Pt.14

23 1 0
                                    

Pengar,itulah yang icaa rasakan saat terbangun di pagi hari dan agak bingung karena ucapan Rafael.
Kenapa dia merasa senang setelah mereka mabuk semalam?

apa aku mengatakan sesuatu,AH! Batin icaa

Sontak,dia merasa sangat malu.Dia baru ingat bahwa tadi malam dia meneriaki Rafael,namun dia tidak yakin apa yang dia ucapkan kepada Rafael.

Tak sempat untuk memikirkan hal yang terjadi tadi malam,icaa langsung mengasingkan diri ke dalam toilet.
Dia baru ingat bahwa dia harus melakukan gladiresik untuk acara pensi di sekolahnya.

Sesampainya di sekolah,icaa langsung menghampiri Riri yang sudah datang terlebih dahulu.

"icaaaa,lo yaampun..lo gakuat minum soju ya ternyata ahahah pipi lo lucu banget kemarin kaya pipi rebus,lo dianter pulang sama Rafael kan?u okay?" ucap Riri sambil merangkul pundak icaa

"iya nih gue gakuat minum soju,tapi tadi pagi gue udah minum obat pengar kok.. Iya gue baik baik aja dianter Rafael." balas icaa

Saat membahas tentang kemarin malam,icaa terus menanyakan apa saja yang sudah ia lakukan karena tiba tiba saja Rafael mengatakan padanya bahwa dia senang.

"ehm,mungkin ya dia emang seneng aja kali ketemu sama lo..toh udah belakangan ini lo cuek sama dia kan?"
ucap Riri

"iyaa bener juga gue belakangan ini udah cuek sama dia,gue kangen juga sama dia..gabisa gue lama lama marah sama dia,gue sayang sama dia..gue tulus.." ucap icaa tanpa sadar.

"OH JADI LO SUKA SAMA RAFAEL,EH RALAT MAKSUDNYA SAYANG?! EHEM EHEM CARI RAFAEL DULU AH~" balas  Riri sambil agak berlari agar dapat menemukan Rafael di dalam aula yang sudah penuh diisi oleh para murid.

Saat sudah menemukan Rafael,Riri langsung menghampirinya.

"eh?ada apa,Ri?" ucap Rafael yang melihat Riri dengan tatapan bingung.

"aduh bentar.. cape gue lari,lo tau ga sih si icaa tuh sebenernya su--" Riri belum sempat menyelesaikan kalimatnya,icaa sudah mencubit lengan Riri.

"hai fa,Ririnya gue ambil dulu ya eheheh.." ucap icaa sambil menarik Riri agar menjauh dari Rafael.

"aduh icaa,kenapa sih lo ga jujur aja?" tanya Riri sambil menatap icaa

icaa tidak menjawab,hanya menunduk.

"Ri.. Stop,gue gabisa.. Please" balas icaa dengan nada gemetar.

"kenapa caa?lo gamau Rafael tau tentang perasaan lo?lo sayang sama dia kan?" cerocos Riri.

"Kalo emang semudah itu,udah dari dulu gue lakuin Ri.Lo ga akan ngerti rasanya jadi gue,iya gue sayang sama Rafael.Ralat,gue cinta sama dia.Tapi dia ngga ngerasain hal yang sama." balas icaa yang matanya mulai berkaca-kaca.

"Darimana Rafael bisa tahu kalo lo ga kasih tahu?Mau sampe kapan lo mendem terus?Meskipun rafael gasuka sama lo,seengaknya lo udah jujur sama perasaan lo sendiri" ucap Riri dengan nads tegas.

"Mungkin nanti ada saatnya gue bakal kasih tau perasaan gue.Tapi gak sekarang,gue bakal kasih tau dia disaat gue udah ga peraasan lagi sama dia.Entah kapan,tapi gue juga gamau ngerusak persahabatan gue sama dia cuma gara-gara perasaan gue ke dia yang ga penting.G-gue.. udah biasa kok kaya gini Ri.. i'm fine,
Meskipun sakit,meskipun gue yang terluka terus.. It's worth the pain.Seengaknya dengan begini,gue bisa ada buat Rafael disaat dia yang sedih atau terluka.Cukup gue aja yang sakit,gu-gue.. gamau dia juga sakit." balas icaa sambil menangis,rasanya sakit.

"icaa maafin gue,harusnya gue ngerti perasaan lo..iya gue serahin semuanya sama lo,lo jangan nangis dong.." balas Riri yang diiringi dengan sebuah pelukan untuk menenangkan icaa.

"g-gue..Sakit rasanya,Ri.." ucap icaa yang nangisnya akhirnya pecah.

Dibalik semua obrolan mereka,bahwa  orang yang mereka bicarakan sudah mendengarkan pembicaraan mereka sejak awal.

gue bodoh banget ya,maafin gue caa. batin Rafael.

Saat melakukan gladiresik,Rafael terus menatap icaa.Sedangkan gadis yang sedang ia tatap justru terus menunduk.Mungkin icaa masih terbawa suasana.

seudah gladiresik,gue harus ngomong ke icaa.. batin Rafael.

"icaa,woi icaa!" panggil Rafael.

"kenapa dah lo teriak-teriak?gue masih bisa ngedenger kok,ada apaan?" tanya icaa.

"kita ke kafe biasa yuk?gue mau ngobrol-ngobrol nih" ajak Rafael.

"okei,bentar ya gue ajak Riri sama Richard juga sekalian.." ucap icaa sambil mencari Riri yang tentu saja sedang bersama Richard pastinya.

"No,just two of us."  balas Richard sambil menatap icaa tepat di manik matanya.

"oh oke,yaudah ayo langsung aja berangkat." ucap icaa yang langsung berjalan terlebih dahulu.

Sesampainya di kafe,icaa langsung memilih tempat favoritnya.Seperti biasa.

"mba,aku mau paket ala carte cheese burgernya 1 ya" ucap icaa dengan bersemangat.

"iyaa mba saya juga ya,saya mau pake sausnya barbeque ya mba" ucap Rafael kepada pelayan kafe tersebut.

"aku juga barbeque mba!" ucap icaa sambil memberikan cengiran khas nya.

"yeh ngikutin aja lo,plagiat ihh" ucap Rafael.

"gasuka aja lo,gue kan emang suka saus barbeque" balas icaa sambil mendelik.

"iyadeh yang waras ngalah hahaha.." ucap Rafael.

"oh jadi lo ngatain gue ya,awas lo Rafael Kartayasa!" balas icaa sambil menunjukkan wajah kesal.

gue suka denger lo panggil nama lengkap gue caa,batin Rafael.

"so?lo mau ngomongin apa emangnya sama gue?penting?urgent?" ucap icaa dengan wajah penasaran.

tanpa basa basi Rafael langsung menjawab.

"gue suka sama lo,icaa." ucap Rafael dengan tenang namun pasti.

--unspoken things--

"Kalau kamu bahagia,begitupun aku.
Klise memang,tapi itulah yang ku rasakan."



UnSpoken Things.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang