❄5❄

583 55 8
                                    

Sekarang aku masih berada dikasur entah siapa yang membawa ku kekasur ini seingat ku aku berkemah bersama Jimin oppa, berkemah? Ohh my aku tak mau mengingat nya. Bagaimana tidak mungkin aku sudah kalah sebelum berjuang sungguh miris.

Flashback on

"Jika bisa tak perlu kau setujui!" Dia mengucapkan itu tanpa melihat kearah ku dia hanya melihat ke arah bintang.

"Ke.... " Aku ingin bertanya tapi Jimin oppa sudah langsung menjawab pertanyaan ku

"Aku menyukai seseorang." Jawab nya, seketika hening kembali menyelimuti kami.

Aku tak tau ingin mengatakan apa masa aku harus marah jika ia menyukai seseorang, atau aku bilang aku juga sebenarnya tidak mau tapi itu munafik namanya membohongi diri sendiri.

Sungguh mungkin seorang Park Jimin sudah berada di hati ku, ia sudah memasuki nya tapi mungkin aku harus mengeluarkan nya bukan? Aku tak bisa menikah dengan seseorang yang bahkan tak menyukai ku.

Flashback off

Hari ini mungkin aku akan pulang, tapi entahlah Jimin oppa sepertinya punya banyak rencana disini. Aku menuruni anak tangga yang terbuat dari kayu dan tak melihat siapapun dibawah, kemana Jimin oppa? Apa dia masih tertidur.

Aku berjalan mendekati pintu kamarnya dan langsung ku ketuk. "Oppa, ingin sarapan?" Tak ada jawaban sama sekali

"Baiklah aku akan menyiapkan sesuatu untuk dimakan."

Sudah hampir 20 menit setelah makanan yang ku buat matang, sebenarnya aku hanya membuat roti panggang dan membuat dapur menjadi kapal pecah, aku tak pandai memasak jadi aku urungkan untuk membuat makanan yang berat.

Jimin oppa masih belum juga datang jadi aku berinisiatif membawakan makanan ke dalam kamarnya.

"Oppa, makanan nya sudah siap." Masih tak ada jawaban "Oppa aku akan masuk." Gelap itu yang pertama kali kulihat aku mencari saklar untuk menyalakan lampu dan setelah terang aku melihat Jimin oppa yang terbaring dikasur muka nya sangat pucat, kulit nya memang pucat tapi pucat nya berbeda seperti orang sedang sakit. Apa dia sedang sakit?

"Oppa, oppa sakit?" Tanya ku menghampiri nya dan menaruh makanan tadi dimeja dekatnya, dia tak menjawab matanya masih tertutup aku memberanikan diri untuk memegang kening nya sungguh aku sangat berdebar saat mencoba memegang kening nya, kening nya yang selalu tertutup rambut nya itu sekarang dapat ku lihat dengan jelas.

"Oppa kau sakit. Aku harus apa? Oppa mau makan apa? Akan aku buatkan, Tidak-tidak minum obat yang paling penting. Tapi obat apa yang harus kau minum, bagaimana ini?" Aku kebingungan sendiri jujur aku tak pernah mengurus orang sakit jika aku sakit hanya eomma yang mengurus ku dan eomma setahu ku dia tak pernah sakit tapi entah lah.

Jimin oppa berusaha membuka matanya dan melihat ku "Tak perlu khawatir." Dia hanya mengatakan itu, sangat tidak bermanfaat untuk ku dia seharusnya menyarankan aku obat apa yang dia perlukan.

"Oppa, tapi kau harus minum obat jika tidak makan roti ini dulu akan ku buatkan bubur sebentar. Kau bisa menunggu ku?" Tawar ku, bagaimana mungkin ada seseorang yang sakit aku hanya diam saja aku tak sebodoh itu.

Dia hanya mengangguk dengan mata tertutup, aku langsung pergi kedapur mencari bahan-bahan yang akan aku gunakan untuk membuat bubur.

Bodoh! Bubur apanya aku bahkan tak bisa membuat roti bakar, roti bakar tadi saja gosong tapi masih bisa dimakan jangan sampai bubur nanti akan menambah sakit Jimin oppa saja.

Apa yang harus ku lakukan? Apa aku harus menelfon eomma? Tapi eomma sekarang sedang berada di Amerika tak mungkin aku mengganggu perkerjaan nya dia akan khawatir nanti.

Akhirnya aku kembali ke kamar Jimin oppa dengan membawa air hangat untuk mengompresnya setidaknya itu yang bisa ku lakukan untuk dia. Dia masih memejamkan matanya, roti yang tadi ku kasih masih belum ia sentuh.

"Oppa."

Aku mendekatinya dan agak terisak entah mengapa aku kecewa dengan diriku sendiri seharusnya aku bisa membantu Jimin oppa yang sedang sakit dan memberikan dia bubur untuk dia makan.

Jimin oppa menyadari itu dia langsung membuka matanya dan mencoba bangun dan mendekatkan diri nya kepada ku yang berada dipinggir kasurnya dan tak ku sangka dia memeluk ku.

"Kenapa?" Tanya nya

"Maafkan aku." Ucap ku bersalah

"Untuk?" Tanya nya bingung

"Aku tak bisa membuatkan mu bubur, dan roti panggang itu tak bisa kau makan karena hangus. Aku tak membantu mu sama sekali aku tak berguna." Jelasku

"Hanya itu?" Aku mengangguk, dia melepaskan pelukan nya "Tak apa tak perlu khawatir aku hanya deman, minum banyak air akan membuat ku sehat." Jelasnya menenangkan ku

"Tapi oppa aku akan berusaha membuatkan mu bubur jika tidak aku akan membelikan mu bubur tunggu ya oppa." Sebelum aku pergi Jimin oppa memegang tangan ku

"Apa kau bisa mengendarai mobil?" Bodoh! Aku tak bisa, bahkan motor saja aku tak bisa miris sekali hidup ku ini, Aku menggeleng.

"Lalu apa yang harus ku lakukan?"

"Tetaplah disini."

Jimin oppa kembali tertidur dengan kompres di kening nya, aku harap kompres itu akan berkerja dan membuat suhu tubuh Jimin oppa turun.

Aku masih berada disamping nya untuk mengganti kompresnya, aku terkadang memandangi wajah nya sungguh tampan. Mungkin sekarang aku sudah jatuh dalam pesonanya, dia sangat tampan menurutku matanya yang sipit tetapi mempunyai tatapan yang tajam, kulit yang putih, rahang yang indah, aku terus memandangi nya hingga aku tersadar saat Jimin oppa mulai membuka matanya ku rasa dia sudah mulai sembuh.

"Ada yang oppa perlukan?" Aku khawatir apa dia lapar, dia hanya menggeleng lalu tersenyum hanya sedikit.

"Terima kasih." Dia berterima kasih pada ku

Ucapan Terima kasih dari nya saja bisa membuat jantung ku berdetak dengan cepat, sungguh aku benar-benar sudah jatuh kedalam pesona nya dan hati ku sudah terisi olehnya.

❄❄❄

Hai Hai aku next lagi...
Ini agak pendek tapi gapapa ya, semoga kalian suka..

Untuk yang udh kasih aku 🌟 makasih bnget, dan yang masih jadi silent Readers aku harap kalian kasih aku bintang dan komen dicerita ini, komen dan bintang dari kalian buat aku semangat buat ngelanjutin cerita ini.. 😘

17 April 2019


PROMISE | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang