Penyemangat

26 2 0
                                    

ehh  orang tuanya Evira...

kalau mereka menanyakan pekerjaan Aku bagaimana?

soal sikapku sebagai pria bagaimana...

visi dan misi Aku menafkahi keluarga....bagaimana jika mereka kecewa karena Aku tidak bisa menjadi menantu yang baik...

tunggu dulu!!

memangnya aku akan menikahi Evira?nggak-nggak itu mustahil!?

begitulah kata Evan dalam hati...

"ehh ternyata orang tua Aku sedang keluar"

tiba-tiba Dimas sang adik, kembaran Evira keluar rumah dan berpura-pura tidak mengenal Evan...

"salam kenal Aku Dimas adiknya Evira"

"oh oke iya"dengan nada yang kaku

"sebenarnya Dimas sangat suka loh dengan handlettering kamu (Evan) iya kan Dimas"

"oi oi jangan bocor dong"kata Dimas dengan muka terkejut dan malu 

"ahhh sudahlah aku mau masak saja.Kalian mau makan apa malam ini?"dengan muka malu dan lalu masuk ke dalam rumah.

lalu Evira mengajak Evan masuk kedalam rumah

"Ayok masuk"

"I-iya"

lalu mereka masuk dan makan bersama...

lalu setelah mereka makan malam Dimas menanyakan tentang dirinya sambil mencuci piring. Sedangkan Evan masih dalam keadaan duduk di kursi tempat mereka makan malam.Sedangkan Evira sedang mandi...

"ooi evan apakah kamu kak Evira tau kalo kita sudah saling kenal?. Jangan sampai kak Evira tau itu!"

"Emangnya kenapa, jadi kamu seolah-olah ingin menjadi pahlawan rahasia untuknya". Dengan muka kesal dan penasaran

"cih. Asalkan kamu tau Akulah yang selama ini membuat Kak Evira menjadi bahagia. Selama ini aku ada untuknya, Akulah yang selalu menyemangatinya, dan kini dia sudah menemui mu...sosok yang Ia sangat kagumi. Disatu sisi aku sangat senang kakak bisa menjadi semangat di sisi lain aku merasa bahwa aku telah di tinggalkan. Andai saja jika kami tidak bersaudara, maka aku yang paling bersikeras agar dia berpaling darimu. Tapi kakak selalu saja membelamu, aku benci itu, Akumah apa atuh."

"jujur banget"dalam perasaan sangat kesal...

tap tap tap...

suara langkahan kaki  Evira.

"Evan Evan Aku udah beres mandi nih...ayok kita main ps"

"Aku tidak izinkan, kakak harus belajar! karena besok kakak akan interview magang"

"Ta-tapi sepuluh menit aja!!!"

"Dihh nawar"

"yaudah kita suit"kata Evira dengan perasaan kesal"

"tumben kali ini Aku kalah suit"

"nahhh kan jangan sok menunda-nunda, pulang kamu sekarang"dengan berkata keras dan kasar...

"Ya sudah aku akan antar Evan sampai halte"kata Evira dengan muka sedih...

Saat di halte,mereka berdua menunggu bus datang....

"Evan maaf ya" dengan perasaan sedih
"Maaf, kenapa?
"Maafkan sikap adikku, jadinya aku gak enak Evan di usir, maaf karena adikku berisik, adikku suka ngasal ngomong dan terkesan tidak sopan"

"kamu pikir kamu gak berisik!

Evira terkejut...

Deg Deg Deg...

"ugh kalau begitu ganti topik deh"kata evira dengan rasa malu"

"Dimas itu memang suka begitu kalau dia terlalu bersemangat, apalagi tentang interview besok dia sangat antusias

"banyak orang yang akan mendukungku tapi justru kalau nanti Aku gagal dan mengecewakan orang-orang itu. Aku rasa semua orang pasti pernah gagal."

"semua orang seperti Evan?"

"emm iya, tapi menurutku sih orang yang pernah gagal itu akan menjadi sukses nantinya. Harusnya kamu bersyukur karena dapat dukungan penuh dari adikmu bahkan orang tua, orang lain belum tentu didukung sama keluarganya, malah bisa saja di rendahkan. Lagian kalau kamu gagal besok, kan masih ada perusahaan lain."

"kalau kamu gagal besok, sedih amat"kata Evira sambil menangis.

"Eh bukan gitu sih!. Ayolah Evira yang kukenal itu semangat dan percaya diri!. Bagaimana kalau besok aku jemput kamu dan antar kamu ke gedung caping?"

"ughh..boleh"kata Evira bercampur senang dan sedih

"Ya tentu boleh, kalau di antar oleh 'Evan'pasti semangat"

"I-iyah, apakah kamu tidak sibuk besok?

"Mau atau enggak?"

"Ma-mau sih, tapi?"

"Jam 10 yah, aku janji aku tidak akan telat"

"Di-dia gak ngelantur kan? karena efek kurang tidur"dengan perasaan gelisah

Bersambung...


Terlambat jatuh cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang