Ketika ucapan tidak disertai pembuktian, mampukah kepercayaan itu ditanamkan?
*****
Seperti yang sudah direncanakan, Nisfi akan menemui Hasbi di jam istirahat sekarang ini ditemani Miska yang selalu setia mengekornya dibelakang walaupun sudah marah marah sejak tadi.
Dengan semangat '45 Nisfi masuk kedalam kelas Hasbi, mencari keberadaan cowok itu. Ingin segera memberitahukan kabar bahagia yang mungkin sudah Hasbi tunggu sejak kemarin sore.
Namun langkahnya terhenti. Melihat Hasbi duduk di pojok sana berdua dengan seorang perempuan yang entah siapa.
Miska pun begitu. Ia tidak dapat berkutik ataupun menasihati Nisfi atas hal yang dilihatnya. Karena dia tidak tahu sama sekali mengenai hal ini.
Nisfi tidak bisa berkata, tidak pula menangis, dia hanya diam mematung. Rasa kecewa mulai merasuki hatinya saat ini.
Nisfi hendak berbalik keluar dari sana. Namun tidak sengaja sebuah meja tersenggol olehnya dan menimbulkan bunyi yang dapat mengalihkan semua pandangan padanya. Termasuk Hasbi dan gadis yang bersamanya saat itu.
"Awas aja ya lo, Hasbi, mainin perasaan sohib gue, gue tabok lo. Mau?" Miska melirik Hasbi dengan tatapan sinis. Ia tidak ingin sahabatnya merasakan patah untuk yang ke dua kalinya.
"Yaelah, napa jadi gini." Hasbi mengacak rambutnya sendiri, terjadi kesalah pahaman disini.
"Si hasbi emang mau ditabok gue ya. Gue ngomong gak didengerin. Awas aja lu." Miska merasa kesal, dia pergi dari kelas itu. Tak lupa melirik sinis pada seorang wanita yang tadi duduk bersama Hasbi.
"Ehh ini kenapa jadi ribut gini." Sonia merasa kebingungan sendiri melihat kedua orang itu marah-marah.
"Gara-gara lo." Hasbi menunjuk sonia. Dia langsung pergi mencari Nisfi dan menyusul Miska.
"Lah, kok gue?"sonia bertanya pada diri sendiri.
Apa cewek yang tadi itu pacarnya Hasbi? Gak bisa dibiarin, Sonia membatin.
Hasbi berlari mencari Nisfi di sepanjang koridor kelasnya. Namun gadis itu tak ada disana. Tak letih, dia mencari ke kantin namun disana dia hanya menemukan Adit yang sedang memakan semangkuk bakwan nya.
"Woy Hasbi, lo kenapa lari-larian? Kek lagi dikejar setan." Tanya Adit ketika Hasbi celingak-celinguk mencari seseorang.
"Lebih dari setan, gua nyari malaikat gua. Liat gak lu?" Hasbi masih panik.
Adit tersedak dengan makanannya sendiri. "HAH?! Maksud lo malaikat maut? Ya ampun Hasbi, lo udah bosen idup? Jangan dulu mati napa, nanti gue kehilangan sohib ter the best gue dong."
"Bacot lu goblok." Hasbi menoyor kepala Adit hingga tersungkur. "Nisfi, gua nyari Nisfi."
"Ya elah lo bilang dong dari tadi"
"Pusing gua." Hasbi pergi dari kantin kembali meninggalkan Adit yang masih melongo disana.
"Tuh bocah ngapa yak." Adit kembali ke acara makan siangnya.
Saat Adit kembali makan dan menganggap Hasbi hanya bercanda, Miska datang dengan tergesa-gesa. Meneriaki nama Adit dari dekat.
"WOY ADIT." Miska menggebrak meja kantin hingga membuat suasananya sepi dan tatapan mereka teralih pada Adit dan Miska. "Apa lu liat-lat?!" Miska langsung saja menyentak mereka, membuat suasana kantin kembali seperti semula.
"Astagfiruloh untung gue gak jantungan. Ada apa si lo teriak teriak?" Adit terlonjak kaget atas apa yang Miska lakukan.
"Itu tadi si Nisfi liat Hasbi sama murid baru." Miska duduk disamping Adit kemudian meminum jus jeruk yang ada disana membuat yang punya merasa kesal.
"Oh murid baru yang cantik itu."
"Ishh, Adit minta ditabok ya lu, gue serius dia tuh siapanya hasbi?" Miska jengkel sendiri dengan candaan Adit yang tidak tepat pada waktunya.
"Emm gue juga gak tau, mending kita cari si Nisfi bareng bareng kuy."
"Yaudah ayo jangan makan mulu." Miska menggeret Adit agar dia berhenti memakan bakwan yang sisa setengah.
"Eh bentar." Adit menghentikan langkahnya membuat Miska semakin jengkel padanya.
"Ada apa lagi sih?" Miska menghembuskan nafasnya kasar.
"Gue masih laper nih." Masih bisanya Adit menyengir disaat Miska sudah memelototinya.
"Ish, lo mah becanda mulu."
"Tapi boong." Adit tertawa membuat Miska benar-benar ingin memukul kepala cowok itu saat ini juga.
"Bacotmu nak. Cepet cari Nisfi!"
"Heem iya, ayo."
Miska dan Adit mencari Nisfi, begitupun Hasbi. Mereka pergi ke setiap tempat yang berbeda. Berpencar hanya untuk mencari Nisfi yang menghilang tiba-tiba.
Hasbi masih dengan rasa khawatirnya. Dia tidak menyangka akan jadi seperti ini. Padahal dia berusaha sekeras mungkin untuk tidak menghiraukan Sonia tadi. Tapi malah terjadi kesalah pahaman yang mungkin akan membuat kepercayaan Nisfi menguap terhadapnya.
Hasbi menghentikan langkahnya ketika matanya tak sengaja melihat Nisfi sedang duduk di kursi koridor kelas X IPS 1, gadis itu sendirian.
Dengan langkah pelan Hasbi mendekati Nisfi. Sepelan mungkin tanpa pengetahuannya. Tapi tetap saja Nisfi mengetahui kedatangan Hasbi.
"Sorry." Hasbi berkata pelan.
"Kemaren lo ngomong gitu ke gue cuma prank ya?" Nisfi sama sekali tidak berniat menatap Hasbi disampingnya.
"Ngga, gua gak pernah main main dengan perasaan, Nis."
"Tapi kenapa sekarang lo mainin perasaan gue?" Nisfi menatap tajam Hasbi. Tersenyum sinis sebagai tanda bahwa ia telah kecewa. Sedangkan yang ditatap hanya memancarkan semburat penyesalan.
"Lo salah paham." Hasbi mencoba menenangkan Nisfi. Diraihnya jemari halus gadis itu, namun sekian detik kemudian dihempaskan.
"Pemahaman gue ga salah. Yang salah cuman gue, gampang banget ngasih kepercayaan ke orang asing." Nisfi menekan kata asing dalam kalimatnya.
"Sorry, Nis. Sonia bukan siapa-siapa gue."
"Jadi siapa-siapa lo juga ga papa."
"Tadinya sih gitu, tapi kayaknya harus mikir lagi deh."
Nisfi beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Hasbi yang masih mematung dengan sejuta penjelasan yang belum sempat disampaikan. Ini hari pertama adanya Sonia, bagaimana nanti?
Yang lo ucapin kemaren bener ga sihh? Kelakuan lo kemaren ikhlas gak sih? Perhatian lo selama ini fake gak sih?, Nisfi bermonolog mencoba menahan bulir bulir yang sedari tadi meronta ingin keluar.
Ternyata benar, disetiap ucapan harus ada bukti. Apa yang Hasbi katakan kemarin harus disertai bukti. Tapi apakah ini yang dimaksud dengan bukti?
Ini sebuah bukti bahwa Hasbi sama seperti yang lain, hanya bermain-main.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu
Teen FictionKalian tau kisah yang sering muncul di novel ataupun di film-film? Ketika ada empat orang bersahabat, dua cowok dan dua cewek, dua dari mereka sudah menjalin hubungan. Tapi dua lagi masih saling memendam. Hingga akhirnya mulai berani mengungkapkan...