❄9❄

502 40 5
                                    

"Oppa, aku berangkat." Pamit ku kepada Jimin oppa yang tengah menikmati teh nya, Jimin oppa hanya melihat ku.

"Sarapan dulu." Suruh nya

"Hah?" Aku sedikit terkejut saat dia mengatakan itu entah mengapa rasanya asing untuk ku, memang asing dia tidak pernah mengatakan sesuatu dalam bentuk perhatian seperti itu

"Tidak usah, Soobin sudah menunggu ku. Tidak baik bukan membuat orang menunggu." Lanjut ku

Jimin oppa tak menjawab dan kembali fokus dengan ponselnya dan aku langsung keluar menemui Soobin.

"Sudah siap?" Tanya Soobin ketika melihat ku ke luar Dari rumah keluarga Park

"Sudah."

"Pakai ini." Soobin memakaikan ku helm "Apa aku harus membungkuk untuk memakaikan mu helm? Kenapa kau pendek sekali." Dia mengejek ku sangat menyebalkan

"Kau saja yang seperti tiang bodoh!" Jawab ku kesal dan Soobin hanya tertawa mendengar jawaban ku, dia menyalakan mesin motor.

"Ayo naik."

"Ah sebentar aku melupakan sesuatu."

"Sifat pelupa mu masih belum hilang."

"Mianhae." Aku masuk ke dalam rumah keluarga Park aku melupakan buku catatan ku yang aku pakai saat belajar tadi malam.

"Oppa! Kau kenapa?" Aku terkejut saat melihat tangan Jimin oppa berdarah aku melihat pecahan beling dan aku yakin itu berasal dari gelas teh yang baru saja dia minum, dia memecahkan nya tepat ditangan nya.

Aku mengambil tangan nya dan berusaha untuk membawanya ke sofa keluarga agar dia duduk dan aku akan mengambil kotak P3K.

"Lepas!" Dia membentak ku, aku yakin dia tak mau menerima bantuan dari ku

"Oppa biarkan aku mengobatinya jika tidak akan infeksi, Kumohon." Jimin oppa hanya melihat ku entah apa yang dia pikirkan. Aku langsung membuatnya duduk dan langsung mencari kotak P3K.

Aku mengobati nya "Ini mungkin akan sakit, kau harus menahannya." Jimin oppa tetap diam

"Sudah selesai. Saat aku pulang sekolah nanti akan aku ganti lagi perban ini, usahakan kau tidak menggunakan tangan kanan mu untuk melakukan sesuatu." Suruh ku dan berjalan kearah tangga untuk pergi ke kamar ku mengambil catatan ku yang ku lupakan tadi.

Setelah mendapatkan buku catatan ku aku menuruni anak tangga melewati Jimin oppa yang ternyata masih duduk ditempat nya tadi, dan aku berusaha pamit kepadanya.

"Oppa aku akan berangkat." Pamit ku

"Kau tau.. " Suara Jimin oppa menginterupsi ku dan membuat ku berhenti "Apa yang lebih sakit dari pada luka ini? Kau akan mengetahui nya saat kau menikah dengan ku." Lanjutnya

❄❄❄

Entah mengapa kalimat yang Jimin oppa katakan terus berada didalam pikiran ku,  apa itu ancaman untuk ku? Atau peringatan? Tapi bagaimana pun pernikahan itu akan terlaksana kan bagaimana pun itu.

"Ara." Panggil Soobin

Bel pulang sudah berbunyi sekitar 3 menit yang lalu dan aku masih berada di bangku ku dengan pikiran yang entah ada dimana.

"Ya? Kenapa?"

"Kau kenapa? Tidak ingin pulang?" Tanya Soobin

"Tentu aku akan pulang, ayo pulang." Ajak ku mengambil tas ku dan beranjak dari bangku ku

"Ara bisa kau ikut dengan ku? Aku ingin membeli sesuatu."

PROMISE | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang