan sebelah alisnya.
"Ya gak gitu juga kali."
"Yaudah, teh manis aja. Lebih dikit modalnya, lebih gampang juga bikinnya." Hasbi menyetujui ide Nisfi.
"Belanja sekarang kuy." Nisfi mendadak bersemangat.
"Kuy."
"Kuy lah, naik mobil gue aja biar muat untuk semuanya." Ajak Adit.
"Gamau, sempit ah. Pisah mobil aja, Sonia sama gue bareng Hasbi." Nisfi menolak.
"Yaudah kalo mau lo gitu."
Hasbi mengangguk menyetujui, begitupun yang lainnya. Tanpa menunda waktu lagi mereka segera pergi ke supermarket terdekat. Mobil Hasbi mengikuti mobil Adit.
*****
Miska, Adit, dan Citra pergi membeli bahan-bahan yang mereka butuhkan untuk membuat yoghurt. Sedangkan Hasbi dan kelompoknya pergi ke barisan tempat Teh berjajar.
Miska dan Adit berjalan berbarengan didepan Citra. Semuanya nampak terdiam. Masih berpikir bahan apa dulu yang harus dibeli dalam belanjaan kali ini.
"Eh dit kita beli apa dulu ya?" Miska melirik Adit yang berjalan disamping kanannya.
Citra hanya mendengus kesal menjadi nyamuk diantara mereka berdua. Kalau ia tahu akan seperti ini, mungkin sudah sedari lama akan merangkai berbagai rencana untuk memisahkan mereka berdua.
"Mending kita beli susu sapinya aja dulu." Adit mengusulkan.
Miska mengangguk. Gadis itu kemudian menggenggam jemari Adit dan berjalan menuju beberapa box pendingan, meninggalkan Citra sendirian dibelakang.
Didalam box pendingin itu terdapat bertumpuk-tumpuk susu sapi yang dikemas dalam plastik. Mereka mulai sibuk memilih, kemasan mana yang terlihat lebih segar.
"Ini susunya keliatan segar deh." Miska menunjuk salah satu produk susu murni didalam box itu.
"Yaudah yang itu aja." Adit hanya meng-iya kan. Ia tidak mengerti urusan yang seperti ini.
"Jadi kita tinggal beli bibit yoghurt sama plastiknya."
"Iya."
Emang enak gue kacangin, Miska tersenyum puas ketika melihat raut wajah Citra masam sejak kedatangan mereka kesini.
Sejak tadi, Citra tidak bicara apapun. Ia hanya mengikuti kedua pasangan ini dari belakang.
Cari cara lain nih, kayaknya.
Miska dan Adit kembali menjelajah bagian supermarket yang katanya serba lengkap itu. Mencari bibit yoghurt lalu mengambilnya beberapa bungkus. Setelah berhasil, barulah sekarang mencari plastik untuk kemasan dijualnya nanti.
Setelah mereka selesai membeli bahan yang sekiranya diperlukan, mereka pergi ke kasir untuk membayar semua belanjaan mereka.
Dengan percaya dirinya, Citra menawarkan diri untuk membayar semuanya. Dengan senang hati Adit membiarkan itu. Lumayan irit uang bensin.
Citra berharap setelah ini Adit akan merasa harus membalas budi padanya. Dengan begitu Citra akan memanfaatkan situasi ini untuk membuat Miska dan Adit merenggang kemudian berpisah.
Setelah membayar semuanya, mereka keluar dari supermarket dan menunggu Hasbi disana.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu
Teen FictionKalian tau kisah yang sering muncul di novel ataupun di film-film? Ketika ada empat orang bersahabat, dua cowok dan dua cewek, dua dari mereka sudah menjalin hubungan. Tapi dua lagi masih saling memendam. Hingga akhirnya mulai berani mengungkapkan...