Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Selesai mandi, aku pergi ke ruang tengah untuk menonton TV yang menampilkan Ayah Taehyung sedang mengobrol dengan wanita berambut pendek. Aku tidak mengerti, sih, apa yang mereka bicarakan, tetapi setiap melihat Ayah, aku selalu tersenyum dan menahan tawa. Ini bukan pertama kalinya aku melihatnya muncul di layar TV. Iya benar, Ayah Taehyung seorang aktor.
Pandanganku teralihkan pada Ayah Yoongi berjalan gontai ke dapur. Mendapati rambutnya berantakan, aku tebak pasti ia baru bangun tidur. Berbeda dengan Ayah Taehyung, sementara Ayah Yoongi jarang disorot kamera. Aku akan melihatnya muncul di TV jika prestasinya sedang dibahas. Katanya, Ayah Yoongi adalah produser musik hebat yang selalu menciptakan lagu dengan kualitas bagus.
Aku terpekik senang melihat Ayah Seokjin dan Ayah Jungkook datang dari arah dapur membawa pancake, juga diikuti Ayah Yoongi di belakangnya dengan raut kusut. Pancake cantik itu disimpan di atas meja tepatnya di depanku kemudian disusul Ayah Seokjin mendaratkan diri di sampingku. Tanpa menunggu lagi, aku memakan pancake itu dengan lahap.
"Apa Ayah boleh memintanya sedikit?" Suara Ayah Jungkook berhasil menghentikan gerakanku. Ayahku yang tengah duduk di single sofa itu memasang ekspresi imut mencoba merayu.
"Aish! Kamu sudah menghabiskan dua apel di dapur! Masih saja ingin melahap makanan orang?!" omel Ayah Seokjin membuatku terkekeh.
Wajah Ayah Jungkook ditekuk seraya menyandarkan punggungnya lemas ke sofa. Sebenarnya aku tidak tega, sih, melihatnya seperti itu. Jadi, aku segera memotong pancake kemudian kuarahkan ke bibirnya. Sudah kutebak, wajahnya kembali cerah.
"Untuk Ayah?"
Aku mengangguk sambil tersenyum.
Potongan pancake itu berhasil masuk ke mulutnya dan diakhiri senyuman lebar memperlihatkan gigi kelincinya. Aku ikut senang melihatnya.
Tiba-tiba teringat sesuatu. Dulu Ayah Jungkook sempat tidak memperbolehkanku memanggilnya ayah, melainkan menyuruhku memanggilnya dengan sebutan samchon. Katanya, ia terlalu muda untuk dipanggil seorang ayah. Akan tetapi, aku tak mendengarnya dan tetap memanggilnya ayah. Mungkin karena sudah terbiasa akhirnya ia tak pernah protes lagi.
"Hyeong, aku tidak akan pulang sampai dua hari ke depan. Lusa nanti aku ada jadwal di acara musik. Jangan lupa untuk datang dan ucapkan selamat untukku," kata Ayah Jungkook.
Ayah Yoongi membalas dengan wajah datar dan nampak malas, "Ya selamat."
Aku tertawa kecil mendengarnya, sedang yang diucapkan selamat langsung menyunggingkan senyum paksa.
Ayah Yoongi melirikku kemudian tersenyum melihatku yang masih tertawa karena ucapan datarnya barusan. Tanpa diduga serangan dua tangannya berhasil menggelitik pinggangku dan otomatis tawaku pecah. Di balik sikapnya yang datar, sebenarnya Ayah Yoongi itu jahil.
Di tengah-tengah tawa, samar-samar aku mendengar Ayah Seokjin berkata, "Omong-omong, aku belum mendengar lagu barumu, Jungkook."
Iya, Ayah Jungkook seorang musisi. Aku pernah mendengar salah satu lagunya. Suaranya sangat indah. Bahkan suaranya bisa jadi pengantar tidurku.
Nampak hidung Ayah Jungkook kembang-kempis. "Kamu memang lebih sibuk daripadaku. Kamu syuting dimana-mana, tapi bukan berarti kamu sampai tidak mendengar lagu baru adikmu ini, Hyeong."
Ayah Seokjin juga seorang aktor merangkap host. Aku ingat jadwal hari apa saja ia akan muncul di TV. Setiap Selasa dan Rabu pukul 2 siang. Kalau tidak sedang tidur siang, aku akan menontonnya. Seringkali aku tak mengerti apa yang sedang kutonton, yang penting aku bisa melihat wajah ayahku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Papa, Can You Hear Me?
FanfictionAyahku seorang bintang. Bintang yang tak pernah lelah menerangi penggemarnya di seluruh dunia. Bintang yang begitu memukau dan menjadi kebanggaan banyak orang. Namun, itu semua tidak lagi setelah aku lahir, katanya.