Kamu Kemana, Ly? #7

245 20 8
                                    

Hari ini Lily tidak masuk lagi. Virey merasa sangat sedih. Saat istirahat, Virey memberanikan diri untuk bertanya pada Kanbara-Sensei. "Kanbara-Sensei, apa anda tahu kenapa Lily tidak masuk hari ini?" Tanya Virey. Kanbara-Sensei tersenyum, tapi Virey merasa, itu senyum yang dipaksakan. "Kamu akan tahu nanti, Hanami-San." Kata Kanbara-Sensei.

Sebenarnya, Virey bingung, apa maksud Kanbara-Sensei. "B... Baiklah. Terima kasih." Kata Virey sambil membungkuk. Kanbara-Sensei mengangguk lalu pergi. Virey berjalan menuju rooftop. "Virey!" Panggil seseorang, Ken. "Oh hai!" Balas Virey. Ken menghampiri Virey. "Mau kemana?" Tanya Ken. "Rooftop." Jawab Virey singkat.

"Boleh ikut?" Tanya Ken. Virey mengangguk sebagai jawaban. Pikirannya masih tertuju pada Lily. "Kamu kemana sih, Ly? Menghilang tanpa kabar?" Batin Virey. "Virey, jangan melamun." Kata Ken dengan nada tegas. "Maaf." Kata Virey.

"Lily mana?" Tanya Ken. "Tidak masuk." Jawab Virey. "Kamu tahu kenapa dia tidak masuk?" Tanya Ken lagi. Virey menggeleng. "Dia tidak meng-sms ku atau meneleponku. Tidak ada kabar." Jawab Virey. Ken mengangguk mengerti.

Sampai rooftop, Virey duduk diikuti oleh Ken. "Apakah itu sebabnya kamu jadi melamun terus?" Tanya Ken. "Sebab apa?" Tanya Virey balik karena tidak mengerti. Virey memang sedang tidak konsentrasi. "Lily gak masuk, jadi kamu khawatir dan mikirin dia." Jelas Ken. "Oohh. Iya." Jawab Virey.

"Kamu jangan melamun terus, gak baik. Mungkin Lily lagi ada acara keluarga. Besok juga masuk lagi." Kata Ken. Virey mengangkat satu alisnya. "Kamu kok yakin banget." Cibir Virey. Ken mencubit pipi Virey. "Iya dong! Kita harus positif thingking." Kata Ken yakin. Virey tertawa, setidaknya dia merasa terhibur.

Bentar Author mau nyempil dulu, kalian penasaran gak sih Lily kemana?

"Tertawa kan?" Kata Ken sambil tersenyum. Virey tersenyum balik. "Makasih ya, kamu terbaik nomor tiga!" Kata Virey. "Kok nomor tiga?" Tanya Ken bingung. Virey terkekeh. "Iya. Soalnya yang pertama ibu angkat, kedua Lily dan ketiga itu kamu!" Kata Virey sambil tertawa. "Ibu angkat? Orang tua-mu?" Tanya Ken. Virey langsung menghentikan tawanya. Virey menunduk. "Ah! Maaf" Kata Ken merasa bersalah.

"Gak apa-apa kok. Mau aku ceritakan?" Tanya Virey. "Hm boleh." Jawab Ken. Virey menceritakan masa lalunya.

Bagi kalian yang gak tau masa lalu Virey, kalian bisa baca part 2, yang judulnya masa lalu.

"Owh, aku turut sedih. Dan ayah angkat kamu?" Tanya Ken lagi. "Meninggal saat aku masuk SMP. Dan headshet yang sering aku pake adalah peninggalan ayah angkatku." Jelas Virey. "Aku turut berduka cita. Dan... Mana headsetmu?" Tanya Ken. "Patah karena diinjak oleh pembully." Jawab Virey.

Ken kaget. "Kamu kok gak cerita sama aku?!" Tanya Ken. "Haha. Maaf lupa." Kata Virey sambil terkekeh. "Mau aku belikan yang baru?" Tanya Ken. "Gak ah makasih. Takut ngerepotin. "Ok" aku akan beli kok. Lihat aja nanti.

Pulang sekolah... Virey tidak langsung pulang ke rumahnya. Virey mencoba untuk ke rumah Lily.

Flashback on
Sebelum pulang sekolah, Virey mencoba bertanya pada Kanbara-Sensei tentang alamat rumah Lily. Alhasil, Virey mendapatkan alamat rumah Lily.
Flashback off

Akhirnya, ketemu juga rumah Lily. Virey memencet bel. Tapi hasilnya... Nihil. Tidak ada yang menjawab. Virey melihat ke sekitar, ada seorang anak kecil menggunakan sepeda, mungkin sekitar kelas dua SD.

"Onee-San, nyari Lily-Nechan? Dia tidak ada di rumah sejak hari Minggu." Kata anak itu tiba-tiba. Virey tidak bertanya tapi dia seperti tahu pemikiran Virey. "O... Oh... G... Gitu ya? B... Baiklah terima kasih." Kata Virey lalu membungkuk.

Virey pergi meninggalkan rumah Lily. Sekali lagi dia mengucapkan terima kasih pada anak itu. Anak itu tersenyum. Virey berjalan menuju rumahnya. "Apakah tetangganya juga tidak tahu?" Pikir Virey.

Sampai di rumah... Virey langsung masuk kamarnya, mandi lalu memakai baju tentu saja. Dia tidak mengunci kamarnya atau memainkan ponselnya, apalagi menonton anime. Hari ini beda, Virey hanya tiduran di kasur sambil berpikir, kemana Lily.

Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang dikepalanya. "Kenapa aku terus memikirkan itu? Aku rasa ada sesuatu yang tidak beres." Pikir Virey. Mamah membuka pintu. "Tumben gak dikunci. Eh, Virey. Hehe ada temanmu tuh." Kata mamah. Virey menutupi mukanya dengan bantal.

"Bilang, Vireynya lagi gak mau ngobrol sama siapa-siapa!" Kata Virey dengan tegas. "Gak sopan sama tamu." Kata mamah. "Aku tidak peduli!" Kata Virey agak marah. Entah kenapa emosinya tiba-tiba meluap. Mamah mengerti lalu meninggalkan Virey.

Tiba-tiba air mata Virey mengalir. Tidak ada yang mengundangnya, tidak ada yang menyuruhnya keluar. Air mata itu datang dengan sendirinya. "Loh. Kenapa aku nangis?" Kata Virey menghapus air matanya. "Sepertinya aku mempunya firasat buruk. Oh entahlah." Kata Virey.

Virey keluar lalu turun ke lantai satu. Virey melihat ke ruang tamu. "Astaga! Kenapa ada Ken!" Seru Virey dalam hati. "Oh Virey. Kamu kesini juga." Kata mamah. "Ayo kesini." Lanjutnya. Virey menurut lalu duduk di sebelah mamah.

Virey menunduk, tidak berani menatap Ken ataupun mamah. Virey meremas celananya. "Santai aja dong. Kayak sama siapa aja." Kata Ken sambil tertawa.  Mamah ikut tertawa. Virey mengangkat mukanya lalu menatap Ken.

"Oh iya. Sebenarnya kedatanganku kesini untuk memberikan ini." Kata Ken sambil menyodorkan sebuah kotak. Virey menerimanya. "Apa ini?" Tanya Virey. "Buka aja." Kata mamah. Mamah sudah tahu apa isi kotak itu.

Ternyata, sebuah headshet! Virey sangat senang. Warna headshet itu toska, entah kenapa Ken bisa tahu warna kesukaan Virey. "Terima kasih banyak! Kamu tahu darimana aku suka warna toska? Dan maaf jadi merepotkan." Kata Virey. "Hanya firasatku." Kata Ken sambil tertawa. Lalu Virey, mamah dan Ken berbincang-bincang.

Esoknya, Lily tidak masuk.
Esoknya lagi, Lily tidak masuk.
Dan esoknya lagi, Lily masih tidak masuk.
Seterusnya sampai hari Jum'at. Kali ini, Virey mencoba untuk meng-sms Lily. Dan sayangnya, tidak ada respon, Virey menelepon, tidak dijawab. Sebenarnya bukan tidak dijawab tapi sepertinya ada yang menolak teleponnya.

Virey terus mencoba menghubungi Lily sampai hari Minggu. Tapi hasilnya, nihil. Sms hanya dibaca, telpon ditolak. Virey hampir depresi karena ini.

Mamah yang melihat Virey berbeda dari hari biasanya pun bertanya pada Virey. "Kenapa, Virey? Biasanya ceria. Cerita dong sama mamah." Tanya mamah. Virey langsung memeluk mamah sambil menangis. Virey menceritakan semuanya dalam dekapan mamah.

Setelah Virey bercerita, mamah duduk diikuti oleh Virey. "Sabar ya, Virey. Mamah tahu mungkin mamah gak bantu, tapi semoga Lily cepat masuk sekolah lagi. Nanti kita coba ke rumah Lily ya." Kata mamah. "Tidak mah, aku sudah coba tapi rumah Lily kosong, makanya aku suka pulang telat akhir-akhir ini." Jelas Virey.

Mamah mengangguk mengerti. Mamah mengelus kepala Virey. "Sabar ya sayang, anak gadis mamah. Sudah mengerti apa itu persahabatan. Semoga tidak terjadi apa-apa sama Lily ya." Batin mamah.

Disisi lain, Lily menatap langit. Dia menitikkan air matanya. "Aku kangen kamu, Rey. Aku ingin kamu ada disini. Tapi aku tidak mau kamu merasa dibebani olehku. Tapi sebentar lagi kamu akan tahu kok." Kata Lily sambil menitikkan air matanya.

Bersambung...

Hayoloh. Ada yang tahu Lily kemana? Dan apa maksud Lily itu? Misteri yeeeyyy :v
BTW guys, mendekati tamat nih, iya emang cerita ini pendek ges, maap ya.
Segitu aja deh, bubayy^^

NOLEP✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang