"Sebenarnya Chaeri memiliki berapa Ayah, sih?"
"Apa ibunya Chaeri menikah dengan banyak pria, ya? Hahaha."
"Aku bahkan belum pernah melihat ibunya."
Kalimat macam itu sering dilontarkan dari mulut teman-temanku sembari tertawa tak jelas. Mereka tak pernah tahu bahwa ucapannya seringkali membuat hatiku sakit.
Well, kalau mereka memang ingin tahu tentangku, aku ini anak dari aktor Kim Taehyung.
Kenapa aku memanggil yang lainnya dengan sebutan ayah juga?
Mari kuberi tahu sedikit cerita.
Sejak pertama kali aku dan Ayah Taehyung pindah dari Daegu ke rumah sekarang, aku dipertemukan dengan kehadiran teman-teman ayahku itu. Awalnya sedikit terkejut mengetahui akan serumah dengan banyak orang yang tidak kukenal, sementara dulu di Daegu aku serumah dengan Ayah, Kakek, Nenek, kedua adik Ayah, dan si anjing lucu bernama Yeontan. Namun, mulai terbiasa ketika teman-teman ayahku itu membantu menjagaku di saat Ayah tak sedang di rumah.
Sebab terkadang waktuku lebih banyak dihabiskan bersama mereka, aku terbiasa memanggil mereka dengan sebutan ayah. Ayah Taehyung pun tidak keberatan dengan itu. Katanya, mereka adalah sahabat yang selama ini selalu ada untuknya dan tak terpisahkan.
Jadi, bagaimana? Sudah cukup jelas belum?
Sudah lebih dari limabelas menit tetapi Ayah atau supir kepercayaannya belum juga menjemput. Aku menunggu di luar kelas sambil memandang lapangan sekolah yang kosong. Sebenarnya aku tidak sendirian. Ada temanku, Hyemi, sedang duduk di ujung bangku yang kududuki. Kepalanya menunduk dalam sejak tadi.
Secara dekat aku bisa melihat kedua tangan Hyemi bertaut dan sesekali memainkan jarinya nampak gelisah.
"Hey," sapaku pelan. Takut kalau-kalau malah mengagetkan.
Hyemi tak menyahut, pula tak menoleh. Apa tidak terdengar, ya?
Lantas aku menyentuh pelan bahunya dan Hyemi masih tak bergerak juga. Aku diam sejenak untuk menarik napas pendek kemudian bertanya, "Apa kamu baik-baik saja?"
"Ibu...,"
Satu kata itu lolos dari bibir Hyemi membuatku tercekat. Entah, aku memang sedikit sensitif jika menyinggung tentang ibu. Aku tak pernah merasakan, soalnya.
Meneguk saliva pelan sebelum aku memberanikan diri untuk bertanya lagi, "Kenapa ibumu?"
"Ibu menangis," jawabnya dengan suara pelan seperti tertahan di tenggorokan. Dan benar saja, beberapa detik kemudian Hyemi menangis. Aku panik. Sembari mengusap bahunya, aku mendengar ia melanjutkan, "Ibuku dipukul ayahku sebelum aku berangkat sekolah tadi."
Tertegun. Semua orang pasti tak mau ada di posisi seperti itu, termasuk aku meski faktanya aku belum pernah bertemu ibu kandungku. Aku segera meremat tangan Hyemi, menggenggamnya lembut sambil memerhatikan air matanya yang terus bercucuran dari sudut mata.
"Aku sungguh melihatnya, Chaeri. Aku jadi takut bertemu Ayah," cicitnya di tengah-tengah isakannya yang belum berhenti.
"Hyemi...,"
Mengikis jarak di antara kami kemudian aku membawa tubuh kecil milik Hyemi ke dalam pelukan. Sejujurnya aku tak tahu harus merespon bagaimana, tetapi aku harap pelukanku bisa membuat Hyemi merasa lebih baik. Aku bahkan bisa merasakan sedihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa, Can You Hear Me?
FanfictionAyahku seorang bintang. Bintang yang tak pernah lelah menerangi penggemarnya di seluruh dunia. Bintang yang begitu memukau dan menjadi kebanggaan banyak orang. Namun, itu semua tidak lagi setelah aku lahir, katanya.