❄20❄

508 33 1
                                    

"Ara sudah siap? Kita harus pergi sekarang jika tidak mau terkena macet dijalan." Jimin membuka pintu kamarnya melihat kan seorang wanita yang sedang sibuk mengemas barang-barang nya

"Sebentar lagi oppa, aku harus memasukan ini tapi tak ada tempat lagi semuanya sudah penuh." Ara memperlihatkan kopernya yang sudah penuh dengan baju-baju nya, dia menunjukan sweater yang masih ada ditangan nya

"Tak usah kau bawa sweater itu, dan tak perlu sebanyak itu yang kau bawa Ara." Jimin mengambil sweater yang ada ditangan Ara dan menaruh nya kembali di lemari besarnya.

"Tapi oppa disana akan dingin bukan? Jika aku tak membawa banyak sweater akan sangat repot nanti."

"Kita akan membeli nya disana, tak perlu membawa sebanyak itu. Sini biarkan aku yang membereskan nya, kau makan roti yang sudah ku siapkan saja hm?" Jimin mengelus puncak kepala Ara untuk menyakinkan nya jika Jimin yang akan mengurus semuanya Ara hanya mengangguk mengerti.

"Kapan pesawatnya akan datang? Aku lelah menunggu, oppa bilang kita harus cepat!" Ara mengerucutkan bibirnya karena dia lelah menunggu walaupun selama menunggu ia hanya duduk saja. Jimin hanya tersenyum lembut mendengar keluhan Ara dan mengelus puncak kepala nya lembut.

"Sebentar lagi, aku menyuruh mu cepat karena takut akan terkena macet, bukan takut tertinggal pesawat."

Setelah malam dimana Jimin bertanya Ara ingin pergi kemana, Jimin langsung mempersiapkan semua nya untuk keberangkatan nya ke Italia berbulan madu bersama Ara, dia langsung meminta izin pada orang tuanya dan setelah mendapat izin ia langsung menyiapkan paspor, tiket pesawat dan segalanya ia bahkan sudah memesan kamar hotel untuk mereka berdua.

Sekarang ia hanya tinggal menunggu pesawat yang tak kunjung datang, ya salah Jimin juga dia lebih cepat 1 jam dari seharusnya sehingga Ara harus menunggu selama 1 jam lamanya.

Jimin terus menatap Ara yang sedang bisa dibilang marah padanya. "Jangan cemberut seperti itu, kita akan pergi berlibur hm? Tersenyumlah."

"Ayo tersenyum, hey istri ku." Jimin menyubit pipi Ara gemas membuat bibir Ara seperti tersenyum karena ditarik oleh Jimin

"Lepaskan Oppa, iya iya aku akan tersenyum." Jimin melepaskan cubitan nya dan benar Ara langsung tersenyum, sangat manis hingga membuat Jimin ingin memakan nya.

"Ah sebentar." Jimin tiba-tiba menerima telfon, agak pergi menjauh dari Ara untuk mengangkatnya.

Setelah hampir 5 menit Jimin kembali dan ya bersamaan dengan pengumuman jika pesawat yang akan mereka tumpangi sudah landing.

"Oppa ayo, pesawat nya sudah landing." Jimin menahan tangan Ara saat Ara baru saja ingin membawa kopernya.

"Tidak, kita tidak bisa pergi sekarang." Ara melihat Jimin dengan tatapan bertanya

"Kenapa?"

"Ada perkerjaan yang harus aku lakukan."

"Lalu?"

"Kita tak bisa pergi, ayo akan aku antar kau pulang." Jimin menarik tangan Ara untuk pergi tapi Ara memberontak melepaskan genggaman Jimin dari tangan nya.

"Tidak! Aku tidak mau! Oppa kau sudah berjanji akan membawa ku berlibur  ke Italia bukan? Tepati janji mu!"

"Aku akan menepatinya tapi tidak sekarang. Tolonglah mengerti, hm?" Jimin mengelus puncak kepala Ara jujur setiap Jimin mengelus puncak kepala Ara, Ara selalu merasa nyaman.

"Tidak mau! Aku mau sekarang, pekerjaan apa yang sangat penting itu hingga kau ingin membatalkan rencana liburan kita?" Ara menatap Jimin terlihat marah, mata Ara mulai memerah karena perdebatan ini.

PROMISE | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang