10. Pembagian Kelompok

3 2 0
                                    

Selalu saja seperti ini, takdir seolah mempermainkan.

*****

"Hari ini Ibu akan bagi kelompok buat kalian." Ujar Bu Tika setelah bel jam pertama berakhir.

Suasana kelas terdengar ricuh. Semuanya mencari orang untuk anggota kelompok. Kebanyakan ingin bergabung dengan si KM dan murid yang tergolong pintar tentunya.

Terkecuali Miska dan Nisfi. Mereka tampak selalu tenang dan santai dalam setiap keadaan. Karena mereka yakin, setiap anggota kelompok pasti akan dipilih oleh beliau. Tidak jauh.

"Kenapa jadi ribut seperti ini?"

Semuanya terdiam.

"Ibu sudah membagi kelompok kalian. Siapa saja ketua dan siapa saja anggotanya." Lanjut Bu Tika.

"Udah gue duga." Bisik Miska pada Nisfi yang tampak tidak bersemangat hari ini.

Nisfi hanya diam tidak merespon.

"HAH?! Kok gitu sih, Bu. Ini kurang kondusif." Riska menentang pernyataan Bu Rika dengan suara baja tingkat dewa-nya.

"Karena kalian, keadaan yang jadi tidak kondusif." Bu Tika sedikit membentak. Semuanya kembali diam.

"Serah ibu aja lah, asal Ibu senang."

"Untuk mencari suasana baru, Ibu menggabungkan dua kelas untuk kelompok kali ini. Kelas X IPS 1 dan X IPS 2.

"Ibu akan membagi setiap kelompok. Ingat baik-baik karena Ibu tidak akan Mengulangnya." Ujar Bu Tika membuat semuanya menunduk pasrah. Tidak ada penolakan setelah ini.

"Semoga gue sekelompok sama Adit." Miska berbisik, lagi.

Nisfi masih saja terdiam.

"Nis, lo lagi badmood karna Hasbi ya?" Miska berbisik, lagi.

"Sariawan." Singkat Nisfi.

"Lo masih aja ngeles ke gue."

Nisfi mendelik. Kenapa harus punya sahabat sepeka dan seperhatian ini. Apakah harus dirutuki atau dibanggakan? Belum ngomong apa-apa sahabat udah tahu apa yang mau diomongin.

Bu Tika membagi kelompok. Tersisa dua kelompok yang masih belum disebutkan. Dan masih tersisa Nisfi juga Miska yang belum tersebut namanya.

Bu Tika kembali bersuara, "Kelompok selanjutnya, Miska, Adit, dan Citra."

"Lah, Bu, kenapa sama si curut Citra, sih." Gerutu Miska namun terdengar oleh Bu Tika.

"Mau sendiri kamu?"

"Ya nggak lah nanti saya yang ribet ngerjain tugas Ibu yang sebanyak itu sendirian." Miska menutup mulutnya, tak lagi berbisik ataupun menghibur Nisfi.

"Yang terakhir, Nisfi, Hasbi, dan Sonia." Bu Tika menutup buku catatan kecilnya.

Setelah namanya disebutkan, Nisfi mengangkat tangannya, ada sesuatu yang perlu dia tanyakan.

"Maaf Bu, saya gak kenal Sonia."

"Eh Nis si Sonia itu yang kemarin ngobrol sama Hasbi."

Nisfi terbelalak kaget. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya hasil dari kelompok ini. Ia mungkin tidak akan terlalu fokus nanti.

"Ada apa, Nisfi?"

Gadis itu menggeleng pelan.

"Yasudah, sekian informasi dari Ibu."

Bu Tika keluar meninggalkan kelas. Miska tersenyum bahagia bisa satu kelompok dengan Adit meskipun Citra berada disana. Dia tidak akan membiarkan perempuan itu mendekati Adit sedikitpun.

Sedangkan Nisfi hanya terdiam. Menerawang apa yang akan terjadi nanti. Semakin renggangkah? Atau semakin jauhkah? Sama saja baginya.

Kadang ia berpikir, kenapa takdir bisa sejahat ini. Ia sangat pandai membolak-balikan waktu. Mempermainkan insan yang ada disana, terkurung dalam kebingungan.

*****

WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang