17. Ternyata?!

1.8K 55 5
                                    

Aku tersenyum senang, hari ini adalah hari di mana aku dan si kembar tinggal ke rumah Azmi lagi.

Aku memberikan Laundry dan fasilitasnya pada Mbak Devi. Aku bilang, ini adalah hasil kesabaran Mbak Devi, Mbak Devi selalu saja ngeles -_-. Keselkan.

Eh? Sekarang aku lagi ada di mobil Mas Azmi. Azki dan Azka sedang tertidur nyenyak di kursi penumpang di belakang.

Sampai rumah, Aku menggendong si kembar menuju kamar yang telah di siapkan Mas Azmi katanya.

Aku masuk ke kamar Azki dan Azka, merebahkannya di kasur king size yang telah di siapkan.

Kamar Azki dan Azka bernuasa biru, banyak mainan tertata. Pokoknya perlengkapan anak kecil lah.

Aku tersenyum melihat buah hatiku yang tengah tertidur pulas, aku mencium kening mereka sekilas lalu keluar.

Setelah menutup pintu kamar si kembar. Aku langsung menuju kamarku dan Mas Azmi.

Saat aku masuki, Kamar itu bernuasa hijau toska dan silver. Perpaduan warna kesukaan kami.

Aku menaruh pakaianku kelemari, dan Mas Azmi tampak sudah segar dengan rambut basahnya.

"Kamu mandi gih, besok kita fitting baju pengantin dan beli cincin." suruhnya.

"Tapi? Apa sebaiknya kita acara akad aja? Kan kita udah pernah nikah." protesku.

"Gak mau lah! Sudah, kita acara pesta juga ada."

Aku gak mau ngelawan, type istri penurut ini.

--Sombong amat dah -_-

Aku naik ke bath-up berendam sebentar. Tidak memerlukan waktu lama, aku keluar dengan pakaian simple.

Gamis pink dan biru berpadu, hijab pasmina berwarna abu abu menjadi pelengkap.

Aku berjalan keluar, ku lihat Azmi sedang berbicara dengan perempuan.

"Sudahlah Alsa! Aku mau balikan dengan istriku! Seharusnya kamu sadar diri! Kamu sama saja dengan mantan tunanganku! Nissa!" sarkas Azmi yang masih bisa ku dengar.

"Azmi!! Bagaimana tampang istrimu itu! Aku mau melihatnya, bagaimana bisa kamu tertarik padanya!!" teriak wanita tadi.

Aku berjalan mendekat menuju teras, membelalakkan mata dengan menutup mulut pakai kedua telapak tangan.

"Asya?!" pekikku tidak percaya.

"A-A-Aulia?!" lanjutnya tidak percaya.

"Jadi kamua Sya?! Kenapa kamu berubah gini?!" tanyaku keras.

"Ma-maaf. Ja-jadi? Ka-ka-kamu i-istri Azmi?" tanya Asya.

Asya yang lebih tepatnya Ranida Alsaya Ramadhania, seorang santriwati yang terkenal dengan kepintaran ilmu laduni miliknya.

Siapa sangka Alsa yang dulu sholehah berubah menjadi jalang karena tragedi keluarga?

Sungguh, aku tidak sanggup menerimanya.

"Kamu kenal?" tanya Azmi padaku.

"Dia Asya Mas! Temanku di ponpes Lirboyo sebelum pindah ke Nurul Qadim." balasku.

"Asya?! Apa kamu tidak bisa melupakan kejadian itu sehingga membuatmu menjadi seorang pelac*r atau jalang?" tanyaku membentak.

"Maaf Aulia! Aku memang tidak bisa!" balasnya.

"Asya! Aku tau, Farro bukan jodohmu! Tapi jangan gini! Lupakan dia, buka lembar baru. Dan aku tau, kalau memang ini takdir Allah untuk menjadikan keluargamu bagai kaca pecah yang tidak dapat di bentuk lagi. Berubahlah!! Cepat atau lambat pasti kamu bisa. Kuncinya sabar!" supportku pada sahabat lamaku ini.

"Terima kasih Au! Maaf jika aku telah merebut Azmi. Terimakasih banyak." ucapnya.

"Tidak ada kata maaf untuk sahabat Sya!" kataku.

Lama berbincang, hingga akhirnya Asya pulang, aku melihat ke arah Mas Azmi yang nampak mengantuk.

"Mas?! Bangun ayo! Sana kalau mau tidur ke kamar!!" ucapku sambil menggerak - gerakan kepalanya ke kanan dan kiri.

"Iya" balasnya singkat lalu pergi menuju kamar.

Aku menyusul dan ikut tidur juga.

TBC!

Makasih banyak..

My Mine [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang