25. Kabar Buruk.

1.3K 53 2
                                    

Ceklek.

Pintu ruang inap ku terbuka, melihat mama, papa, abah, ummi, anggota hadrah Syubbanul Muslimin, Rizka, dan Yunni masuk dengan wajah sedih, membuatku menghentikan canda tawa bersama Alsa.

"Ada apa?" tanya Alsa.

"Azmi-- Azmi di konfirmasikan, Positif meninggal." cicit Kak Ahkam.

Deg!

Apa?! Kenapa?! Kenapa Azmi meninggalkanku di sini?! Kenapa dia tidak membawaku saja?!

"Gak!! Gak Mungkin!!" sanggahku.

"Ki--"

"Kalau dia meninggal, kenapa dia gak bawa aku aja?! Kenapa?!!" teriakku frustasi.

"Ki, sabar Ki sabar! Jangan kayak gini." tenang Yunni

"GIMANA AKU MAU SABAR KALAU AZMI UDAH GAK ADA?!!" bentakku kesal.

Aku menangis, hingga semuanya menggelap dan menjadi putih.

***

Aku menggeleng ketika kepalaku terasa pusing. Lalu membuka mata, memonitor tempat yang kini aku tahu.

Bahwa aku di Rumah Sakit. Aku teringat, Azmi? Meninggal?!

Ya!!!!  Aku baru menyadarinya ketika meligat Alsa dan yang lain menangis.

"Ki, Azmi udah di makam kan Ki." berita Rizka sendu.

"APA?!! BAHKAN AKU BELUM SEMPAT MELIHATNYA!!" bentakku.

Aku menangis, tersedu ketika di mana orang yang ku cintai meninggal tanpa mengucapkan selamat tinggal. Bahkan, aku belum sempat melihatnya setelah tragedi pernikahan itu.

***

1 Minggu kemudian..

Sudah satu minggu setelah meninggalnya Azmi, aku memulai usaha dengan membuka kedai coffe dan restoran, serta caffe melalui uang tabunganku.

Azki dan Azka ku sekolahkan di ponpes Subulussalam di daerah Pematang Karangan, Rantau, Kalimantan Selatan.

Kenapa? karena Mamaku dan Papaku kembali ke sana.

Aku tinggal bersama Alsa, Rizka, Yunni dan Dahlia.

Iya Dahlia, anak Alsa, di rumah Azmi. Tepatnya yang dulu. aku bergembira walau masih terselip kata sedih.

"Ki, lo gak papa gitu nyekolahin Azki dan Azka di Rantau? Jauh tau dari sini." komentar Yunni.

Aku, Rizka dan Yunni berasal dari Rantau, Kalsel. Sedangkan Alsa asli Probolinggo, Jawa Timur.

"Sekali - kali mereka mandiri, jauh dari orang tua. Gak masalah." jawabku fokus merancang muslim pesta.

Selain memiliki kedai, Caffe dan Restoran di mana mana, aku juga memiliki butik terkenal yang berkembang di mana mana.

"Ki, kali - kali istirahat napa. Gak usah kerja mulu, dasar wanita gila kerja." protes Rizka, pedas.

"Yaiyalah, kan Kiki wanita yang di khususkan untuk bekerja." ledek Alsa.

"Dan, melupakan sesuatu yang sangat penting, berziarah ke makam suami." cibir Yunni.

"Why? Problem?"

"Enggak sih, tapi kali kali lha Ki. Nge fresh sedikit, hang out bareng kita ke mall." ajak Rizka.

Aku menghela nafas, percuma menjawab, karena mereka psti tau jawabannya.

Aku memfokuskan fikiran pada rancangan gaun musim semi dan muslim pesta yang ku buat.

"Ya ya ya, Ki, udah waktu makan malam lho. Gue laper." oceh Rizka.

"Masak." balasku.

"Masakin dong, kan masakan lo lezat." kekeh Yunni.

Aku melepaskan kacamata beningku. Aku tersenyum tipis lalu berjalan menuju dapur.

Aku menyalakan kompor gas dan mulai memanaskan minyak.
Memotong daging dan membuat bumbu.

Setelahnya, aku membuat bumbu yang ku siapkan, lalu mencampurkan daging ke sana.

Setelah masak aku menumis sayur dan menyiapkan nasi.

Piring ku tata dengan rapi di meja makan, begitu juga gelas, sendok, garfu dan tissue.

Lalu menata masakan dan mengambil nasi di rice cooker.

"Woy! Siapa yang mau makan! Ayo!" seruku.

"Otw." balas Rizka duduk.

"Move on?" lanjutku.

"Move on? Yunni nih yang lagi move on sama Sufi, udah ada Lutfi seh." bahas Alsa.

Yunni cemberut. "Udah move on." balasnya ketus.

"Udah move on kok balasnya ketus neng." ledekku.

Yunni memandang sengit ke arah kami bertiga lalu duduk dan mulai makan.

TBC!

Makasih yang udah ngikutin ceritaku sampai ke part ini.

Makin hari makin gak jelas ya kan? Maafkeun aku kawan kawan..

My Mine [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang