❄13❄

483 41 16
                                    

Dua hari telah berlalu sejak kejadian dimana Jimin oppa mengatakan aku kekanak-kanakan dan aku masih marah padanya. Entah padahal masalah kecil, tapi aku tak suka jika dia mengatakan aku kekanak-kanakan.

Sebenarnya siapa yang kekanak-kanakan? Bukan nya dia? Mood nya selalu berubah seperti itu terkadang diam dan dingin terkadang juga perhatian menyebalkan.

Hari ini weekend dan aku hanya ingin berada dirumah. Bermesraan dengan kasur ku, hua rasanya saat kelas 3 ini tak ada waktu untuk ku bersantai-santai.

Satu minggu lagi aku akan ujian kelulusan dan tidak lupa 2 hari lagi aku akan menikah dengan Jimin oppa.

Aku tak bisa membayangkan nya. Kenapa harus secepat itu. Aku sedang menatap langit-langit kamar ku tak berniat beranjak dari kasur, tiba-tiba suara ketukan terdengar dari pintu ku.

Siapa lagi jika bukan Jimin oppa yang mengetuk, aku malas membuka pintu tapi dia pasti akan terus mengetuk tanpa mengatakan apapun.

Aku beranjak dari kasur dan membuka pintu menampilkan wajah datar Jimin oppa seperti nya dia kesal karena terus mengetuk pintu.

"Bersiaplah." Dia mengatakan itu dan langsung berbalik. Sungguh apa yang dia katakan? Bersiaplah untuk apa? Aku yang tak mengerti langsung berjalan menghalangi langkah nya.

"Bersiap? Untuk apa?"

"Bandara."

"Mwo? Op-ppa mau membawa ku kemana? Kau akan mengasingkan ku karena kau marah?" Sungguh aku takut jika dia mengasingkan ku keluar negeri sendiri.

"Eomma pulang, dia menyuruh ku menjemput nya bersama mu." Jimin oppa berjalan melewati ku.

"Oh ya satu lagi. Apa bisa otak mu dibenarkan? Kenapa selalu berpikiran negatif." Dia mengatakan itu dan berjalan menjauh dari ku

Apa yang dia katakan? Apa maksud nya aku gila? Bodoh? Atau apa! Menyebalkan bukankah jelas dia yang salah. Mengatakan kata 'Bersiaplah' dengan wajah dingin seperti itu siapa yang tidak berpikiran negatif.

Aku yang kesal langsung masuk ke kamar ku untuk bersiap-siap mencoba melupakan apa yang sudah terjadi barusan.

❄❄❄

"Pesawat eomma akan landing jam berapa?" Aku bertanya pada Jimin oppa karena dari tadi aku tak melihat eomma dari satu jam yang lalu. Dan parah nya lagi perut ku mulai sakit karena tak makan dari pagi.

"Sebentar lagi." Jimin oppa masih fokus dengan ponsel nya. Seperti nya dia sangat sibuk hingga tak bisa lepas dari ponsel nya itu.

Aku hanya diam berusaha menetralkan rasa mual ku dan rasa sakit diperut ku ini. Rasanya sangat sakit sungguh aku tak sanggup berdiri perih sekali. Aku selalu begini jika tak sarapan.

Aku berjongkok untuk membuat rasa perih diperut ku hilang dan ternyata Jimin oppa menyadari nya.

"Kau kenapa?" Dia berjongkok dan menatap ku mensejajarkan wajah nya dengan ku

"Sakitt. Oppa ini sakit sekali." Aku berguman, sungguh aku tak bohong ini sangat sakit. Mual dan perih menjadi satu, padahal hanya tak sarapan tapi aku bisa sakit seperti ini.

"Muka mu pucat. Kau belum sarapan? Kita isi perut mu dulu." Jimin oppa mencoba membuat ku berdiri dan berjalan tapi nihil perut ku rasanya sakit tak sanggup untuk berdiri

PROMISE | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang